Terdapat perbedaan
pendapat yang sangat banyak
dari para Ulama’, sampai-
sampai Ibnul Mundzir
menyatakan bahwa dalam
masalah ini (penentuan jarak
minimum safar) terdapat
hampir 20 pendapat. Namun,
beberapa pendapat yang
masyhur di antaranya:
a). Sejauh jarak perjalanan 3
hari.
Ini adalah pendapat Ibnu
Mas’ud, Sa’id bin Jubair,
Sufyan atTsaury dan Abu
Hanifah. Dalilnya:
ﻟَﺎ ﻳَﺤِﻞُّ ﻟِﺎﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﺗُﺆْﻣِﻦُ
ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﺃَﻥْ ﺗُﺴَﺎﻓِﺮَ
ﺳَﻔَﺮًﺍ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔَ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ
ﻓَﺼَﺎﻋِﺪًﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﻣَﻌَﻬَﺎ ﺃَﺑُﻮﻫَﺎ ﺃَﻭْ
ﺍﺑْﻨُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺃَﺧُﻮﻫَﺎ ﺃَﻭْ
ﺫُﻭ ﻣَﺤْﺮَﻡٍ ﻣِﻨْﻬَﺎ
“Tidak halal bagi seorang
wanita yang beriman kepada
Allah dan hari akhir safar 3
hari atau lebih kecuali bersama
ayah, anaknya, suaminya,
saudara laki-lakinya, atau
mahramnya” (H.R Muslim)
ﻋَﻦْ ﺷُﺮَﻳْﺢِ ﺑْﻦِ ﻫَﺎﻧِﺊٍ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺗَﻴْﺖُ
ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻬَﺎ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﻤَﺴْﺢِ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟْﺨُﻔَّﻴْﻦِ ﻓَﻘَﺎﻟَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺑِﺎﺑْﻦِ
ﺃَﺑِﻲ ﻃَﺎﻟِﺐٍ ﻓَﺴَﻠْﻪُ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ
ﻳُﺴَﺎﻓِﺮُ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﺴَﺄَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓَﻘَﺎﻝَ
ﺟَﻌَﻞَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺛَﻠَﺎﺛَﺔَ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﻭَﻟَﻴَﺎﻟِﻴَﻬُﻦَّ
ﻟِﻠْﻤُﺴَﺎﻓِﺮِ
Dari Syuraih bin Hani’ beliau
berkata: Aku mendatangi
Aisyah bertanya tentang
mengusap 2 khuf. Aisyah
berkata: Tanyakanlah kepada
Ali bin Abi Thalib karena ia
pernah safar bersama
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi
wasallam, maka kamipun
menanyakan kepada beliau. Ali
berkata: Rasulullah
shollallaahu ‘alaihi wasallam
menjadikan batas pengusapan
(khuf) 3 hari 3 malam bagi
musafir…”(H.R Muslim)
Sebagian Ulama’ menjelaskan
bahwa jarak perjalanan 1 hari
adalah setara 2 barid = 24 mil
= sekitar 43,2 km, sehingga
jarak perjalanan 3 hari adalah
sekitar 129,6 km.
b) Sejauh jarak perjalanan 2
hari ( 4 barid).
Ini adalah pendapat Ibnu
Abbas, Ibnu Umar (dalam
sebagian riwayat), Malik, Asy-
Syafi’i, Ahmad. Sedangkan dari
Ulama’ abad ini yang
berpendapat demikian adalah
Syaikh Bin Baz, Lajnah ad-
Daaimah, Syaikh Sholih
alFauzan, dan Syaikh Abdullah
Ar-Rajihi, Dalilnya:
ﻟَﺎ ﺗُﺴَﺎﻓِﺮْ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﻣَﺴِﻴﺮَﺓَ ﻳَﻮْﻣَﻴْﻦِ
ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﻣَﻌَﻬَﺎ ﺯَﻭْﺟُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺫُﻭ ﻣَﺤْﺮَﻡٍ
Janganlah seorang wanita
melakukan safar sejarak
perjalanan 2 hari kecuali
bersama suami atau
mahramnya (H.R al Bukhari).
Al-Bukhari menyatakan:
ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﺑْﻦُ ﻋُﻤَﺮَ ﻭَﺍﺑْﻦُ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﺭَﺿِﻲَ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﻳَﻘْﺼُﺮَﺍﻥِ ﻭَﻳُﻔْﻄِﺮَﺍﻥِ
ﻓِﻲ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔِ ﺑُﺮُﺩٍ ﻭَﻫِﻲَ ﺳِﺘَّﺔَ
ﻋَﺸَﺮَ ﻓَﺮْﺳَﺨًﺎ
Ibnu Umar dan Ibnu Abbas –
semoga Allah meridlai
keduanya- melakukan qoshor
dan berbuka (tidak berpuasa)
pada perjalanan 4 barid yaitu
16 farsakh (Shahih al-Bukhari
juz 4 halaman 231).
c) Tidak ada batasan jarak,
selama sudah bermakna
‘safar’ maka terhitung safar.
Hal-hal yang membedakan
safar dengan perjalanan biasa
bisa terlihat dari beberapa
indikasi, di antaranya: perlunya
membawa bekal yang cukup,
adanya hal-hal yang
dipersiapkan secara khusus
sebelum keberangkatan (misal
pengecekan kondisi kendaraan
yang lebih intensif
dibandingkan jika dalam
penggunaan yang biasa/
normal), adanya kesulitan/
kepayahan menempuh
perjalanan yang tidak didapati
pada perjalanan biasa, dan
hal-hal lain semisalnya.
Pendapat tanpa batasan jarak
minimum ini adalah pendapat
Umar bin al-Khottob, Ibnu
Umar dalam sebagian riwayat,
Anas bin Malik, Sa’id bin al-
Musayyib, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah, Asy-Syaukani, As-
Shon’aani, Abdurrahman as-
Sa’di, Syaikh Muhammad bin
Sholih al-Utsaimin. Dalilnya
adalah keumuman ayat:
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺿَﺮَﺑْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِﻓَﻠَﻴْﺲَ
ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺟُﻨَﺎﺡٌ ﺃَﻥْﺗَﻘْﺼُﺮُﻭﺍ ﻣِﻦَ
ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ
“Jika kalian melakukan
perjalanan di muka bumi, maka
tidak ada dosa bagi kalian
untuk mengqoshor sholat….
(Q.S AnNisaa’:101).
Tidak terdapat hadits shohih
maupun hasan yang secara
tegas membatasi jarak
minimum safar.
ﻋَﻦْ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦِ ﻳَﺰِﻳﺪَﺍﻟْﻬُﻨَﺎﺋِﻲِّ ﻗَﺎﻝَ
ﺳَﺄَﻟْﺖُﺃَﻧَﺲَ ﺑْﻦَ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﻋَﻦْﻗَﺼْﺮِ
ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻓَﻘَﺎﻝَﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﺻَﻠَّﻰﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَﺇِﺫَﺍ ﺧَﺮَﺝَ
ﻣَﺴِﻴﺮَﺓَﺛَﻠَﺎﺛَﺔِ ﺃَﻣْﻴَﺎﻝٍ ﺃَﻭْﺛَﻠَﺎﺛَﺔِ
ﻓَﺮَﺍﺳِﺦَ ﺷُﻌْﺒَﺔُﺍﻟﺸَّﺎﻙُّ ﺻَﻠَّﻰ
ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ
Dari Yahya bin Yazid al-Hanaa-i
beliau berkata: Aku bertanya
kepada Anas bin Malik tentang
mengqoshor dalam sholat.
Beliau berkata: Rasulullah
shollallaahu ‘alaihi wasallam
jika keluar sejarak 3 mil atau 3
farsakh – keraguan pada perawi
bernama Syu’bah- beliau sholat
2 rokaat” (H.R Muslim)
1 mil = sekitar 1,6 km,
sehingga 3 mil sekitar 4,8 km.
Sedangkan 1 farsakh = 3 mil =
sekitar 14,4 km.
ﻋَﻦِ ﺍﻟﻠَّﺠْﻼَﺝِ ، ﻗَﺎﻝَ : ﻛُﻨَّﺎﻧُﺴَﺎﻓِﺮُ ﻣَﻊَ
ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﻓَﻴَﺴِﻴﺮُ ﺛَﻼَﺛَﺔَﺃَﻣْﻴَﺎﻝٍ
ﻓَﻴَﺘَﺠَﻮَّﺯُ ﻓِﻲﺍﻟﺼَّﻼَﺓ ﻭَﻳَﻔْﻄُﺮُ
Dari al-Lajlaaj beliau berkata:
Kami pernah safar bersama
Umar bin al-Khottob. Beliau
melakukan perjalanan sejauh 3
mil mengqoshor sholat dan
berbuka” (riwayat Ibnu Abi
Syaibah no 8221 juz 2 halaman
445).
Sebagian Ulama’ menyatakan
bahwa jarak di bawah 3 farsakh
yang disebutkan dalam hadits
Anas maupun perbuatan Umar
adalah jarak minimum
permulaan boleh mengqoshor
sholat dan berbuka (tidak
berpuasa), bukan jarak total
dari tempat asal ke tujuan.
Sebagai contoh, ketika Nabi
melakukan perjalanan dari
Madinah akan ke Mekkah, pada
saat di Dzulhulaifah beliau
sudah mengqoshor sholat
(riwayat AlBukhari dan Muslim).
Padahal jarak Madinah ke
Dzulhulaifah adalah sekitar 6
mil atau sekitar 9,6 km.
Dari 3 pendapat tentang jarak
minimum safar, pendapat yang
rajih (lebih mendekati
kebenaran) adalah pendapat
ke-3 ini yang menyatakan
bahwa tidak ada jarak
minimum batasan suatu
perjalanan dikatakan safar.
Wallaahu a’lam.
Sabtu, 13 Juni 2015
Penentuan jarak minimum safar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar