Kamis, 05 Mei 2016

PRINSIP PRINSIP AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH

Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Rukun Ketiga:

Iman Kepada Kitab-Kitab-Nya
Ahlus Sunnah wal Jamaah mengimani dan
beri’tiqad dengan i’tiqad yang bulat bahwa Allah
SWT menurunkan kepada para Rasul-Nya Kitab-
kitab-Nya; yang isinya perintah, larangan, janji,
ancaman dan apa-apa yang dikehendaki Allah dari
makhluk-Nya serta dalam Kitab-kitab tersebut
terdapat hidayah dan cahaya. Allah Ta’ala
berfirman, “Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang
diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-
orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
Malaikat malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-
Nya.” (Al Baqarah: 285).
Allah menurunkan Kitab-kitab-Nya kepada para
Rasul-nya sebagai petunjuk bagi manusia. Allah
Ta’ala berfirman, “Alif, laam raa. (Ini adalah) kitab yang
Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan
manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb Yang
Mahaperkasa lagi Mahaterpuji.” (Ibrahim: 1).
Kitab-kitab itu adalah al-Qur-an, Taurat, Injil,
Zabur dan Shuhuf Ibrahim dan Musa. Yang paling
agung dari kitab-kitab tersebut adalah Taurat, Injil
dan al-Qur-an. Sedang yang paling agung dan
utama dari ketiga kitab itu dan sekaligus sebagai
penghapusnya adalah al-Qur-an.
Ketika Allah menurunkan kitab-kitab-Nya -kecuali
al-Qur-an, Dia tidak memberikan jaminan
pemeliharaannya, tetapi hanya dipelihara oleh
para pemuka agama dan rabbaniyun. Namun
mereka tidak memeliharanya dan melindunginya
dengan baik; maka terjadilah perubahan dan
penyelewenangan di dalamnya.
Allah telah mengabarkan di dalamnya tentang
cerita orang-orang zaman dahulu dan akhir serta
tentang penciptaan langit dan bumi. Allah telah
menjelaskan tentang halal dan haram, dasar-dasar
budi pekerti, akhlak, hukum ibadah dan
mu’malah, sirah (biografi) para Nabi dan orang-
orang shalih, balasan bagi kaum Muslimin
maupun orang kafir dan menerangkan sifat-sifat
Surga sebagai tempat tinggal kaum Mukminin dari
sifat-sifat Neraka sebagai tempat tinggal kaum
kafir. Allah telah menjadikan al-Qur’an sebagai
obat bagi penyakit yang di dalam jiwa, penjelas
bagi segala sesuatu dan sebagai petunjuk serta
rahmat bagi kaum Mukminin. Allah Ta’ala
berfirman, “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-
Qur-an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira orang-orang yang berserah
diri.” (An Nahl: 89).
Wajib bagi semua ummat untuk mengikuti
(ajarannya) dan berhukum dengannya bersamaan
dengan sunnah yang shahih dari Nabi SAW.
Karena Allah telah mengutus Rasul-Nya kepada
manusia dan jin untuk menjelaskan kepada
mereka apa yang telah diturunkan-Nya kepada
mereka.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami turunkan kepadamu
al-Qur-an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan.” (An-Nahl: 44).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah: Mengimani bahwa al-
Qur-an adalah Kalamullah baik huruf ataupun
maknanya, berasal dari Allah dan kepada-Nya
akan kembali; yang diturunkan, dan bukan
makhluk. Allah memfirmankannya dengan
sebenar-benarnya dan mewahyukannya melalui
Jibril lalu Jibril a.s turun dengannya untuk
disampikan kepada Muhammad SAW.
Rabb Yang Mahabijaksana lagi Mahamengetahui
menurunkannya dengan bahasa Arab yang nyata
lagi jelas dan disampaikan kepada kita secara
mutawatir, yang tidak ada keraguan ataupun
kebimbangan terhadapnya. Allah SWT berfirman,
“Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan
oleh Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-
Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
peringatan dengan Bahasa Arab yang jelas.” (Asy-
Syuaraa’: 192-195).
Al-Qur-anul Karim tertulis di Lauhul Mahfuzh,
dihafalkan dalam dada, dibaca oleh lisan dan
tertulis dalam lembaran-lembaran. Allah Ta’ala
berfirman, “Sebenarnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat
yang nyata daidalam dada orang-orang yang diberi ilmu
…….” (Al-Ankabuut: 49).
Firman-Nya juga, “Sesungguhnya al-Qur-an ini adalah
bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara
(Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuknya kecuali hamba-
hamba yang disucikan. Diturunkan dari Rabb semesta
alam.” (Al Waaqi’ah: 77-80).
Al-Qur-anul Karim merupakan mukjizat yang
paling besar dan kekal bagi Nabi Muhammad bin
Abdullah SAW ia adalah kitab samawi terakhir
yang tidak dihapus atau dirubah. Allah telah
menjamin untuk memeliharanya dari segala
bentuk penyelewenangan, perubahan,
penambahan dan pengurangan sampai pada suatu
hari Allah akan mengangkatnya, yaitu sebelum
hari Kiamat. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan al-Qur-an, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya.” (Al Hijr: 9).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengkafirkan orang
yang mengingkari satu huruf darinya atau
menambah maupun menguranginya. Atas dasar
ini, maka kita beriman dengan tegas bahwa setiap
ayat dari al-Qur-an adalah diturunkan dari sisi
Allah, dan sampai kepada kita dengan jalan
mutawatir yang qath’i (pasti).
Al-Qur-anul Karim tidak turun sekaligus kepada
Rasulullah SAW, tetapi turun secara berangsur-
angsur sesuai dengan kejadian atau sebagai
jawaban dari pertanyaan ataupun sesuai dengan
tuntutan keadaan; dalam kurun waktu 23 tahun.
Al-Qur-nul Karim terdiri dari 114 surat, 86 surat
diturunkan di Makkah dan 28 surat diturunkan di
Madinah. Surat-surat yang diturunkan di Makkah
(sebelum Hijrah) dinamakan “surat-surat
Makkiyyah”, sedangkan surat yang diturunkan di
Madinah (sesudah hijrah) dinamakan “surat-surat
Madaniyyah”. Di dalam al-Qur-an terdapat 29
surat dibuka dengan huruf-huruf yang terputus.
Al-Qur-an sudah ditulis pada zaman Nabi SAW di
bawah pengawasan langsung oleh beliau, dimana
penulisan wahyu tersebut ditangani oleh orang-
orang ahli dari para sahabat pilihan. Mereka
menulis setiap kali ayat al-Qur-an turun atas
perintah Nabi SAW, kemudian dikumpulkan pada
zaman Abu Bakar dalam mush-haf dan pada
zaman ‘Utsman r.a. disatukan dengan
menggunakan satu macam huruf (satu dialek).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah menaruh perhatian
pada pengajaran al-Qur-an, penghafalannya,
pembacaannya, penafsirannya dan
pengalamannya. Allah Ta’ala berfirman, “Ini adalah
sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran.” (Shaad: 29)
Ahlus Sunnah wal Jama’ah beribadah kepada Allah
dengan membacanya, karena dalam bacaan setiap
huruf terdapat satu kebajikan, seperti yang
disabdakan Nabi SAW, “Barangsiapa membaca satu
huruf dari al-Qur-an, maka baginya adalah satu kebaikan.
Sedang satu kebaikan pahalanya sepuluh kali lipat. Saya
tidak mengatakan bahwa Alif Laam Miim itu satu huruf.
Akan tetapi ali satu huruf, laam satu huruf dan miim satu
huruf.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi oleh Syaikh al-
Albani). (HR. Al-Bukhari dalam kitab at-tarikh
(I/216 no. 679) dan at-Tirmidzi no. 2910 dari
Sahabat Ibnu Mas’ud. Dishahihkan oleh Syaikh al-
Albani dalam silsilatul Ahaadiitsish Shahiihah no.
3327).
Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak memperbolehkan
penafsiran ayat-ayat al-Qur-an dengan pendapat
(logika) semata, karena hal itu termasuk
mengatakan tentang Allah tanpa dasar ilmu
bahkan hal itu termasuk perbuatan syaitan. Allah
Ta’ala berfirman, “Hai sekalian manusia, makanlah yang
halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh berbuat jahat
dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak
kamu ketahui.” (Al Baqarah: 168-169).
Hendaknya al-Qur-an ditafsirkan dengan al-Qur-
an, lalu dengan as-Sunnah, lalu dengan ucapan
para Sahabat kemudian dengan ucapan para
Tabi’in dan kemudian dengan bahasa Arab;
dimana al-Qur-an diturunkan dengan bahasa
tersebut.

Sumber: Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul
Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih
(Ahlis Sunnah wal Jama’ah) , atau Intisari Aqidah Ahlus
Sunah wal Jama’ah) , terj. Farid bin Muhammad
Bathathy(Pustaka Imam Syafi’i, cet.I), hlm. 95-101.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar