Minggu, 15 Mei 2016

POSTINGAN SARA RISMAN - SILATURRAHIM

Ini artikel bagus yg ditulis Sara Risman, putri dari ibu Elly Risman. Buat saya, ini self reminder karena  anak sekarang kadang susah diajak kesana kemari urusan sodara.

Menurut saya, ada satu hal yang semakin hari semakin memudar dalam pengasuhan zaman sekarang, terlebih di kota-kota besar, yaitu silaturrahmi.

Perintah Allah ini semakin lama semakin tidak di praktekkan, hidup semakin nafsi-nafsi.

Saya kebetulan terlahir dari seorang ibu yang menjadikan silaturrahmi sebuah hobi. Kami di ‘geret’ ke semua acara yang bisa beliau geret, kawinan, khitanan, musibah, lamaran, dari sejak memori saya mulai merekam. Walhasil, kami jadi dekat dengan anak-anak yang juga di ‘geret’ sama orgtuanya ke acara2 seperti itu. kadang mereka sepupu agak jauh, kadang mereka orang yang tidak ada hubungan darah sama sekali. Yang sepupu jauh kadang jadi ikut nginep di rumah. Yang bukan saudara jadi seperti saudara. Bukan hanya acara keluarga, tapi juga acara orang-orang yang datang dari kampung yang sama dengan orang tua saya, ke rumah teman ibu saya dan masih banyak lagi contohnya.

Sebagai anak remaja yang normal, saya tidak selalu setuju dan berjingkrakan happy dengan perintah itu, walau dalil keuntungan silaturrahmi yang meluaskan rezeki dan memanjangkan umur, siapa sih yang tidak tahu. Tapi yang namanya kebaikan dan ibadah, selalu ada jendral setan datang menggoda. Ya capek, ya males, dan seribu alasan lainnya selalu saja ada.

Tapi saya selalu diingatkan Allah bahwa dalil itu benar, minimal yang rezeki yang luas, karena yang usia panjang mah kan nggak keliatan. Hampir setiap kali sy ‘memaksakan diri’ bersilaturrahmi, ada saja rezeki yang saya terima. Mulai dari sebuah jeruk sampai minimal belajar dari kesalahan dan pengalaman hidup org lain karena org yang saya datangi hanya berkeluh kesah tentang dirinya saja. Rezeki kan gak selalu datang dalam bentuk materi. Bisa dalam bentuk senyuman, kesabaran mendengarkan cerita orang, kawan/saudara yang bisa di tandangi, dan kesehatan untuk bersilaturrahmi lagi di keesokan hari.

Seorang dai kondang juga pernah mengatakan bahwa perpanjangan umur dalam dalil silaturrahmi ini nggak melulu di lihat dari usia fisik yang bahkan kita tidak tahu takdirnya berapa, sehingga kita tidak tahu di perpanjang atau tidaknya, tapi dari usia ‘psikis’, atau kenangan. Contohnya, di berpuluh tahun pengalaman saya di bawa serta orgtua saya untuk ikut dalam pelbagai bentuk acara orang aceh, ada 2-3 orang yang paling aktif, paling sering muncul, paling sibuk setiap kali ada acara, salah satunya sebut saja Pakcik Z. Ia sukarela menjadi ketua panitia, atau menjadi seksi (yang super) sibuk, datang paling awal, pulang paling akhir, dan lain sebagainya, ia tidak pernah absen dalam acara-acara keluarga, mau acara senang maupun duka, seakan ia sangat menikmatinya. Pakcik Z meninggal beberapa tahun silam dan setiap kali ada acara orang aceh yang saya datangi.. seakan ada yang hilang, ada yang kosong, ada yang tidak lengkap, ada yang di rindukan. Usia riil secara fisik beliau mungkin pendek.. tapi usia beliau yang berada di ingatan orang-orang jelas jauh lebih panjang.

Sebaliknya, orangtua2 yang hampir tidak pernah membawa anak mereka serta ke acara-acara keluarga, ikut bertandang ke teman orangtuanya, menengok orang yang sakit atau takziyah, mereka seakan tidak ada. Pernah suatu kali Maktuo R menikahkan anaknya, saya sampai kaget bahwa dia punya anak karena saya boro-boro pernah bertemu dengannya, dengar bahwa dia pny anak saja tidak. Mereka, walaupun masih ada usia ruh dalam raga, seakan tidak ada.

Bawalah anak anda serta ketika hendak bersilaturrahmi, mereka suka atau tidak suka. Anak-anak terkadang belum tahu apa yang baik dan yang tidak untuk mereka. Kadang untuk ‘beribadah’ itu kudu sedikit di ‘paksa’ agar terbiasa. Jangan mengajaknya dengan memberikan dalil akibat dari memutus silaturrahmi saja, tapi kasih tau sisi positif nya juga, bahwa silaturrahmi ini salah satu resep masuk surga.

Bukankah setelah orangtuanya tiada, tanda bakti seorang anak adalah tetap bersilaturrahmi dengan sanak, kerabat ayah ibunya?Jangan sampai walau sekota, karena macet, sibuk, capek atau apalah, ketemu sama teman dan saudara cuma lebaran saja.

Artikel ini saya tulis untuk saya. Bagi mereka yang mengenal saya dengan baik, tahu betul ini adalah ‘salah satu bolongan yang harus saya isi’. Tapi Rasulullah memerintahkan untuk mengajak dalam kebaikan walaupun kita belum melakukannya sendiri. Dan allah bilang bahwa sesama muslim itu bersaudara, jadi ambil saja ini sebagai tanda cinta saya. Semoga allah semakin membuka hati kita semua untuk lebih mudah, lebih sering dan lebih suka bersilaturrahmi, agar bisa bertemu di syurga nanti.. Aamiin.

-Sarra Risman
*jika di rasa manfaat, tidak perlu izin untuk membagikan artikel ini

References:
1. “… Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu... ( QS. An-Nisa ; 1 )

2. Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya ( kebaikannya ) maka bersilaturahmilah.   ( HR. Bukhari )

3. Dari Abdillah bin Salam ra berkata : Ketika Nabi saw tiba di Madinah, orang berebut mendekat kepadanya, aku termasuk yang berebut. Tatkala nampak jelas kepadaku wajahnya, saya tahu bahwa wajahnya bukan wajah pendusta. Dan yang pertama saya dengar darinya, beliau bersabda : “ Sebarluaskan salam, bersedekahlah dengan makanan, bersilaturahmilah,  dan shalatlah di malam hari saat orang lain lelap tidur, kamu akan masuk surga dengan selamat.”  ( HR. Ahmad dan Ad-Darimi )

4. “Bentuk kebaktian kepada orang tua yang paling tinggi, menyambung hubungan dengan orang yang dicintai bapaknya, setelah ayahnya meninggal.” (HR. Muslim no. 2552)

5. Dari Anas ra d ia berkata, kami bertanya, “Ya Rasulullah, kami tidak akan menyuruh orang untuk berbuat baik sebelum kami sendiri mengamalkan semua kebaikan dan kami tidak akan mencegah kemungkaran sebelum kami meninggalkan semua kemungkaran.” Maka Nabi SAW bersabda, “Tidak, bahkan serulah kepada kebaikan meskipun kalian belum mengamalkan semuanya, dan cegahlah dari kemungkaran, meskipun kalian belum meninggalkan semua[truncated by WhatsApp]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar