Selasa, 16 Juni 2015

Pelaku dosa besar tidak kekal di neraka

Pelaku Dosa Besar Dari
Kalangan Mukmin Tidak
Kekal Di Neraka
(Tafsir QS. Al-A’raf: 40)

Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﺬَّﺑُﻮﺍْ ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻨَﺎ
ﻭَﺍﺳْﺘَﻜْﺒَﺮُﻭﺍْ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﻻَ ﺗُﻔَﺘَّﺢُ
ﻟَﻬُﻢْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀ ﻭَﻻَ
ﻳَﺪْﺧُﻠُﻮﻥَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻠِﺞَ
ﺍﻟْﺠَﻤَﻞُ ﻓِﻲ ﺳَﻢِّ ﺍﻟْﺨِﻴَﺎﻁِ
ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟْﻤُﺠْﺮِﻣِﻴﻦَ
“Sesungguhnya orang-
orang yang
mendustakan ayat-ayat
Kami dan
menyombongkan diri
terhadapnya, sekali-kali
tidak akan dibukakan
bagi mereka pintu-pintu
langit dan tidak (pula)
mereka masuk surga,
hingga unta masuk ke
lobang jarum.
Demikianlah Kami
memberi pembalasan
kepada orang-orang
yang berbuat
kejahatan.” (QS. Al-
A’raf: 40)
Tafsir Ayat:
Ayat 40 menjelaskan
konsekuensi orang-orang
yang mendustakan ayat-
ayat Allah, khususnya
ayat-ayat yang
diturunkan Allah
berupa wahyu kepada
para rasul-Nya dan
menyombongkan diri,
yakni melecehkan,
mengejek atau
memperolok ayat-ayat
tersebut. Rasul-rasul
diutus Allah untuk
membimbing manusia
ke jalan yang lurus.
Mereka mendapatkan
wahyu dari Allah yang
mengajak manusia ke
jalan yang lurus dan
memperingatkan
manusia jalan-jalan
yang sesat.
Para manusia pendusta
ayat-ayat Allah lagi
sombong itu pasti akan
menerima akibat dari
sikap dan perbuatan
tercela mereka itu, yaitu
tertutupnya pintu-pintu
langit dan siksa neraka.
Apa yang dimaksudkan
pintu-pintu langit tidak
dibuka untuk mereka?
Ada dua makna yang
tersirat.
Pertama, pintu-pintu
langit adalah jalur
keberkahan dari Allah
untuk hamba-Nya. Bagi
sang pendusta dan si
sombong itu, pintu
keberkahan tertutup.
Kasih sayang Allah
sebagai Ar-Rahman
tetap diberikan kepada
siapapun termasuk para
pendusta itu, tetapi
keberkahan dan
kebahagiaan yang
hakiki, berupa
keberkahan hidup dan
ketentraman jiwa hanya
diberikan-Nya kepada
orang-orang yang
beriman dan bertakwa.
Bagi sang pendusta dan
si sombong, pintu langit
tertutup yang berarti
kesempatan mereka
untuk memperbaiki diri
telah lenyap, yang
selanjutnya membuat
mereka bertambah
sesat.
Kedua, pintu-pintu
langit di sini berarti
pintu langit untuk ruh
hamba Allah yang
meninggal yang menuju
kepada Allah. Mereka
yang beriman, ruhnya
akan naik kepada Allah
dan kemudian kembali
lagi ke bumi masuk ke
dalam alam yang lain,
yaitu alam Barzah.
Orang-orang yang
beriman dan bertakwa
mendapatkan
kebahagiaan di alam
Barzah. Sedangkan para
pendusta dan manusia-
manusia sombong
ruhnya tidak dapat naik
menuju Allah, karena
pintu-pintu langit
tertutup buat mereka.
Mereka tertolak dan
masuk ke alam Barzah
dalam keadaan sengsara
dan mendapatkan siksa
(siksa kubur).
Bantahan Terhadap
Para Pengingkar
Sunnah
Ada sekelompok ummat
Islam yang
mentahrif syafa'at
sehingga berpahaman
bila seseorang (muslim)
masuk neraka karena
beratnya dosa, maka ia
kekal selamanya (tidak
ada jahanamiyyun,
orang yang masuk surga
yang sebelumnya diazab
di neraka).
Disini keadaan seorang
muslim sama dengan
orang kafir, sama-sama
kekal di neraka. Mereka
berdalil dengan QS. Al-
A’raf: 41 di
atas: "Sesungguhnya
orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat
Kami dan
menyombongkan diri
terhadapnya, sekali-kali
tidak akan dibukakan
bagi mereka pintu-pintu
langit dan tidak (pula)
mereka masuk surga,
hingga unta masuk ke
lubang jarum.
Demikianlah Kami
memberi pembalasan
kepada orang-orang
yang berbuat
kejahatan."
Padahal ayat tersebut
yang dijadikan
pegangan
adalah dimaksudkan untuk
orang kafir dan musryik
bukan ditujukan untuk
orang-orang mukmin
Hadits-hadits berikut
dianggap bertentangan
dengan Al-Quran,
semoga Allah menunjuki
mereka. Wallahu a'lam.
1. “Apabila penduduk
jannah telah masuk
jannah dan penduduk
neraka telah masuk
neraka, Allah akan
berfirman, ”Barang
siapa di hatinya ada
seberat biji sawi
keimanan, keluarlah ia
(dari neraka)!” Maka
mereka akan keluar
dalam keadaan hangus
dan menghitam legam,
kemudian mereka akan
dilemparkan ke nahrul
hayah (sungai
kehidupan), lalu mereka
akan tumbuh seperti
tumbuhnya biji yang
dibawa aliran air.” Lalu
beliau melanjutkan,
”Tidaklah kalian tahu
bahwa biji tumbuh
berwarna kuning dan
meliuk.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
2. “Akan kaluar dari
neraka satu kaum
setelah mereka terjilat
oleh apinya, lalu mereka
masuk ke dalam jannah.
Para penghuni jannah
menamai mereka
dengan al-
jahanamiyyun (mantan
penghuni
jahannam).” (HR.
Bukhari dan Muslim)
3. Ubadah bin Shamit
menuturkan, Rasulullah
bersabda :
ﻣﻦ ﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ
ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ، ﻭﺃﻥ
ﻣﺤﻤﺪﺍ ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ، ﻭﺃﻥ
ﻋﻴﺴﻰ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ،
ﻭﻛﻠﻤﺘﻪ ﺃﻟﻘﺎﻫﺎ ﺇﻟﻰ ﻣﺮﻳﻢ
ﻭﺭﻭﺡ ﻣﻨﻪ ﻭﺍﻟﺠﻨﺔ ﺣﻖ ﻭﺍﻟﻨﺎﺭ
ﺣﻖ ﺃﺩﺧﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻋﻠﻰ
ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻤﻞ
“Barang siapa yang
bersyahadat bahwa
tidak ada sesembahan
yang hak (benar) selain
Allah saja, tiada sekutu
bagi-Nya, dan
Muhammad adalah
hamba dan Rasul-Nya,
dan bahwa Isa adalah
hamba dan Rasul-Nya,
dan kalimat-Nya yang
disampaikan kepada
Maryam, serta Ruh dari
pada-Nya, dan surga itu
benar adanya, neraka
juga benar
adanya, maka Allah
pasti memasukkanya
kedalam surga,
betapapun amal yang
telah diperbuatnya”.
(HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalil yang
menunjukkan adanya
syafaat pasti terjadi di
akhirat antara lain:
A. Dibawakan oleh
Hammad bin Zaid, ia
berkata: Aku bertanya
kepada Amr bin Dinar:
“Apakah engkau
mendengar Jabir bin
Abdillah –radhiyallahu
‘anhu- membawakan
hadits dari Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, bahwa beliau
bersabda: “Sesungguhnya
Allah mengeluarkan
sekelompok orang dari
neraka dengan syafaat?”
Amr bin Dinar
menjawab: “Ya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
B. Dari Imran bin
Hushain dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam, beliau
bersabda: “Akan keluar
sekelompok orang dari
neraka karena syafaat
Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa Sallam (dalam
suatu lafazh yang lain:
“Karena syafaatku”).
Lalu mereka masuk ke
dalam surga. Mereka
dinamakan
Jahannamiyyun.” (HR.
Abu Dawud dan Ibnu
Majah)
C. Dari Abu Sa’id Al-
Khudri bahwa
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam
bersabda: “Kemudian
Allah “Azza wa Jalla
berfirman: ‘Para
malaikat telah
memberikan syafaat,
para nabi juga sudah
memberikan syafaat,
dan kaum mu’mininpun
sudah memberikan
syafaat. Maka tidak ada
lagi yang lain, kecuali
Allah –Arhamur
Rahimin. Maka Allah
mengambil sekelompok
orang dengan satu
genggaman-Nya dari
neraka. Lalu Dia
mengeluarkan dari
neraka sekelompok
orang yang tidak pernah
berbuat kebaikan sama
sekali.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Imam Nawawi ketika
mensyarah/menjelaskan
Kitab Shahih Muslim
menukil perkataan Al-
Qadhi Iyadh sebagai
berikut: “Sesungguhnya,
telah datang atsar-atsar
yang secara keseluruhan
mencapai
batas mutawatir tentang
adanya syafaat di
akhirat bagi orang-orang
mukmin yang berdosa.
Ulama terdahulu
maupun kemudian,
serta ulama sesudahnya
dari kalangan Ahlu
Sunnah telah
bersepakat akan adanya
syafaat ini. Akan tetapi
kaum Khawarij dan
sebagian Mu’tazilah
mengingkarinya. Mereka
menggantungkan
(pengingkaran ini) pada
mazhab mereka, bahwa
orang-orang berdosa
akan kekal di neraka.
Mereka berhujjah
dengan firman Allah
Ta’ala:
“Maka tidak berguna
lagi bagi mereka
syafa'at dari orang-
orang yang memberikan
syafa'at.” (QS. Al-
Muddatstsir: 48)
Juga firman Allah:
“Orang-orang yang
zhalim tidak mempunyai
teman setia seorangpun
dan tidak (pula)
mempunyai seorang
pemberi syafa'at yang
diterima
syafa'atnya.” (QS. Al
Mu’min: 18)
Padahal ayat-ayat ini
berkaitan dengan orang
kafir. Adapun takwil-
takwil mereka (kaum
Khawarij dan
Mu’tazilah) bahwa yang
dimaksudkan dengan
syafaat ialah yang
berkenaan dengan
peningkatan derajat
(ahli surga), merupakan
takwil batil. Sebab
hadits-hadits dalam
Kitab tersebut juga
pada kitab-kitab lain
jelas-jelas menunjukkan
batalnya mazhab
mereka, dan jelas-jelas
menunjukkan akan
dikeluarkannya orang
(mukmin) yang berhak
masuk neraka (dari
neraka).” (Shahih
Muslim
Syarh Imam Nawawi
Kitab Al Iman Bab
Itsbat Asy Syafaah wa
Ikhraj Al Muwahhidin
min An Naar III/35).
Ibnu Qudamah Al-
Maqdisi mengatakan:
“Nabi kita Muhammad
akan memberikan
syafaat kepada para
pelaku dosa besar yang
telah masuk neraka agar
mereka bisa keluar
setelah mereka terbakar
dan menjadi arang,
kemudian masuk ke
dalam surga. Dan para
nabi, orang-orang yang
beriman serta malaikat
akan memberikan
syafaat (dengan seizin
Allah). Allah
berfirman: “Dan mereka
tidak akan sanggup
memberikan syafaat
melainkan untuk orang
yang Allah ridhai, dan
mereka selalu berhati-
hati karena takut
kepada Allah.” (QS. Al-
Anbiya`: 28)
Adapun orang kafir,
tidak akan bisa
merasakan syafaat orang
yang memberi
syafaat.”

(Syarah
Lum’atil I’tiqad, hal.
128).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar