Sabtu, 12 Maret 2016

TATA CARA TAYAMUM

TATA CARA TAYAMUM

ﻋَﻦْ ﻋَﻤَّﺎﺭِ ﺑْﻦِ ﻳَﺎﺳِﺮٍ – ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ – ﻗَﺎﻝَ : ‏« ﺑَﻌَﺜَﻨِﻲ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ
– ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ – ﻓِﻲ ﺣَﺎﺟَﺔٍ، ﻓَﺄَﺟْﻨَﺒْﺖُ، ﻓَﻠَﻢْ ﺃَﺟِﺪْ
ﺍﻟْﻤَﺎﺀَ، ﻓَﺘَﻤَﺮَّﻏْﺖُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﻌِﻴﺪِ، ﻛَﻤَﺎ ﺗَﻤَﺮَّﻍُ ﺍﻟﺪَّﺍﺑَّﺔُ، ﺛُﻢَّ ﺃَﺗَﻴْﺖُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ
– ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ – ﻓَﺬَﻛَﺮْﺕُ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﻪُ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺇﻧَّﻤَﺎ
ﻳَﻜْﻔِﻴَﻚَ ﺃَﻥْ ﺗَﻘُﻮﻝَ ﺑِﻴَﺪَﻳْﻚَ ﻫَﻜَﺬَﺍ – ﺛُﻢَّ ﺿَﺮَﺏَ ﺑِﻴَﺪَﻳْﻪِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ
ﺿَﺮْﺑَﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً، ﺛُﻢَّ ﻣَﺴَﺢَ ﺍﻟﺸِّﻤَﺎﻝَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻴَﻤِﻴﻦِ، ﻭَﻇَﺎﻫِﺮَ ﻛَﻔَّﻴْﻪِ
ﻭَﻭَﺟْﻬَﻪُ ».
“Dari ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: ‘Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutusku untuk suatu keperluan
kemudian aku junub, lalu aku tidak mendapati air, maka aku
menggulingkan badan ke tanah sebagaimana binatang melata
menggulingkan badannya?. Kemudian kutemui Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan kuceritakan perkara tersebut kepada beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Beliau bersabda, ‘Sudah cukup
memadai bagi kamu dengan kamu menepukkan tangan kamu
begini’, kemudian beliau menepukkan tangan beliau ke tanah
dengan satu tepukan, kemudian beliau menyapu tangan kiri beliau
pada tangan kanan dan punggung kedua tapak tangan serta wajah
beliau.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
———————————-
Faedah yang terdapat dalam hadits:
1. Seorang yang junub (tertimpa janabah) yang tidak
mendapatkan air untuk mandi, maka boleh baginya
bertayammum. Ini adalah pendapat jumhur ulama. Dalil
mereka adalah hadits ‘Ammar bin Yasir dan hadits ‘Imran bin
Hushain yang telah lewat.
2. Menepukkan dua telapak tangan ke tanah atau debu dengan
sekali tepukan.
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini dalam dua
pendapat;
Pendapat pertama : Tayammum cukup dengan sekali tepukan. Ini
adalah pendapat jumhur ulama. Dalil mereka adalah hadits-hadits
yang shahih, diantaranya hadits ‘Ammar bin Yasir.
« ﺛُﻢَّ ﺿَﺮَﺏَ ﺑِﻴَﺪَﻳْﻪِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﺿَﺮْﺑَﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً »
“kemudian beliau menepukkan tangan beliau ke tanah dengan satu
tepukan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah: “Dahulu ‘Ammar berfatwa
demikian sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Perawi
hadits lebih mengerti tentang maksud hadits dari pada yang
lainnya.” [Fathul Bari: 1/445]
Pendapat kedua : Tayammum harus dengan dua kali tepukan,
tepukan untuk wajah dan tepukan untuk tangan. Ini adalah pendapat
Malik, Abu Hanifah, asy-Syafi’i dan yang lainnya. Mereka berdalil
dengan hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
« ﺍﻟﺘَّﻴَﻤُّﻢُ ﺿَﺮْﺑَﺘَﺎﻥِ ﺿَﺮْﺑَﺔً ﻟِﻠْﻮَﺟْﻪِ , ﻭَﺿَﺮْﺑَﺔً ﻟِﻠْﻴَﺪَﻳْﻦِ ﺇِﻟَﻰ
ﺍﻟْﻤِﺮْﻓَﻘَﻴْﻦِ »
“Tayammum adalah dua kali tepukan; satu tepukan untuk wajah dan
satu tepukan untuk tangan sampai ke siku.” [HR. Ad-Daruquthni]
Hadits ini diriwayatkan dari jalan ‘Ali bin Zhabyan secara Marfu’. Ia
adalah perawi yang Matruk.
Berkata Ad-Daruquthni: “Yahya bin al-Qahthani, Husyaim dan selain
mereka meriwayatkan secara Mauquf. Ini adalah riwayat yang
benar.”
Dengan ini kita simpulkan bahwa hadits yang diriwayatkan secara
Marfu’ adalah Munkar, sedangkan yang shahih adalah riwayat yang
Mauquf.
Pendapat yang terpilih dalam masalah ini adalah bahwa dalam
bertayammum cukup dengan satu kali tepukan saja. Pendapat ini
dipilih oleh Ibnul Mundzir, al-Bukhari, asy-Syaikh Bin Baz, asy-
Syaikh al-‘Utsaimin, asy-Syaikh Muqbil, Syaikhuna Abdurrahman
al-‘Adeni dan yang lainnya.
Masalah : Apakah dipersyaratkan berniat ketika akan bertayammum?
Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah: “Tidak kami ketahui ada
perselisihan (dikalangan para ulama) bahwa tayammum tidaklah
sah kecuali dengan niat.” [Al-Mughni 1/329]
Dalil yang menunjukan hal ini adalah:
1. Firman Allah ‘Azza wa Jalla;
{ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻣِﺮُﻭﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣُﺨْﻠِﺼِﻴﻦَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﺣُﻨَﻔَﺎﺀَ }
“Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus.” [QS. Al-Bayyinah:5]
2. Hadits Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳَﻘُﻮْﻝُ : ‏« ﺇِﻧَّﻤَﺎ
ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ »
“Saya mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang
dia niatkan.” [Muttafaqun ‘alaihi]
Masalah : Apakah disyariatkan membaca BASMALAH diawal
tayammum?
Tidak ada dalil yang shahih yang menunjukan sunnahnya membaca
BASMALAH diawal tayammum.
Masalah : Apakah dipersyaratkan menggunakan tanah dalam
bertayammum?
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, namun pendapat
yang kuat dan terpilih adalah tayammum bisa dilakukan dengan
segala sesuatu yang ada dipermukaan bumi, baik dengan tanah,
debu, kerikil, batu, atau yang lainnya. Ini adalah pendapat jumhur
shabahat, Malik, Abu Hanifah dan al-Imam Ahmad dalam salah satu
riwayatnya. Pendapat ini dipilih pula oleh Syaikhul Islam, Ibnul
Qayyim, asy-Syaikh As-Sa’di, asy-Syaikh al-‘Utsaimin dan juga
Syaikhuna Abdurahman al-‘Adeni.
Dalil mereka adalah keumuman dalil-dalil yang ada:
1. Firman Allah Ta’ala:
{ ﻓَﺘَﻴَﻤَّﻤُﻮﺍ ﺻَﻌِﻴﺪًﺍ ﻃَﻴِّﺒًﺎ }
“maka bertayamumlah kamu dengan Sha’id yang baik (suci)” [QS.
Al-Maidah:6]
Ash-Sha’id disini adalah segala sesuatu yang ada dipermukaan
bumi, baik dengan tanah ataupun kerikil.
2. Keumuman hadits-hadits dalam bab tayammum. Telah
diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim hadits Abu al-Jahm
bin al-Harits, ia berkata:
« ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻣِﻦْ ﻧَﺤْﻮِ ﺑِﺌْﺮِ ﺟَﻤَﻞٍ،
ﻓَﻠَﻘِﻴَﻪُ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓَﺴَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺮُﺩَّ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺠِﺪَﺍﺭِ ﻓَﻤَﺴَﺢَ ﻭَﺟْﻬَﻪُ ﻭَﻳَﺪَﻳْﻪِ، ﺛُﻢَّ
ﺭَﺩَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang dari arah sumur
Jamal, lalu seorang laki-laki bertemu dengannya, dan ia ucapkan
salam kepada beliau, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
tidak menjawabnya hingga beliau sampai di dinding
(bertayammum), lalu beliau usap wajahnya dan kedua tangannya,
barulah beliau menjawab salam tersebut.” [HR. Muttafaqun ‘alaihi]
3. Dahulu Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dan para
shahabatnya banyak melakukan perjalanan jauh, diantaranya
ke Tabuk, sedangkan jalan antara Madinah menuju Tabuk
mayoritasnya bebatuan. Tidak ternukilkan bahwa mereka
membawa tanah dalam perjalanan mereka untuk
bertayammum.
3. Tata cara tayammum:
Berniat
Menepukkan kedua telapak tangan ke bumi dengan sekali
tepukan.
Meniup atau mengibaskan debu dari dua telapak tanganjika
memang diperlukan, sebagaimana dalam riwayat lain:
« ﻓَﻀَﺮَﺏَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﻜَﻔَّﻴْﻪِ ﺍﻷَﺭْﺽَ، ﻭَﻧَﻔَﺦَ
ﻓِﻴﻬِﻤَﺎ »
“Beliau lalu menepukkan kedua tangannya pada tanah dan
meniupnya” [HR. Al-Bukhari]
« ﻭَﺿَﺮَﺏَ ﺑِﻴَﺪَﻳْﻪِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻓَﻨَﻔَﺾَ ﻳَﺪَﻳْﻪِ »
“Beliau lalu menepukkan kedua tangannya pada tanah, lalu
mengibaskan kedua tangannya” [HR. Muslim]
Mengusap wajah terlebih dahulu, lalu mengusapkan punggung
telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan mengusap
punggung telapak tangan kiri dengan tangan kanan. Atau
boleh juga mengusap telapak tangan terlebih dahulu,
kemudian baru setelahnya mengusap wajah.
Masalah : Hukum tertib dalam tayammum; apakah harus mengusap
wajah dahulu kemudian baru setelahnya mengusap tangan?
Terjadi perbedaan pendapat dalam masalah ini. Jumhur ulama
berpendapat bahwa dalam tayammum wajib harus urut. Namun
pendapat yang benar adalah tidak wajib, bahkan boleh memulai dari
wajah ataupun dari tangan.
1. Dalam ayat tayammum disebutkan memulai dengan
mengusap wajah;
{ ﻓَﺘَﻴَﻤَّﻤُﻮﺍ ﺻَﻌِﻴﺪًﺍ ﻃَﻴِّﺒًﺎ ﻓَﺎﻣْﺴَﺤُﻮﺍ ﺑِﻮُﺟُﻮﻫِﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻳْﺪِﻳﻜُﻢْ ﻣِﻨْﻪُ }
“maka bertayammumlah dengan tanah/debu yang baik (suci),
(dengan cara) usapkanlah debu itu ke wajah dan tangan
kalian.” [QS. Al-Maidah:6]
2. Dalam hadits ‘Ammar bin Yasir memulai dengan tangan;
« ﺛُﻢَّ ﺿَﺮَﺏَ ﺑِﻴَﺪَﻳْﻪِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﺿَﺮْﺑَﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً، ﺛُﻢَّ ﻣَﺴَﺢَ ﺍﻟﺸِّﻤَﺎﻝَ
ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻴَﻤِﻴﻦِ، ﻭَﻇَﺎﻫِﺮَ ﻛَﻔَّﻴْﻪِ ﻭَﻭَﺟْﻬَﻪُ »
“kemudian beliau menepukkan tangan beliau ke tanah dengan satu
tepukan, kemudian beliau menyapu tangan kiri beliau pada tangan
kanan dan punggung kedua tapak tangan serta wajah beliau.”
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah: “Dalam hal ini menunjukan bahwa
tertib tidaklah menjadi persyaratan dalam tayammum.” [Fathul Bari:
1/457]
Masalah : Manakah yang lebih utama didahulukan?
Wallahu a’lam, lebih utama kita mendahulukan mengusap wajah,
lalu setelah itu mengusap tangan. Hal ini dengan dasar sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam:
« ﺃَﺑْﺪَﺃُ ﺑِﻤَﺎ ﺑَﺪَﺃَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ »
“Aku memulai dengan apa yang dimulai Allah.” [HR. Muslim]
Dan juga riwayat-riwayat hadits yang menyebutkan memulai dengan
wajah lebih kuat dari pada riwayat hadits yang menyebutkan
memulai dengan tangan.
Wallahul muwaffiq ilash shawab.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖

NASIHAT INI DIHADIRKAN OLEH:

TPA BAITUL JALAL KLATEN

UNTUK INFORMASI TPA BAITUL JALAL KLATEN silahkan menghubungi: 085642493111 (Ust.  Ahmad Setiawan, Direktur TPA BAITUL JALAL KLATEN)
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Bagi ikhwah fillah yg ingin menjadi donatur TPA BAITUL JALAL KLATEN silahkan mentransfer dana/infak, ke nomor rekening:
BANK SYAR'I AH MANDIRI
NO. REK: 7085671701
A.n. Ahmad Setiawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar