Minggu, 13 Maret 2016

MACAM-MACAM HATI DALAM AL- QUR'AN

Macam-macam Hati dalam Al-
Quran

Dalam suatu majelis Imam Ibnul Qayyim memaparkan macam-
macam hati dalam Al-Quran. Dan secara garis besar tentang
kedudukan dan urgensi terapi hati dalam al-Qur’an yang mulia di
samping terapi jasmani. Beliau membagi hati menjadi tiga yaitu hati
yang bersih, hati yang sakit, dan hati yang mati.
Macam-macam Hati
Allah Subhaanahu wata’ala telah menghimpun tiga macam hati ini
dalam firman-Nya.
“ Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang
Rasul pun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan
apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun
memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu,
Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh
syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- nya. dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, Agar
Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan
itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam
hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. dan
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-
benar dalam permusuhan yang sangat, Dan agar
orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini
bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu
lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi
petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada
jalan yang lurus .” (QS: Al-Hajj: 52-54)
Dari penjelasan ayat-ayat al-Qur’an di atas bahwa
Allah Subhaanahu wata’ala membagi hati dalam ayat-ayat di atas
yang terdiri dari tiga macam: dua macam terjerumus ke dalam
fitnah dan satu selamat darinya. Dua macam hati yang terjerumus
ke dalam fitnah adalah hati yang sakit dan hati yang keras.
Sedangkan hati yang selamat yaitu orang Mukmin, tunduk kepada
Tuhannya, yang tenteram dan tunduk kepada-Nya, yang
menyerahkan diri dan taat kepada-Nya.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa hati dan anggota tubuh
lainnya sangat diinginkan berada dalam kondisi yang sehat dan
tidak memiliki penyakit apa pun, dapat menunaikan segala
kewajiban yang diciptakan untuknya. Dan menyimpangnya hati dari
istiqamah karena kering dan keras, serta tidak menunaikan fungsi
yang dimaksudkan, adalah laksana tangan yang terpotong, dan
lidah yang bisu karena disebabkan oleh penyakit atau cacat yang
mencegahnya dari kesempurnaan perbuatan dan kebijakan yang
tepat. Oleh karena itu, hati terbagi menjadi tiga macam ini. Hati
yang sehat adalah hati yang tidak ada penghalang yang
mencegahnya dari menerima kebenaran, mencintainya,
mengutamakannya di atas pengetahuan sendiri, maka dia tepat
dalam menyadari kebenaran, sempurna dalam ketundukan dan
penerimaannya terhadap kebenaran. Sedangkan hati yang sakit
adalah hati yang didominasi oleh penyakit yang membuatnya mati
lagi keras, dan bila kesehatannya lebih dominan maka ia akan
membuatnya sehat.
Hati yang Bersih
Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari setiap syahwat
yang menyimpang dari perintah dan larangan Allah Subhaanahu
wata’ala , berpaling dari setiap syubhat yang melawan kabar dari-
Nya sehingga hati tersebut selamat dari penghambaan terhadap
selain Allah subhaanahu wata’ala dan selamat pula dari berhukum
kepada selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dengan seperti ini hati akan memurnikan penghambaannya kepada
Allah Subhaanahu wata’ala , segala keinginan, cinta, tawakkal,
inabah, ketundukan, ketakutan, dan harapannya. Ia mengikhlaskan
seluruh amalnya untuk Allah Subhaanahu wata’ala semata-mata.
Apabila dia mencintai maka ia mencintai karena Allah Subhaanahu
wata’ala semata-mata, dan bila dia membenci maka ia membenci
karena Allah Subhaanahu wata’ala semata-mata, dan bila dia
memberi maka ia memberi karena Allah Subhaanahu wata’ala
semata-mata, dan bila dia menahan maka ia menahan karena Allah
Subhaanahu wata’ala semata-mata. Dan hal itu saja tidak cukup,
hingga ia benar-benar membebaskan diri dari sikap tunduk dan
berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam .
Maka ia benar-benar mengikat hatinya bersama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk berhukum atas kepercayaan dan
keteladanan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
semata-mata.
Hati yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi memiliki penyakit.
Karena hati tersebut terdiri dari dua materi, kadangkala yang satu
lebih kuat dan kadangkala yang satunya lagi, dan mana yang paling
dominan maka dialah yang paling kuat di antara dua materi
tersebut.
Hati yang sakit ini di dalamnya juga terdapat rasa cinta kepada
Allah Subhaanahu wata’ala , iman dan bertawakal kepada-Nya, serta
ikhlas karena-Nya tetapi di dalam hati yang sakit juga terdapat
kesenangan terhadap syahwat, mengutamakan dan selalu
berambisi meraihnya, hasad, sombong, congkak, suka
meninggikan diri dan melakukan kerusakan di muka bumi dan
melakukan kerusakan dalam kepemimpinan.
Hati yang sakit itu teruji dengan dua godaan seruan. Satu seruan
mengajaknya kepada Allah Subhaanahu wata’ala , Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan kehidupan akhirat, sedangkan satu
seruan lagi mengajaknya kepada kenikmatan sementara, dan ia
merespon peluang yang paling dekat dengannya.
Hati yang Mati
Hati yang mati sendiri tidak mengenal terhadap Allah Subhaanahu
wata’ala , tidak beribadah kepada-Nya dengan perintah-Nya, tidak
mencintai dan meridhai-Nya. Bahkan ia menghamba kepada
kesenangan dan syahwatnya. Walaupun di situ terdapat laknat dan
murka Allah Subhaanahu wata’ala , maka dia sama sekali tidak
peduli, bila dia telah meraih kesenangan syahwatnya, apakah
Allah Subhaanahu wata’ala meridhai dan memurkai.
Hati yang mati menghamba kepada selain Allah Subhaanahu
wata’ala dengan cinta, rasa takut, harap, ridha, murka,
pengagungan, dan kerendahan. Apabila dia cinta, maka dia cinta
karena hawa nafsunya, dan apabila dia memberi, maka dia
memberi karena hawa nafsunya, dan apabila dia menahan, maka
dia menahan karena hawa nafsunya.
Hati yang mati menjadikan hawa nafsu di hadapannya, syahwat
sebagai pemimpinnya, kebodohan sebagai supir dan
pengendaranya, dan kelalaian sebagai kendarannya. Dia hanya
berfikir mencapai target-target dunianya, mabuk dalam hawa nafsu
dan cinta kesenangan sementara. Dia diseru kepada
Allah Subhaanahu wata’ala , dan kampung akhirat dari tempat yang
jauh, namun dia tidak menjawab pemberi nasihat, mengikuti
keinginan setan, dunia bisa memurkai dan membencinya. Syahwat
nafsu membutakannya dari selain kebatilan.

Sumber : OBAT HATI , Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi Kaum Sufi,
Ibnu Qayyim al-Jauziyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar