Minggu, 13 Maret 2016

"Mengejar AKhirat Dengan Dunia" Dan "Beramal Akhirat Untuk Mengejar Dunia"

"Mengejar AKhirat Dengan Dunia"
Dan "Beramal Akhirat Untuk
Mengejar Dunia"

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩُ ، ﻭَﻧَﻌُﻮْﺫُ ﺑﺎِﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴْﺌَﺎِﺕِ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻠﻨَﺎ , ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ، ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ
ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ . ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْـﺪُ
ﺇِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦَ ﺍﻟْﻬَﺪْﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺷَﺮُّ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ ﻭَﻛُﻞُّ
ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞُّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٌ ﻭَﻛُﻞُّ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
Segala puji bagi ALLAH, kami memuji-NYA dan kami
memohon pertolongan-NYA dan kami memohon keampunan-
NYA, dan kami berlindung kepada ALLAH dari keburukan diri
kami dan dari keburukan perbuatan kami. Sesiapa yang diberi
petunjuk oleh Allah maka tiadalah kesesatan baginya dan
sesiapa yang disesatkan oleh ALLAH maka tiadalah petunjuk
baginya. Kami bersaksi bahawa tiada Tuhan Yang Berhak Di
Ibadahi kecuali ALLAH yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-NYA
dan kami bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba-NYA
dan Rasul-NYA
"Sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah (Al-Quran), dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw dan
seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru/diada-
adakan (muhdats), dan setiap perkara yang baru/diada-
adakan (muhdats) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah
sesat, dan setiap kesesasatan tempatnya neraka."
Di antara "Mengejar AKhirat Dengan Dunia" Dan "Beramal
Akhirat Untuk Mengejar Dunia"
Gulungan yang "Beramal Akhirat Untuk Mengejar Dunia"
adalah seperti yang di jelaskan oleh Allah Azzawajalla dalam
Firmannya.
Firman Allah Subhanahuwata'ala
,
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺯِﻳﻨَﺘَﻬَﺎ ﻧُﻮَﻑِّ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﻫُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻟَﺎ ﻳُﺒْﺨَﺴُﻮﻥَ ‏( 15 ‏)
ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂَﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﻭَﺣَﺒِﻂَ ﻣَﺎ ﺻَﻨَﻌُﻮﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﺑَﺎﻃِﻞٌ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ
ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ 16...
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di
dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-
sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11] : 15-16)
Firmannya lagi :
ﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺷْﺘَﺮَﻭُﺍ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺑِﺎﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ۖ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﺨَﻔَّﻒُ ﻋَﻨْﻬُﻢُ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏُ ﻭَﻟَﺎ ﻫُﻢْ ﻳُﻨﺼَﺮُﻭﻥَ
"Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan
(kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa
mereka dan mereka tidak akan ditolong." Al Baqarah : 86
Gulungan yang "Mengejar AKhirat Dengan Dunia" adalah
seperti yang di jelaskan oleh Allah Azzawajalla dalam
Firmannya.
ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻟَﻌِﺐٌ ﻭَﻟَﻬْﻮٌ ۖ ﻭَﻟَﻠﺪَّﺍﺭُ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟِّﻠَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺘَّﻘُﻮﻥَ ۗ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗَﻌْﻘِﻠُﻮﻥَ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan
senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya?
Al An'am : 32
Firmannya lagi :
ﻗُﻞْ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻗَﻠِﻴﻞٌ ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟِّﻤَﻦِ ﺍﺗَّﻘَﻰٰ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﻈْﻠَﻤُﻮﻥَ ﻓَﺘِﻴﻠًﺎ
Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan
akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan
kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.
An Nisaa : 77
Firman Allah Ta'ala lagi
ﻭَﺍﺑْﺘَﻎِ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺁﺗَﺎﻙَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﺪَّﺍﺭَ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓَ ۖ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨﺲَ ﻧَﺼِﻴﺒَﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ۖ
Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
keadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” [Al-
Qashash : 77]
Ini lah kenyataan  yang sering kita lihat pada umat Islam saat
ini. Mereka memang gemar melakukan perkara-perkara
Ibadah ,contonya puasa sunnah (iaitu puasa Isnin-Khamis dan
lainnya), namun semata-mata hanya untuk menyehatkan
badan sebagaimana di nasehat dari beberapa kalangan. Ada
juga yang gemar sekali bersedekah, namun dengan tujuan
untuk memperlihatkan oleh manusia untuk kepentingan
projek atau urusan perniagaan
Begitu pula ada yang rajin bangun di tengah malam untuk
bertahajud, namun tujuannya hanyalah ingin menguatkan
badan. Semua yang dilakukan memang suatu amalan yang
baik tapi niatnya hanya sekadar kepentaingan diri sendiri
Firman Allah Subhanahuwata'ala
,
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺯِﻳﻨَﺘَﻬَﺎ ﻧُﻮَﻑِّ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﻫُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻟَﺎ ﻳُﺒْﺨَﺴُﻮﻥَ ‏( 15 ‏)
ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂَﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﻭَﺣَﺒِﻂَ ﻣَﺎ ﺻَﻨَﻌُﻮﺍ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻭَﺑَﺎﻃِﻞٌ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ
ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ 16...
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di
dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-
sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11] : 15-16)
Yang dimaksud dengan “Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia” iaitu barangsiapa yang menginginkan
kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat.
Yang dimaksud “perhiasan dunia” adalah harta dan anak.
Mereka yang beramal seperti ini: “niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan” .
Maksudnya adalah mereka akan diberikan dunia yang mereka
inginkan. Ini semua diberikan bukan kerana mereka telah
berbuat baik, namun semata-mata akan membuat terlena dan
terjerumus dalam kebinasaan kerana rusaknya amalan
mereka. Dan juga mereka tidak akan pernah "yubkhosuun",
iaitu dunia yang diberikan kepada mereka tidak akan
dikurangi.
Ini bererti mereka akan diberikan dunia yang mereka cari se
Nikmat nya (sempurna).
Dunia, mungkin saja mereka peroleh. Dengan banyak
melakukan amalan soleh, boleh jadi seseorang akan
bertambah sehat, rezeki semakin mewah dan pekerjaan terus
meningkat. Dan itu selayaknya yang mereka peroleh dan Allah
ta'ala pun tidak akan mengurangi hal tersebut sesuai yang Dia
tetapkan.
Apakah Balasan Nikmat  yang mereka peroleh di akhirat?
Lihatlah firman Allah selanjutnya (yang ertinya),
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka” . Inilah akibat orang yang hanya beribadah
untuk mendapat tujuan dunia saja.
Sememangnya di dunia akan mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Adapun di akhirat, mereka tidak akan memperoleh
pahala kerana mereka dalam beramal tidak menginginkan
akhirat. Ingatlah, balasan akhirat hanya akan diperoleh oleh
orang yang mengharapkannya. Allah Ta’ala berfirman,
ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟْﺂَﺧِﺮَﺓَ ﻭَﺳَﻌَﻰ ﻟَﻬَﺎ ﺳَﻌْﻴَﻬَﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﺳَﻌْﻴُﻬُﻢْ ﻣَﺸْﻜُﻮﺭًﺍ
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan
berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia
adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang
usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’: 19)
Orang-orang seperti ini juga dikatakan: “lenyaplah di akhirat
itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang telah mereka kerjakan”.
Ini semua dikarenakan mereka dahulu di dunia beramal tidak
ikhlas untuk mengharapkan wajah Allah sehingga ketika di
akhirat, sia-sialah amalan mereka. (Lihat penjelasan ayat ini
di I’aanatul Mustafid, 2/92-93)
Sungguh betapa banyak orang yang melaksanakan solat
malam, puasa sunnah dan banyak sedekah, namun itu semua
dilakukan hanya bertujuan untuk memperoleh kekayaan
dunia, memewahkan riezeki, umur panjang, dan lain
sebagainya.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu- menafsirkan surat Hud ayat
15-16. Beliau radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Sesungguhnya orang yang riya’, mereka hanya ingin
memperoleh balasan kebaikan yang telah mereka lakukan,
namun mereka minta segera dibalas di dunia.”
Ibnu ‘Abbas juga mengatakan,
“Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, solat atau solat
malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka
balasan dari Allah: “Allah akan memberikan bahaginnya
didunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia
(lenyap) di akhirat nanti kerana mereka hanya ingin mencari
dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang
yang merugi”.”
Perkataan yang sama dengan Ibnu ‘Abbas ini juga dikatakan
oleh Mujahid, Adh Dhohak dan selainnya.
Qotadah mengatakan,
“Barangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu
dia cari-cari dengan amalan solehnya, maka Allah akan
memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di
akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai
balasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlas
dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah
Allah), dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan
mendapatkan balasan di akhirat.”
(Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, tafsir surat Hud ayat 15-16)
Hanya Beramal Untuk Mendapat Dunia, Tidak Akan Dapat
Satu Bahagian pun Di Akhirat
Kenapa seseorang beribadah dan beramal hanya ingin
mendapat dunia? Jika seseorang beramal untuk mencari
dunia, maka sememangnya ia  akan diberi.
Jika solat tahajud, puasa Isnin-khamis yang dia lakukan hanya
ingin meraih dunia, maka dunia memang akan dia peroleh
dan tidak akan dikurangi. Namun apa akibatnya di akhirat?
Sungguh di akhirat dia akan sangat merugi. Dia tidak akan
memperoleh balasan di akhirat disebabkan amalannya yang
hanya ingin mencari-cari dunia.
Namun bagaimana dengan orang yang beramal dengan
ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah? Di akhirat dia
akan memperoleh pahala yang berlipat ganda.
Allah Ta’ala berfirman,
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺣَﺮْﺙَ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﻧﺰﺩْ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺣَﺮْﺛِﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺣَﺮْﺙَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻧُﺆْﺗِﻪِ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﻟَﻪُ
ﻓِﻲ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﻣِﻦْ ﻧَﺼِﻴﺐٍ
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan
Kami tambah keuntungan itu bahaginnya dan barang siapa
yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan
kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan tidak ada
baginya suatu bahagianpun di akhirat.” ( Asy Syuraa: 20)
Ibnu Katsir rahimahullah- menafsirkan ayat di atas,
“Barangsiapa yang mencari keuntungan di akhirat, maka Kami
akan menambahkan keuntungan itu baginya, iaitu Kami akan
kuatkan, beri nikmat padanya kerana tujuan akhirat yang dia
harapkan.
Kami pun akan menambahkan nikmat padanya dengan Kami
balas setiap kebaikan dengan sepuluh kebaikan hingga 700 kali
ganda hingga  begitu banyak sesuai dengan kehendak Allah. …
Namun jika yang ingin dicapai adalah dunia dan dia tidak
punya keinginan menperolehi akhirat sama sekali, maka
balasan akhirat tidak akan Allah beri dan dunia pun akan
diberi sesuai dengan yang Allah kehendaki.
Dan jika Allah kehendaki, dunia dan akhirat sekaligus tidak
akan dia peroleh. Orang seperti ini hanya merasa senang
dengan keinginannya saja, namun barangkali akhirat dan
dunia akan lenyap seluruhnya dari dirinya.”
Ats Tsauri berkata, dari Mughiroh, dari Abul ‘Aliyah, dari
Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
ﺑﺸﺮ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ ﺑﺎﻟﺴﻨﺎﺀ ﻭﺍﻟﺮﻓﻌﺔ ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺘﻤﻜﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻓﻤﻦ ﻋﻤﻞ ﻣﻨﻬﻢ ﻋﻤﻞ ﺍﻵﺧﺮﺓ
ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ ﻣﻦ ﻧﺼﻴﺐ
“Umat ini diberi khabar gembira dengan kemuliaan,
kedudukan, agama dan kekuatan di muka bumi. Barangsiapa
dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih
dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bahagian
pun.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya, Al
Hakim dan Al Baihaqi. Al Hakim mengatakan sanadnya sahih.
Syeikh Al Albani mensahihkan hadith ini dalam Sahih At
Targhib wa At Tarhib)
Terdapat pula riwayat dalam Al Baihaqi, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺑﺸﺮ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻣﺔ ﺑﺎﻟﺘﻴﺴﻴﺮ ﻭﺍﻟﺴﻨﺎﺀ ﻭﺍﻟﺮﻓﻌﺔ ﺑﺎﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺘﻤﻜﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻼﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺮ ﻓﻤﻦ ﻋﻤﻞ
ﻣﻨﻬﻢ ﺑﻌﻤﻞ ﺍﻵﺧﺮﺓ ﻟﻠﺪﻧﻴﺎ ﻓﻠﻴﺲ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ ﻣﻦ ﻧﺼﻴﺐ
“Umat ini diberi khabar gembira dengan kemudahan,
kedudukan dan kemulian dengan agama dan kekuatan di
muka bumi, juga akan diberi pertolongan. Barangsiapa yang
melakukan amalan akhirat untuk mencari dunia, maka dia
tidak akan memperoleh satu bahagian pun di akhirat. ”
Tanda Seseorang Beramal Untuk Tujuan Dunia
Al Bukhari membawakan hadith dalam Bab “Siapa yang
menjaga diri dari fitnah harta”.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu-, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺗَﻌِﺲَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺪِّﻳﻨَﺎﺭِ ، ﻭَﺍﻟﺪِّﺭْﻫَﻢِ ، ﻭَﺍﻟْﻘَﻄِﻴﻔَﺔِ ، ﻭَﺍﻟْﺨَﻤِﻴﺼَﺔِ ، ﺇِﻥْ ﺃُﻋْﻄِﻰَ ﺭَﺿِﻰَ ، ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻂَ ﻟَﻢْ
ﻳَﺮْﺽَ ﺗَﻌِﺲَ ﻭَﺍﻧْﺘَﻜَﺲَ
“Celakalah hamba dinar, dirham, qothifah dan khamishah.
Jika diberi, dia pun redha. Namun jika tidak diberi, dia tidak
redha, dia akan celaka dan akan kembali binasa.” (HR.
Bukhari).
Qothifah adalah sejenis pakaian yang memiliki beludru.
Sedangkan khamishah adalah pakaian yang berwarna hitam
dan memiliki bintik-bintik merah. (I’aanatul Mustafid, 2/93)
Kenapa dinamakan hamba dinar, dirham dan pakaian yang
mewah? kerana mereka yang disebutkan dalam hadith
tersebut beramal untuk meperolehi harta-harta tadi, bukan
untuk mengharap wajah Allah. Demikianlah sehingga mereka
disebut hamba dinar, dirham dan seterusnya. Adapun orang
yang beramal kerana ingin mengharap wajah Allah semata,
mereka itulah yang disebut hamba Allah (sejati).
Di antara tanda bahawa mereka beramal untuk memperolehi
harta-harta tadi atau ingin mendapatkan dunia disebutkan
dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya:
“Jika diberi, dia pun redha. Namun jika tidak diberi, dia pun
tidak redha (murka), dia akan celaka dan kembali binasa” .
Hal ini juga yang dikatakan kepada orang-orang
munafik sebagaimana dalam firman Allah,
ﻭَﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳَﻠْﻤِﺰُﻙَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺎﺕِ ﻓَﺈِﻥْ ﺃُﻋْﻄُﻮﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺭَﺿُﻮﺍ ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻄَﻮْﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺇِﺫَﺍ ﻫُﻢْ
ﻳَﺴْﺨَﻄُﻮﻥَ
“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang
(pembahagian) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari
padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi
sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi
marah.” (At Taubah: 58)
Itulah tanda seseorang dalam beramal hanya ingin
memperoleh habuan dunia. Jika dia diberi kenikmatan dunia,
dia redha. Namun, jika kenikmatan dunia tersebut tidak
kunjung datang, dia akan murka dan marah. Dalam hatinya
seraya berujar, “ Sudah sebulan saya merutinkan solat
malam, namun rezeki dan usaha belum juga lancar. ” Inilah
tanda orang yang selalu berharap dunia dengan amalan
solehnya.
Adapun seorang mukmin, jika diberi nikmat, dia akan
bersyukur. Sebaliknya, jika tidak diberi, dia pun akan selalu
sabar. kerana orang mukmin, dia akan beramal bukan untuk
mencapai tujuan dunia. Sebahagian mereka bahkan tidak
menginginkan mendapatkan dunia sama sekali. Diceritakan
bahwa sebagian sahabat tidak redha jika mendapatkan dunia
sedikit pun. Mereka pun tidak mencari-cari dunia kerana yang
selalu mereka harapkan adalah negeri akhirat. Semua ini
mereka lakukan untuk senantiasa komitmen dan istiqhomah
dalam amalan mereka, agar selalu timbul rasa harap pada
kehidupan akhirat. Mereka sama sekali tidak menyukai untuk
disegerakan balasan terhadap kebaikan yang mereka lakukan
di dunia.
Akan tetapi, barangsiapa diberi dunia tanpa ada rasa
keinginan sebelumnya dan tanpa ada rasa tamak terhadap
dunia, maka dia boleh mengambilnya. Sebagaimana hal ini
terdapat dalam hadith dari ‘Umar bin Khattab,
ﻗَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻳُﻌْﻄِﻴﻨِﻰ ﺍﻟْﻌَﻄَﺎﺀَ ﻓَﺄَﻗُﻮﻝُ ﺃَﻋْﻄِﻪِ ﺃَﻓْﻘَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻨِّﻰ .
ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻋْﻄَﺎﻧِﻰ ﻣَﺮَّﺓً ﻣَﺎﻻً ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﺃَﻋْﻄِﻪِ ﺃَﻓْﻘَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻨِّﻰ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ - ‏« ﺧُﺬْﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﺟَﺎﺀَﻙَ ﻣِﻦْ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻤَﺎﻝِ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﻏَﻴْﺮُ ﻣُﺸْﺮِﻑٍ ﻭَﻻَ ﺳَﺎﺋِﻞٍ ﻓَﺨُﺬْﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﻻَ ﻓَﻼَ
ﺗُﺘْﺒِﻌْﻪُ ﻧَﻔْﺴَﻚَ ».
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan suatu
pemberian padaku.” Umar lantas mengatakan, “Berikan saja
pemberian tersebut pada orang yang lebih memerlukan (lebih
miskin) dariku. Sampai beberapa kali, beliau tetap
memberikan harta tersebut padaku.” Umar pun tetap
mengatakan, “Berikan saja pada orang yang lebih
memerlukan (lebih miskin) dariku.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Ambillah harta tersebut dan
harta yang semisal dengan ini di mana engkau tidak merasa
mulia dengannya dan sebelumnya engkau pun tidak meminta-
mintanya. Ambillah harta tersebut. Selain harta semacam itu
(yang di mana engkau punya keinginan sebelumnya padanya),
maka biarkanlah dan janganlah hatimu bergantung
padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sekali lagi, begitulah orang beriman. Jika dia diberi nikmat
atau pun tidak, amalan solehnya tidak akan pernah
berkurang. kerana orang mukmin sangat mencintai Allah dan
Rasul-Nya.
Adapun orang yang selalu mengharap dunia dengan amalan
solehnya, dia akan bersikap berbeza. Jika dia diberi nikmat,
baru dia redha. Namun, jika dia tidak diberi, dia akan murka
dan marah. Dia redha kerana mendapat kenikmatan dunia.
Sebaliknya, dia murka kerana kenikmatan dunia yang tidak
kunjung menghampirinya padahal dia sudah gemar
melakukan amalan soleh. Itulah sebabnya orang-orang
seperti ini disebut hamba dunia, hamba dinar, hamba dirham
dan hamba pakaian.
Beragamnya Niat dan Amalan Untuk Memperoleh Dunia
Niat seseorang ketika beramal ada beberapa Tujuan:
[Pertama] Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan
dunia ketika dia beramal dan sama sekali tidak punya
keinginan mengharap wajah Allah dan kehidupan akhirat,
maka orang semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan
satu bahagian nikmat pun. Perlu diketahui pula bahwa amalan
semacam ini tidaklah muncul dari seorang mukmin. Orang
mukmin walaupun lemah imannya, dia pasti selalu
mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat.
[Kedua] Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah
Allah dan untuk mendapatkan dunia sekaligus, entah niatnya
untuk kedua-duanya sama atau mendekati, maka semacam ini
akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya
dinilai memiliki kekurangan kerana keikhlasannya tidak
sempurna.
[Ketiga] Adapun jika seseorang telah beramal dengan ikhlas,
hanya ingin mengharap wajah Allah semata, akan tetapi di
balik itu dia mendapatkan upah atau hasil yang dia ambil
untuk membantunya dalam beramal (semacam mujahid yang
berjihad lalu mendapatkan harta rampasan perang, para
pengajar dan pekerja yang menyokong agama yang
mendapatkan upah dari negara setiap bulannya), maka tidak
mengapa mengambil upah tersebut. Hal ini juga tidak
mengurangi keimanan dan ketauhidannya, kerana semula dia
tidak beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak awal dia
sudah berniat untuk beramal soleh dan menyokong agama ini,
sedangkan upah yang dia dapatkan adalah di balik itu semua
yang nantinya akan menolong dia dalam beramal dan
beragama. (Lihat Al Qoulus Sadiid, 132-133)
Adapun amalan yang seseorang lakukan untuk mendapatkan
balasan dunia ada dua macam:
[Pertama] Amalan yang tidak disebutkan di dalamnya balasan
dunia. Namun seseorang melakukan amalan tersebut untuk
mengharapkan balasan dunia, maka semacam ini tidak
diperbolehkan bahkan termasuk kesyirikan.
Misalnya: Seseorang melaksanakan shalat Tahajud. Dia
berniat dalam hatinya bahwa pasti dengan melakukan shalat
malam ini, anaknya yang akan lahir nanti adalah laki-laki.
Ini tidak dibolehkan karena tidak ada satu dalil pun yang
menyebutkan bahwa dengan melakukan shalat Tahajud akan
mendapatkan anak laki-laki.
[Kedua] Amalan yang disebutkan di dalamnya balasan dunia.
Contohnya adalah silaturrahim dan berbakti kepada kedua
orang tua. Semisal silaturrahim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺐَّ ﺃَﻥْ ﻳُﺒْﺴَﻂَ ﻟَﻪُ ﻓِﻰ ﺭِﺯْﻗِﻪِ ﻭَﻳُﻨْﺴَﺄَ ﻟَﻪُ ﻓِﻰ ﺃَﺛَﺮِﻩِ ﻓَﻠْﻴَﺼِﻞْ ﺭَﺣِﻤَﻪُ
“Barangsiapa senang untuk dilapangkan rezeki dan
dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali silaturrahim
(hubungan antara kerabat).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika seseorang melakukan amalan semacam ini, namun hanya
ingin mengharapkan balasan dunia saja dan tidak
mengharapkan balasan akhirat, maka orang yang
melakukannya telah terjatuh dalam kesyirikan. Namun, jika
dia melakukannya tetap mengharapkan balasan akhirat dan
dunia sekaligus, juga dia melakukannya dengan ikhlash, maka
ini tidak mengapa dan balasan dunia adalah sebagai
tambahan nikmat untuknya karena syari’at telah
menunjukkan adanya balasan dunia dalam amalan ini. (Lihat
At Tamhid Li Syarh Kitabit Tauhid)
Perbedaan dan Kesamaan Beramal untuk Meraih Dunia
dengan Riya’
Syaikh Muhammad At Tamimi –rahimahullah- membawakan
pembahasan ini dalam Kitab Tauhid pada Bab“Termasuk
kesyirikan, seseorang beribadah untuk mencari
dunia”. Beliau –rahimahullah- membawakannya setelah
membahas riya’. Kenapa demikian?
Riya’ dan beribadah untuk mencari dunia, keduanya sama-
sama adalah amalan hati dan terlihat begitu samar karena
tidak nampak di hadapan orang banyak. Namun, Keduanya
termasuk amalan kepada selain Allah Ta’ala. Ini berarti
keduanya termasuk kesyirikan yaitu syirik khofi (syirik yang
samar). Keduanya memiliki peredaan. Riya’ adalah beramal
agar dilihat oleh orang lain dan ingin tenar dengan
amalannya. Sedangkan beramal untuk tujuan dunia adalah
banyak melakukan amalan seperti shalat, puasa, sedekah dan
amalan sholeh lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan
balasan segera di dunia semacam mendapat rizki yang lancar
dan lainnya.
Tetapi perlu diketahui, para ulama mengatakan bahwa
amalan seseorang untuk mencari dunia lebih nampak hasilnya
daripada riya’. Alasannya, kalau seseorang melakukan
amalan dengan riya’, maka jelas dia tidak mendapatkan apa-
apa. Namun, untuk amalan yang kedua, dia akan peroleh
kemanfaatan di dunia. Akan tetapi, keduanya tetap saja
termasuk amalan yang membuat seseorang merugi di
hadapan Allah Ta’ala. Keduanya sama-sama bernilai syirik
dalam niat maupun tujuan. Jadi kedua amalan ini memiliki
kesamaan dari satu sisi dan memiliki perbedaan dari sisi yang
lain.
Ikhlaskan Amalan Mu Wahai Umat
Sebenarnya jika seseorang memurnikan amalannya hanya
untuk mengharap wajah Allah dan ikhlas kepada-Nya niscaya
dunia pun akan menghampirinya tanpa mesti dia cari-cari.
Namun, jika seseorang mencari-cari dunia dan dunia yang
selalu menjadi tujuannya dalam beramal, memang benar dia
akan mendapatkan dunia tetapi sekadar yang Allah takdirkan
saja. Ingatlah ini … !!
Semoga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam boleh
menjadi renungan bagi kita semua,
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻵﺧِﺮَﺓُ ﻫَﻤَّﻪُ ﺟَﻌَﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻏِﻨَﺎﻩُ ﻓِﻰ ﻗَﻠْﺒِﻪِ ﻭَﺟَﻤَﻊَ ﻟَﻪُ ﺷَﻤْﻠَﻪُ ﻭَﺃَﺗَﺘْﻪُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻫِﻰَ ﺭَﺍﻏِﻤَﺔٌ
ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻫَﻤَّﻪُ ﺟَﻌَﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﻘْﺮَﻩُ ﺑَﻴْﻦَ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ﻭَﻓَﺮَّﻕَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺷَﻤْﻠَﻪَ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺄْﺗِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻻَّ
ﻣَﺎ ﻗُﺪِّﺭَ ﻟَﻪُ
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk memperolehi
akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam
hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai
berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya.
Barangsiapa yang niatnya adalah untuk memperolehi dunia,
maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup,
akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia
peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi
Syeikh Al Albani mengatakan bahwa hadith ini sahih.
Lihat penjelasan hadith ini di Tuhfatul Ahwadzi,  Wahai
Umat.marilah kita ikhlaskan selalu niat kita ketika kita
beramal. Murnikanlah semua amalan hanya untuk
memperoleh redha Allah. Janganlah niatkan setiap amalanmu
hanya untuk meraih kenikmatan dunia semata. Ikhlaskanlah
amalan tersebut pada Allah, niscaya dunia juga akan engkau
raih. Yakinlah hal ini …!!
Semoga Allah selalu memperbaiki aqidah dan setiap amalan
kita dan kaum muslimin. Semoga Allah memberi taufik dan
hidayah kepada kita ke jalan yang lurus.
Wallahu 'Alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar