Sabtu, 12 Maret 2016

PETUNJUK DAN RAHMAT

بسم الله الرحمن الرحيم

  PETUNJUK DAN RAHMAT

🍃 Umar bin Khaththab r.a. berkata,
"Alangkah nikmat mendapatkan shalawat dan rahmat, dan alangkah nikmat mendapatkan Hidayah." (petunjuk)

🍄 Kadar rahmat (kasih sayang Allah) yang diterima seseorang tergantung pada kadar Hidayahnya, maka sesempurna-sempurna orang beriman adalah yang paling banyak menerima rahmat.
〽️ "Mereka itulah yang mendapat shalawat (keberkatan yang sempurna) dan Rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat Petunjuk." (Al-Baqarah: 157)

🍄 Demikian pula halnya dengan orang lain, semakin luas ilmunya maka semakin luas kasih sayangnya. Dan sungguh rahmat dan ilmu Allah telah meliputi segala sesuatu, Allah merahmati setiap sesuatu, dan ilmu Allah meliputi setiap sesuatu. Allah Maha Penyayang kepada segenap hamba-Nya lebih dari kasih sayang ibu terhadap anaknya, bahkan lebih penyayang dari seorang hamba terhadap dirinya sendiri.
Sebagaimana dia telah berfirman tentang hamba-Nya Al Khidir,
〽️ "Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami."  (Al- Kahfi: 65)

🍄 Dia lebih mengetahui tentang maslahat hamba daripada hamba itu sendiri. Dan karena sang hamba tidak mengetahui apa yang maslahat bagi dirinya, juga karena ia bersikap zalim terhadap dirinya, sehingga ia berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang justru membahayakan dan menyakitkan dirinya, mengurangi bagian pahala dan kemuliaannya, dan menjauhkannya dari kedekatan dengan-Nya. Tetapi meskipun demikian, sang hamba menyangka bahwa hal itu bermanfaat dan akan membuatnya mulia.
〽️ "Lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (Thaha: 123).

🍄 Dan itulah puncak kebodohan dan kezaliman. Dan memang manusia adalah makhluk yang zalim serta bodoh. Betapa banyak orang yang menganggap ia memuliakan dirinya, padahal hakikatnya ia menghinakan dirinya, menganggap ia memberi kenikmatan kepada dirinya, padahal hakikat melelahkan dirinya. Ia mempersembahkan segala hal untuk mendapatkan kenikmatan, padahal yang bakal ia dapatkan kesengsaraan.
〽️ "Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya." (Al-A'raaf: 146)

🍄 Kerana itu, tidak ada musuh yang lebih hebat dari dirinya sendiri, ia telah mengurangi bagiannya, menghilangkan haknya, menafikan maslahatnya, ia telah menjual kenikmatannya yang tersisa dan kelezatannya yang kekal sempurna dengan kelezatan fana dan semu, kelezatan yang bak fatamorgana dan mimpi. Keadaan ini tentu tidak mengherankan, sebab ia telah kehilangan Petunjuk dan Rahmat. Karena itu, seandainya ia diberi Petunjuk dan Rahmat, tentu keadaannya akan menjadi lain.
〽️ "Dia (Allah) menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya." (An-Nahl: 93).
〽️ "Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang di sesatkan-Nya." (An-Nahl: 37)

🌷 Tetapi, Allah Ta'ala lebih mengetahui kepada siapa petunjuk dan rahmat itu diberikan. Dialah yang memberikan kepada hamba,  Allah berfirman :
〽️ "Sesungguhnya engkau (muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi Hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (Al Qashash : 56)

🌾 "Wahai Tuhan kami, berikanlah- Rahmat kepada kami dari sisi-Mu, dan berikanlah kepada kami ilmu dalam urusan kami."
(Al Kahfi: 10)

📚 Nukilan : Mawaridul Aman
〰 Ibnu Qayyim Al Jauziyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar