Jumat, 11 September 2015

Menolong seorang muslim adalah amal saleh yang sangat agung

Menolong Seorang
Muslim
adalah Amal Shalih
yang Sangat Agung

ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ

Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda,
ﻣَﻦْ ﻧَﻔَّﺲَ ﻋَﻦْ ﻣُﺆْﻣِﻦٍ ﻛُﺮْﺑَﺔً ﻣِﻦْ ﻛُﺮَﺏِ
ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ، ﻧَﻔَّﺲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻛُﺮْﺑَﺔً ﻣِﻦْ ﻛُﺮَﺏِ
ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺴَّﺮَ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﻌْﺴِﺮٍ،
ﻳَﺴَّﺮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ،
ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﺘَﺮَ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ، ﺳَﺘَﺮَﻩُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻲ
ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ، ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ِﻓِﻲ ﻋَﻮْﻥ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪِ
ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻓِﻲ ﻋَﻮْﻥِ ﺃَﺧِﻴﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ
ﺳَﻠَﻚَ ﻃَﺮِﻳﻘًﺎ ﻳَﻠْﺘَﻤِﺲُ ﻓِﻴﻪِ ﻋِﻠْﻤًﺎ، ﺳَﻬَّﻞَ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﺑِﻪِ ﻃَﺮِﻳﻘًﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﻣَﺎ
ﺍﺟْﺘَﻤَﻊَ ﻗَﻮْﻡٌ ﻓِﻲ ﺑَﻴْﺖٍ ﻣِﻦْ ﺑُﻴُﻮﺕِ ﺍﻟﻠﻪِ،
ﻳَﺘْﻠُﻮﻥَ ﻛِﺘَﺎﺏَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻭَﻳَﺘَﺪَﺍﺭَﺳُﻮﻧَﻪُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ،
ﺇِﻟَّﺎ ﻧَﺰَﻟَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢِ ﺍﻟﺴَّﻜِﻴﻨَﺔُ، ﻭَﻏَﺸِﻴَﺘْﻬُﻢُ
ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔُ ﻭَﺣَﻔَّﺘْﻬُﻢُ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔُ، ﻭَﺫَﻛَﺮَﻫُﻢُ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴﻤَﻦْ ﻋِﻨْﺪَﻩُ، ﻭَﻣَﻦْ ﺑَﻄَّﺄَ ﺑِﻪِ ﻋَﻤَﻠُﻪُ،
ﻟَﻢْ ﻳُﺴْﺮِﻉْ ﺑِﻪِ ﻧَﺴَﺒُﻪُ
• Barangsiapa melepaskan satu
kesusahan dunia dari seorang
mukmin, Allah akan melepaskan
darinya satu kesusahan di hari
kiamat. Barangsiapa
memudahkan orang yang
kesulitan, Allah akan
memudahkannya di dunia dan
akhirat. Barangsiapa menutupi
aib seorang muslim, Allah akan
menutupi aibnya di dunia dan
akhirat, dan Allah akan
senantiasa menolong seorang
hamba, selama hamba tersebut
menolong saudaranya.
• Dan barangsiapa menempuh
suatu jalan untuk menuntut
ilmu agama, Allah akan
memudahkan baginya jalan
menuju surge dengan ilmu
tersebut , dan tidaklah ada
satu kaum yang berkumpul di
rumah Allah; membaca kitab
Allah dan saling
mengajarkannya di antara
mereka, kecuali akan turun
kepada mereka ketenangan,
dicurahkan kepada mereka
rahmat, malaikat meliputi
mereka dan Allah menyebut
mereka di hadapan malaikat
yang ada di sisi-Nya.
• Barangsiapa yang lambat
amalannya, tidak akan
dipercepat oleh nasabnya.
[HR. Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu]
Beberapa Pelajaran:
1) Hadits yang mulia ini
menjelaskan keutamaan-
keutamaan besar yang akan
diraih seorang hamba apabila
ia selalu menolong saudara-
saudaranya kaum mukminin,
yaitu ia akan meraih
pertolongan Allah jalla wa ‘ala
di dunia dan akhirat, dan
sungguh seorang hamba sangat
membutuhkan pertolongan
Allah ta’ala, tidak akan
mungkin seorang hamba
meraih kebaikan apa pun tanpa
pertolongan-Nya, apakah
kebaikan di dunia terlebih di
akhirat kelak, di hari yang tidak
ada perlindungan kecuali
perlindungan-Nya, di hari ketika
harta benda dan jabatan tiada
lagi bermanfaat kecuali amal-
amal shalih. Sahabat yang
Mulia Ibnu Mas’ud
radhiyallahu’anhu berkata,
ﻳُﺤْﺸَﺮُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺃَﻋْﺮَﻯ ﻣَﺎ
ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﻂُّ، ﻭَﺃَﺟْﻮَﻉُ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﻂُّ،
ﻭَﺃَﻇْﻤَﺄُ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﻂُّ، ﻭَﺃَﻧْﺼَﺐُ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ
ﻗَﻂُّ، ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺴَﺎ ﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻛَﺴَﺎﻩُ
ﺍﻟﻠَّﻪُ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻃْﻌَﻢَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ
ﺃَﻃْﻌَﻤَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ، ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﻘَﻰ ﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ
ﻭَﺟَﻞَّ ﺳَﻘَﺎﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ، ﻭَﻣَﻦْ ﻋَﻔَﺎ ﻟِﻠَّﻪِ ﻋَﺰَّ
ﻭَﺟَﻞَّ ﺃَﻋْﻔَﺎﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ .
“Manusia akan dikumpulkan di
hari kiamat dalam keadaan
sangat membutuhkan pakaian,
sangat kelaparan, sangat
kehausan dan sangat
kepayahan melebihi yang
pernah mereka rasakan (di
dunia), maka siapa yang (ketika
di dunia) pernah memberi
pakaian karena Allah ‘azza wa
jalla, Allah akan memakaikan
pakaian kepadanya, siapa yang
pernah memberi makan karena
Allah ‘azza wa jalla, Allah akan
memberi makan kepadanya,
siapa yang pernah memberi
minum karena Allah ‘azza wa
jalla, Allah akan memberi
minum kepadanya, siapa yang
pernah memaafkan karena
Allah ‘azza wa jalla, Allah akan
menjadikan manusia
memaafkan kezalimannya.”
[Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam ,
2/287]
2) Menolong seorang mukmin
dan menghilangkan
kesusahannya adalah amalan
yang dicintai Allah tabaraka wa
ta’ala, menunjukkan bahwa itu
termasuk amal shalih yang
sangat agung, yang
menyebabkan kecintaan Allah
subhanahu wa ta’ala kepada
orang yang mengamalkannya.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda,
ﺃَﺣَﺐُّ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺳُﺮُﻭﺭٌ
ﺗُﺪْﺧِﻠُﻪُ ﻋَﻠَﻰ ,ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ﺃَﻭْ ﺗَﻜَﺸِﻒُ ﻋَﻨْﻪُ
ﻛُﺮْﺑَﺔً, ﺃَﻭْ ﺗَﻄْﺮُﺩُ ﻋَﻨْﻪُ ,ﺎًﻋﻮُﺟ ﺃَﻭْ ﺗَﻘْﻀِﻲ
ﻋَﻨْﻪُ ﺩَﻳْﻨًﺎ
“Amalan yang paling dicintai
Allah ta’ala adalah engkau
menyenangkan seorang muslim,
atau engkau mengatasi
kesulitannya, atau engkau
menghilangkan laparnya, atau
engkau membayarkan
hutangnya.” [HR. Abusy Syaikh
dalam Ats-Tsawaab dari Ibnu
Umar radhiyallahu’anhuma,
Shahihut Targhib: 955]
• Menghilangkan kesusahan
seekor anjing saja, menjadi
sebab seorang pelacur
mendapatkan ampunan Allah
ta’ala, terlebih lagi
menghilangkan kesusahan
seorang mukmin.
• Dan apabila menghilangkan
kesusahan seorang mukmin di
dunia keutamaannya sangat
besar, maka menghilangkan
kesusahannya di akhirat tentu
lebih besar lagi, yaitu dengan
mengajarkan tauhid dan
sunnah kepadanya, serta
melarangnya dari melakukan
syirik dan bid’ah. Asy-Syaikh
Al-‘Allamah Shalih bin Fauzan
Al-Fauzan hafizhahullah pernah
berkata dalam salah satu
ceramah beliau,
ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻏﻔﺮ ﻟﻠﻤﺮﺍﺓ ﺍﻟﺒﻐﻲ ﻟﻤﺎ
ﺳﻘﺖ ﺍﻟﻜﻠﺐ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﻫﻮ ﻳﻠﻬﺚ ﻭﻓﻲ
ﺃﻣﺲ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻜﻴﻒ ﺑﻤﻦ ﻳﺴﻘﻲ
ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﻭﻫﻢ ﻓﻲ ﺃﻣﺲ
ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ ﺇﻟﻴﻪ
“Jika Allah mengampuni
seorang wanita pelacur karena
ia memberi minum seekor
anjing yang kehausan dan
sangat butuh minum,
bagaimana dengan orang yang
memberi minum (mengajarkan)
tauhid kepada manusia dalam
keadaan mereka sangat
membutuhkannya.”
3) Kewajiban menjaga dan
menguatkan persaudaraan
antara kaum mukminin dengan
saling memperhatikan dan
tolong menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan. Allah
ta’ala berfirman,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺇِﺧْﻮَﺓٌ ﻓَﺄَﺻْﻠِﺤُﻮﺍ ﺑَﻴْﻦَ
ﺃَﺧَﻮَﻳْﻜُﻢْ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﺮْﺣَﻤُﻮﻥَ
“Sesungguhnya orang-orang
mukmin adalah bersaudara
karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat
rahmat.” [Al-Hujurat: 10]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻦَ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﻛَﺎﻟْﺒُﻨْﻴَﺎﻥِ ﻳَﺸُﺪُّ
ﺑَﻌْﻀُﻪُ ﺑَﻌْﻀًﺎ
“Seorang mukmin dengan
mukmin yang lain bagaikan
sebuah bangunan, satu dengan
yang lainnya saling
menguatkan.” [HR. Al-Bukhari
dan Muslim dari Abu Musa Al-
Asy’ari radhiyallahu’anhu ]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam juga bersabda,
ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻓِﻰ ﺗَﻮَﺍﺩِّﻫِﻢْ
ﻭَﺗَﺮَﺍﺣُﻤِﻬِﻢْ ﻭَﺗَﻌَﺎﻃُﻔِﻬِﻢْ ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪِ
ﺇِﺫَﺍ ﺍﺷْﺘَﻜَﻰ ﻣِﻨْﻪُ ﻋُﻀْﻮٌ ﺗَﺪَﺍﻋَﻰ ﻟَﻪُ ﺳَﺎﺋِﺮُ
ﺍﻟْﺠَﺴَﺪِ ﺑِﺎﻟﺴَّﻬَﺮِ ﻭَﺍﻟْﺤُﻤَّﻰ
“Perumpamaan orang-orang
yang beriman dalam hal saling
mencintai, menyayangi dan
berlemah lembut di antara
mereka bagaikan satu tubuh,
apabila ada satu anggota tubuh
yang sakit maka seluruh tubuh
akan ikut merasa sakit hingga
tidak bisa tidur dan merasa
demam.” [HR. Al-Bukhari dan
Muslim dari An-Nu’man bin
Basyir radhiyallahu’anhu ]
4) Hadits yang mulia ini juga
menerangkan keutamaan ilmu
dan penuntut ilmu, serta
hubungannya yang sangat erat
dengan iman dan kasih sayang
terhadap kaum mukminin.
• Bahwa menuntut ilmu agama,
yaitu ilmu tentang Allah ta’ala,
nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya
dan syari’at-Nya, akan
mengokohkan keimanan dalam
diri seorang hamba, kemudian
melahirkan amal shalih,
kemudian dengan iman dan
amal shalih, seorang
hamba akan meraih rahmat
Allah subhanahu wa ta’ala,
sehingga ia selamat dari azab
neraka dan masuk surga.
• Dan apabila menguat
keimanan dalam diri seseorang,
menguat pula kecintaannya
kepada kaum mukminin. Asy-
Syaikh Abdur Rozzaq bin Abdul
Muhsin Al-Badr
hafizhahumallah berkata,
ﻛﻠَّﻤﺎ ﻗﻮﻱ ﺇﻳﻤﺎﻥ ﺍﻟﺸَّﺨﺺ ﻗﻮﻳﺖ
ﺭﺣﻤﺘﻪ ﺑﺈﺧﻮﺍﻧﻪ ﻓﻘﻮَّﺗﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺒﺪ
ﻣﻦ ﻗﻮﺓ ﺇﻳﻤﺎﻧﻪ، ﻭﺿﻌﻔﻬﺎ ﻣﻦ ﺿﻌﻒ
ﺇﻳﻤﺎﻧﻪ، ﻭﻫـﺬﺍ ﻇﺎﻫﺮ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ :ُﻡﺎَﻠَّﺴﻟﺍَﻭ ‏«ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ
ﻓِﻲ ﺗَﻮَﺍﺩِّﻫِﻢْ ﻭَﺗَﺮَﺍﺣُﻤِﻬِﻢْ ﻭَﺗَﻌَﺎﻃُﻔِﻬِﻢْ
ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪِ ‏»، ﻭﺫﻟﻚ ﺃﻥَّ ﺇﻟـﺎﻫﻨﺎ
ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺍﻟﻤﻌﺒﻮﺩ ﺭﺣﻴﻢ ﻳﺤﺐ ﺍﻟﺮﺣﻤﺎﺀ
ﻭﺩِﻳﻨﻨﺎ ﺩﻳﻦ ﺍﻟﺮَّﺣﻤﺔ، ﻭﻧﺒﻴّﻨﺎ ﻧﺒﻲّ
ﺍﻟﺮّﺣﻤﺔ، ﻭﻛﺘﺎﺑﻨﺎ ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ،
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻧﻌﺖ ﻋﺒﺎﺩﻩ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻓﻴﻪ
:ﻪﻟﻮﻘﺑ }ﺭُﺣَﻤَﺎﺀُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ }.
“Setiap kali menguat iman
seseorang, menguat pula kasih
sayangnya terhadap saudara-
saudaranya seagama, karena
kuatnya sifat kasih sayang
berasal dari kekuatan imannya
dan lemahnya sifat tersebut
berasal dari kelemahan
imannya. Ini jelas dalam sabda
Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam,
ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻓِﻲ ﺗَﻮَﺍﺩِّﻫِﻢْ
ﻭَﺗَﺮَﺍﺣُﻤِﻬِﻢْ ﻭَﺗَﻌَﺎﻃُﻔِﻬِﻢْ ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪِ
“Perumpamaan kaum mukminin
dalam hal saling mencintai,
menyayangi dan berlemah
lembut bagaikan satu
tubuh.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim dari An-Nu’man bin
Basyir radhiyallahu’anhuma)
Demikian itu karena Allah yang
kita sembah adalah Maha
Penyayang; mencintai orang-
orang yang penyayang, agama
kita adalah agama kasih
sayang, Nabi kita seorang yang
penyayang, kitab kita Al-Qur’an
adalah kitab kasih sayang, dan
Allah mensifatkan hamba-
hamba-Nya yang beriman
dalam kitab-Nya dengan firman-
Nya,
ﺭُﺣَﻤَﺎﺀُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ
“Mereka (orang-orang yang
beriman) saling berkasih
sayang di antara mereka.” (Al-
Fath: 29).” [Fawaaid
Mukhtashoroh min Mauqi’ Asy-
Syaikh Abdur Rozzaq bin
Abdul Muhsin Al-Badr
hafizhahullah]
5) Peringatan untuk tidak
tertipu dengan kemuliaan
nasab dan kehebatan nenek
moyang, karena yang
meninggikan derajat seseorang
adalah amal-amal shalihnya
sendiri, bukan karena nasab
dan keturunan. Al-Hafiz Ibnu
Rajab rahimahullah berkata,
ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ :َﻢَّﻠَﺳَﻭ ‏«ﻭَﻣَﻦْ
ﺑَﻄَّﺄَ ﺑِﻪِ ﻋَﻤَﻠُﻪُ، ﻟَﻢْ ﻳُﺴْﺮِﻉْ ﺑِﻪِ : «ُﻪُﺒَﺴَﻧ
ﻣَﻌْﻨَﺎﻩُ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻌَﻤَﻞَ ﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺒْﻠُﻎُ
ﺑِﺎﻟْﻌَﺒْﺪِ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ، ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ
:ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ }ﻭَﻟِﻜُﻞٍّ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕٌ ﻣِﻤَّﺎ ﻋَﻤِﻠُﻮﺍ{،
ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﺑْﻄَﺄَ ﺑِﻪِ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺃَﻥْ ﻳُﺒْﻠَﻎَ ﺑِﻪِ
ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﺯِﻝَ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻴَﺔَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ، ﻟَﻢْ
ﻳُﺴْﺮِﻉْ ﺑِﻪِ ﻧَﺴَﺒُﻪُ، ﻓَﻴُﺒَﻠِّﻐَﻪُ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟﺪَّﺭَﺟَﺎﺕِ،
ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﺭَﺗَّﺐَ ﺍﻟْﺠَﺰَﺍﺀَ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝِ، ﻟَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﻧْﺴَﺎﺏِ، ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ
:ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ }ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻧُﻔِﺦَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼُّﻮﺭِ ﻓَﻠَﺎ
ﺃَﻧْﺴَﺎﺏَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺘَﺴَﺎﺀَﻟُﻮﻥَ }
“Sabda Nabi shallallahu’alaihi
wa sallam, “Barangsiapa yang
lambat amalannya, tidak akan
dipercepat oleh nasabnya”,
maknanya adalah, amalanlah
yang dapat mengantarkan
seseorang meraih ketinggian
derajat di akhirat, sebagaimana
firman Allah ta’ala,
ﻭَﻟِﻜُﻞٍّ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕٌ ﻣِﻤَّﺎ ﻋَﻤِﻠُﻮﺍ
“Dan masing-masing orang
memperoleh derajat-derajat
(sesuai) dengan apa yang
dikerjakannya.” (Al-An’am: 132)
Maka siapa yang lambat dalam
beramal untuk meraih
kedudukan yang tinggi di sisi
Allah ta’ala, tidak akan
dipercepat oleh nasabnya
untuk sampai kepada
kedudukan tersebut, karena
Allah ta’ala menetapkan
adanya balasan karena amalan,
bukan karena nasab,
sebagaimana firman-Nya,
ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻧُﻔِﺦَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼُّﻮﺭِ ﻓَﻠَﺎ ﺃَﻧْﺴَﺎﺏَ
ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺘَﺴَﺎﺀَﻟُﻮﻥَ
“Apabila sangkakala ditiup
maka tidaklah ada lagi
pertalian nasab di antara
mereka pada hari itu, dan tidak
ada pula mereka saling
bertanya.” (Al-Mukminun:
101).” [ Jaami’ul ‘Uluumi wal
Hikam, 2/308]
ﻭﺑﺎﻟﻠﻪ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ
ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar