Sabtu, 05 September 2015

R I B A

[02/09 6:12 am] ‪+62 853-2083-6563‬: 🇮🇩RIBA 🇮🇩= RAIB
(RIBA = Rusak Iman Bisnis Ancur)

Mentor bisnis saya, yaitu Bapak Purdi E. Chandra, owner Primagama Group, dulu sering menyelenggarakan seminar wirausaha dengan tema yang cukup fenomenal dan kontroversial, yaitu:
⚡"CARA GILA JADI PENGUSAHA"⚡

Ribuan pengusaha Indonesia berhasil dicetak oleh beliau, seperti yang terkenal diantaranya adalah Ippho Santosa, Miming Pangarah, Rully Kustandar, Roy Shakti, dan banyak lagi.

Didalam seminar itu, salah satu yang beliau dorong dan anjurkan adalah utang bank. Ada satu kata-kata yang masih saya ingat betul dan saya yakini kebenarannya dulu, yakni "Hutang Itu Mulia".

Gimana gak mulia, tiap bulan kita ngasih uang ke bank, kasih angsuran dan bunga. Kan yang memberi lebih mulia dari pada yang menerima. Hmmm, masuk akal menurut saya, waktu itu.

🇮🇩Tapi, pengalaman mengajarkan lain. Ternyata riba itu menyengsarakan hidup saya, merendahkan saya di mata keluarga, dan menghinakan saya dihadapan masyarakat.

Lebih dari 13 tahun saya terjerat riba, yang akhirnya saya pun cabut dan komitmen untuk lepas dari riba. Diluar dugaan, tidak lama kemudian, mentor bisnis saya Bapak Purdi E. Chandra ternyata juga mendeklarasikan taubat riba, bisa dilihat videonya: https://youtu.be/5aTQ3OJBs1w

Banyak pengusaha-pengusaha pemula yang masih bersikeras, tanpa bank mereka tidak bisa berkembang. Tanpa bank, darimana mereka mendapatkan modal.
Tanpa bank, bagaimana bisnis mereka bisa diselamatkan.

Kalau ingat mereka yang ngeyel2 ini, saya seperti bercermin dan melihat diri saya sendiri beberapa tahun yang lalu. Tanpa bank, gimana bisnis saya bisa berkembang, atau minimal masih bertahan.

Akhirnya, setelah saya taubat riba, justru yang terjadi, bisnis saya melesat. Saya membangun proyek property yang pendanaanya tidak dari bank dan skema kredit/KPR-nya juga tanpa bank.

Di bulan pertama jualan property, saya berhasil menjual 23 unit property yang menghasilkan profit Rp.3,5 Miliar, dan dalam setahun aset property saya meningkat menjadi Rp.10 Miliar. Saat ini proses pengembangan property lagi senilai Rp.40 Miliar. Dan semuanya, enaknya, ga perlu ngemis-ngemis minta diutangin bank.

Guru saya Bapak Heppy Trenggono, terjebak utang Rp.63 Miliar. Begitu taubat riba, dan transaksi bisnis pertama tanpa riba tanpa utang yang beliau bukukan adalah Rp.500 miliar, dan sekarang perkebunan sawitnya yang diperoleh dengan tanpa riba mencapai aset Rp.6 Triliun rupiah dibawah bendera PT. Balimuda Group. Beliau mendirikan IIBF (Indonesia Islamic Business Forum), merupakan wadah untuk menggembleng ribuan pengusaha2 pejuang anti riba.

Sahabat saya Tanto Abdurrahman dari Yogyakarta, ketika berumur 23 tahun sudah terlibat riba Rp.53 miliar. Begitu taubat riba, sekarang beliau memiliki berbagai usaha seperti pertambangan, tambak, percetakan, Biro haji Umroh, dll. Beliau sekarang juga mengelola 32 pondok pesantren tahfidz Qur'an dengan ribuan santri.

Ada lagi, mas Saptuari Sugiharto dari Jogja pemilik Waralaba Kedai Digital, Pemenang Wirausaha Muda Mandiri, pengusaha muda, penulis buku, dan trainer bisnis yang sudah sangat terkenal diseluruh Indonesia, juga sekarang menjadi pejuang anti riba yang tidak kenal lelah.

Ada lagi Bapak Samsul Arifin SBC, seorang mantan CEO perusahaan multinasional, melalui berbagai seminar wirausaha dengan tagline‪#PengusahaTanpaRiba‬ berhasil menggebrak dan menyadarkan ribuan pengusaha2 Indonesia untuk cabut dari riba selamanya.

Masih banyak orang-orang hebat yang sekarang menjadi pejuang-pejuang anti riba.

Masih ragu, bisnis tanpa utang bank itu bisa?
Masih memilih menggantungkan nasibmu pada utang bank?
Silakan, itu hak anda. Silakan nikmati saja hari-hari melihat kalender, menghitung hari jatuh tempo angsuran.

Mengingat ketika saya dibangkrutkan 12 kali karena riba, saya sangat bersyukur sekali, ini tandanya Allah masih sayang kepada saya. Dikasih waktu untuk sadar dan bertaubat. Mungkin kalau tidak dibikin bangkrut, saya akan terlena hidup dari riba, dan mati menanggung riba.

Jadi anda yang saat ini sedang bangkrut karena riba, lihat sisi positifnya, anda sedang diselamatkan Allah, agar tidak semakin jauh terjebak riba. Anda sedang dipanggil untuk mendekat kepadaNYA. Ingat, ini cara Allah menyayangimu.

Anda yang usahanya lancar karena riba, silakan introspeksi diri, didalam keharaman tapi bisnis anda dilancarkan. Apakah ini tanda-tanda Allah sudah mengabaikanmu? Jangan-jangan Allah sudah tidak mencintaimu?

Ingat sajalah Firma Allah Subhanahu Wa Ta'ala : “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Qiyamah: 36)

Iya, semua ada pertanggung jawabannya. Jangan anda kira, Allah akan lupa menghisab, menghitung dan memberikan balasan untuk setiap rupiah uang riba yang kau makan beserta anak dan istrimu.

Jika peringatan ini telah sampai kepadamu dan kau memilih untuk menolaknya, silakan saja. Tapi ingatlah ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim)

Mungkin ada yang menolak dengan mengatakan:"Negara aja punya utang, ratusan juta orang juga punya utang!"

Ingatlah, banyak orang yang melakukan bukan menjadi dasar bahwa hal tersebut adalah kebenaran. Ibarat seluruh manusia di dunia melakukan riba, maka tidak akan menjadikan riba itu menjadi halal untukmu.

Allah telah memperingatkan :
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. Al-An’am 116)

Jadi, silakan! Apakah anda akan mengikuti kebanyakan orang yang setuju dengan sistem ribawi ? Ataukah anda memilih kembali ke jalan yang Allah ridhai ?

Semoga Bermanfaat dan Barakah.

Wallahu a'lam
[02/09 8:25 am] ‪+62 852-1906-6336‬: Islam sangat menghargai ilmu, ahli ilmu dan mendorong untuk berjuang mendapatkan ilmu

Penghargaan Islam terhadap ilmu dapat kita telusuri dalam beberapa dokumen dan nash, misalnya :
1.Wahyu yang Allah SWT turunkan kepada Rasulullah SAW adalah surat al-Alaq, berkaitan dengan perintah membaca. Ini bagian dari proses mendapatkan ilmu.
2.Allah menempatkan orang berilmu dengan kedudukan yang tinggi

… يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍۗ…

“… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”(QS. Al-Mujadilah[58]: 11)

قُـلْ هَـلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُونَۗ …

Artinya: “Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Qs. Az-Zumar [39]: 9)

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْـرًا يُـفَـقِـهْهُ فِي الدِّيْنِ.

“Barang siapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan menjadikannya mengerti tentang (urusan) agamanya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 71, 3116, 7312), Muslim (no. 1037), Ahmad (IV/92, 95, 96), Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/122-123, no. 84), dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu]

مَنْ سَلَكَ طَرِيْـقًـا يَبْـتَغِي فِيْهِ عِلْمًا سَهَّـلَ اللهُ لَهُ طَرِيْـقًـا إِلَى الْجَنَّـةِ، وَإِنَّ الْمَـلاَئِـكَةَ لَتَضَعُ أَجْـنِحَـتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَـسْـتَغْـفِـرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَـا وَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ حَتَّى الْحِـيْتَـانُ فِي الْمَـاءِ .

“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha atas apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya orang yang berilmu benar-benar dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi, bahkan oleh ikan-ikan yang berada di dalam air.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3641), Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), Ahmad (V/196), Ad-Darimi (I/98), Ibnu Hibban (88 – Al-Ihsan dan 80 – Al-Mawarid), Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/275-276, no. 129), Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/174 ,no. 173), dan Ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar (I/429), dari Abud Darda’ radhiyallahu’anhu]

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَـانُ انْـقَـطَـعَ عَـمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ، وَعِلْمٌ يُنْـتُفَـعُ بِهِ، وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُولَهُ .

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, amalannya terputus, kecuali tiga hal (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akannya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim (no. 1631), Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 38), Ahmad (II/372), Abu Dawud (no. 2880), An-Nasa’i (VI/251), Tirmidzi (no. 1376), Al-Baihaqi (VI/278), dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/103 ,no. 52), dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

3.Ilmu adalah hal penting yang harus dimiliki sebelum seseorang berkata dan beramal

اَلْعِلْمُ قَبْلَ الْقَوْلِ والْعَمَلِ

“Ilmu sebelum perkataan dan amal”  (lihat Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Ilmu, Bab Al-‘Ilmu Qablal Qaul wal ‘Amal (I/119)

Urgensi ilmu : aqidah, syariah, dakwah, akhlak, tafsir, hadits dan tsaqofah Islam yang lain

Dengan ilmu seseorang dapat membedakan aqidah yang lurus dan yang tercemar, syariah yang berasal dari Islam dan yang bertentangan dengan Islam, cara yang benar dalam menafsirkan al-Quran dan cara yang salah, dapat mengambil hadits dan menempatkan tsaqofah Islam dengan benar.

Dengan ilmu seseorang tidak mudah mengkafirkan orang lain tanpa bukti, dengan ilmu seseorang dapat mengetahui penyimpangan tafsir Quran, dengan ilmu sesorang tidak mudah membuang hadits Nabi dengan alasan hadits dhoif, dan seterusnya. Ilmu yang salah akan mengakibatkan kerusakan aqidah, kerusakan amal, membahayakan diri sendiri dan menyesatkan orang lain.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang menjadikan pemiliknya tambah yakin kepada Allah, Rasul dan Islam, tambah takut kepada Allah, terdorong untuk taat dan meninggalkan maksiat. Sebaliknya ilmu yang tak bermanfaat akan menjauhkan seseorang dari Allah, melecehkan ayat-ayat Allah dan menjadikan dirinya salah persepsi terhadap Islam. (Ingat ungkapan penganut liberal yang mengatakan bahwa haji dan umroh hendaknya distop karena pemborosan; juga ungkapan yang lain bahwa: 90% al Quran memakai pendapat pengarang)

Metode melakukan ta’lim yang diwariskan oleh generasi kaum muslimin adalah metode talaqqiyan, yakni bertemu langsung antara guru dengan murid, membahas satu masalah ke masalah lain, mendiskusikan untuk mendapatkan kefahaman dan menghindari salah faham.

Sikap ulama terhadap ilmu, penghormatan mereka terhadap ahli ilmu dan perjuangan mereka mencari ilmu:

Kisah sahabat Nabi sekaligus sepupu beliau Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib (dikenal dengan nama Ibnu Abbas) sangat luar biasa. Beliau yang lahir 3 tahun sebelum Rasul hijrah, mendapadaptkan doa Rasul dengan doanya: "Ya Allah berilah ia pengertian dalam bidang agama
dan berilah ia pengetahuan takwil (tafsir)". Kecintaan dan kesungguhan Ibnu Abbas terhadap ilmu ditunjukkan saat Rasul masih hidup beliau selalu menyertai Rasul dan mendapatkan ilmu secara langsung dari Rasul. Saat Rasul wafat Ibnu Abbas mencari ilmu kepada para sahabat, dengan mendatangi dari satu sahabat ke sahabat yang lain. Ia ketuk satu pintu dan berpindah ke satu pintu rumah sahabat-sahabat Rasulullah. Tak jarang ia harus tidur di depan pintu para sahabat, karena mereka sedang istirahat di dalam rumahnya. Tapi betapa terkejutnya mereka tatkala menemui Ibnu Abbas sedang tidur di depan pintu rumahnya.
“Wahai keponakan Rasulullah, kenapa tak kami saja yang menemui Anda,” kata para sahabat yang menemukan Ibnu Abbas tertidur di depan pintu rumahnya beralaskan selembar baju yang ia bawa.
“Tidak, akulah yang mesti mendatangi Anda,” kata Ibnu Abbas tegas. Itulah penghargaan beliau terhadap ilmu, ahli ilmu dan kesungguhan beliau mencari ilmu.

Muadz bin Jabal RA. berkata:

وَبِهِ تُوْصَلُ اْلأَرْحَامُ وَيُعْرَفُ اْلحَلاَلَ وَلْحَرَامُ , وَهُوَإِمَامٌ وَلْعَمَلُ تَابِعُهٌ , وَيُلْهَمُهُ السُّعُدَاءُ وَيُحْرَمُهُ اْلأَشْقِيَاءُ

“Dengan ilmu terjalin silaturahim dan diketahui yang halal dan yang haram, ilmu adalah pemimpin, sedangkan amal pengikutnya, ilmu itu diberikan kepada orang-orang yang berbahagia dan diharamkan bagi orang-orang yang celaka”

Ibnu Rajab al Hambali berkata:

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَظُنُّ أَنَّهُ طَرِيْقُ اْلجَنَّةِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَقَدْ سَلَكَ أَعْسَرَ الطَّرِيْقِ وَأَشَقَّهَاوَلاَيُوْصِلُ إِلَى اْلمَقْصُوْدِ عُسْرِهِ وَمَشَقَّتِهِ

“Barangsiapa yang menempuh jalan yang dikiranya menuju jannah tanpa mempunyai ilmu, maka benar-benar telah menempuh jalan yang sangat sukar dan berat, meski demikian tidak menyampaikannya kepada tujuan”

Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu berpesan :

إِنَّ اْلحَقَّ لاَ يُعْرَفُ بِالرِّجَالِ, اِعْرِفِ اْلحَقَّ تَعْرِفْ أَهْلَهُ

Kebenaran tidak dikenal dari orang-orangnya. Tetapi kenalilah kebenaran, maka engkau akan tahu siapa orang-orang yang berada di atas kebenaran !

الْعِلْمُ صِفَةُ يَنْكَشِفُ بِهَا اْلمَطْلُوْبُ اِنْكِشَا فًا تَامَ
“Ilmu adalah sesuatu yang dengannya dapat mengungkap suatu masalah dengan jelas” As Salam, juz 2:6

لَيْسَ الْعِلْمَ عَنْ كَثِيْرَةِ الْحَدِيْثِ , وَلَكِنَّ الْعِلْمَ عَنْ كَثِيْرَةِ الْخَشْيَةِ

Ibnu Mas’ud berkata: “Bukannya ilmu itu banyaknya perkataan, tetapi ilmu itu adalah banyaknya rasa takut kepada Allah” (Tafsir iIbnu Katsir)

Bersusah payah dan Berletih-letih menuntut ilmu

Para ulama sering menyebutkan hal ini salah satunya adalah Yahya bin Abi Katsir rahimahullah, beliau berkata,

ولا يستطاع العلم براحة الجسد

“Ilmu tidak akan diperoleh dengan tubuh yang santai (tidak bersungguh-sungguh)”

Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
“Tidak mungkin menuntut ilmu orang yang pembosan, merasa puas jiwanya kemudian ia menjadi beruntung, akan tetapi ia harus menuntut ilmu dengan menahan diri, merasakan kesempitan hidup dan berkhidmat untuk ilmu, maka ia akan beruntung.”

Abu ‘Amr bin Ash-Shalah menceritakan biografi Imam Muslim rahimahullah, beliau berkata,  “tentang sebab wafatnya (imam muslim) adalah suatu yang aneh, timbul karena kepedihan/kesusahan hidup dalam ilmu.”

Yahya Abu zakaria berkata,
“Pamanku Ubaidillah bercerita kepadaku, “aku kembali dari Khurasan dan bersamaku ada 20 beban berat yang berisikan buku-buku. Aku singgah di sebuah sumur –yaitu sumur Majannah- aku lakukan karena mencontoh ayahku.”

Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
“tidak akan beruntung orang yang menuntut ilmu, kecuali orang yang menuntutnya dalam keadaan serba kekurangan aku dahulu mencari sehelai kertaspun sangat sulit. Tidak mungkin seseorang menuntut ilmu dengan keadaan serba ada dan harga diri yang tinggi kemudian ia beruntung.”

Menahan lapar
Abdurrahman bin Abu Zur’ah berkata, saya mendengar ayahku berkata,
“Aku menetap di Bashrah pada tahun 214 Hijriyah. Sebenarnya aku ingin menetap di sana selama setahun. Namun perbekalanku telah habis dan terpaksa aku menjual bajuku helai demi helai, sampai akhirnya aku tidak punya apa-apa lagi. Tapi aku terus pergi bersama teman-temanku kepada para syaikh dan aku belajar kepada mereka hingga sore hari. Ketika teman-temanku telah pulang, aku pulang ke rumahku dengan tangan hampa dan Cuma minum air untuk mengurangi rasa laparku. Keesokan harinya teman-temanku datang dan aku pergi belajar bersama mereka untuk mendengar hadits dengan menahan rasa lapar yang sangat. Keesokan harinya lagi mereka datang lagi dan mengajakku pergi. Aku berkata, “aku sangat lemah dan tidak bisa pergi”. Merek berkata, “apa yang membuatmu lemah?”. Aku berkata, “tidak mungkin kau sembunyikan dari kalian, aku belum makan apa-apa sejak dua hari yang lalu.”.”

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahullah berkata,
“Aku memunguti selada, sisa-sisa sayuran dan daun carob dari tepi kali dan sungai. Kesulitan yang menimpaku karena melambungnya harga yang terjadi di Baghdad membuatku tidak makan selama berhari-hari. Aku hanya bisa memunguti sisa-sisa makanan yang terbuang untukku makan. Suatu hari, karena saking laparnya, aku pergi ke sungai dengan harapan mendapatkan daun carob, sayuran, atau selainnya yang bisa ku makan. Tidaklah aku mendatangi suatu tempat melainkan ada orang lain yang telah mendahuluinya. Ketika aku mendapatkannya,maka aku melihat orang-orang miskin itu memperebutkannya. Maka, aku pun membiarkannya, karena mereka lebih membutuhkan.”

Dari Abdurrahman, aku mendengar Ubai berkata,
“Tahun pertama mencari hadits, aku keluar mengembara mencari hadits selama 7 tahun, menurut perkiraanku aku telah berjalan kaki lebih dari seribu farsakh (+ 8 km). Aku terus terus menghitung hingga ketika telah lebih dari seribu farsakh, aku menghentikannya.

Dan masih banyak kisah lain yang mencritakan kesungguhan mereka dalam menuntut ilmu, pengorbanan merekaa akan waktu, tenaga dan harta untuk bertemu dengan banyak guru sehingga mendapatkan ilmu.

Akhirnya kita berdoa kepada Allah semoga Allah berikan istiqomah dalam menuntut ilmu, mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan menuntun kepada jalan keridhoan Allah SWT.

وَقُـلْ رَّبِّ زِدْنِى عـلْـمًا

“Dan katakanlah, ‘Wahai Rabbku, tambahkanlah ilmu kepadaku.’” (QS. Thaha: 14)

اللهُـمَّ انْفَـعْـنِيْ بِمَـا عَـلَّمْتَنِيْ، وَعَـلِّمْنِيْ مَا يَنْـفَعُـنِيْ، وَزِدْنِيْ عِـلْمًـا.

“Yaa Allah, berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku. Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar