Rabu, 30 September 2015

Hikmah ada orang kaya dan ada.orang miskin

HIKMAH ADA ORANG KAYA DAN JG ADA ORANG MISKIN

Ada yang kaya dan ada yang
miskin. Ini semua ada
hikmah yang patut kita
renungkan. Kali ini penulis
utarakan ada lima hikmah di
balik penetapan seperti itu.
Hikmah 1: Kaya dan Miskin
Bentuk Keadilan Allah
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Allah melebihkan
sebahagian kamu dari
sebagian yang lain dalam
hal rezeki.” (QS. An Nahl: 71)
Dalam ayat lain disebutkan,
“Dan jikalau Allah
melapangkan rezeki kepada
hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan melampaui
batas di muka bumi, tetapi
Allah menurunkan apa yang
dikehendaki-Nya dengan
ukuran. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha
Melihat.” (QS. Asy Syuraa:
27)
Ibnu Katsir rahimahullah
lantas menjelaskan,
“Seandainya Allah memberi
hamba tersebut rezeki lebih
dari yang mereka butuh,
tentu mereka akan
melampaui batas, berlaku
kurang ajar satu dan lainnya,
serta akan bertingkah
sombong.” (Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim, 6: 553)
Selanjutnya Ibnu Katsir
menjelaskan lagi, “Akan
tetapi Allah memberi rezeki
pada mereka sesuai dengan
pilihan-Nya dan Allah selalu
melihat manakah yang
maslahat untuk mereka.
Allah tentu yang lebih
mengetahui manakah yang
terbaik untuk mereka. Allah-
lah yang memberikan
kekayaan bagi mereka yang
Dia nilai pantas
menerimanya. Dan Allah-lah
yang memberikan kefakiran
bagi mereka yang Dia nilai
pantas
menerimanya.” (Idem)
Hikmah 2: Ada yang Pantas
Kaya dan Pantas Miskin
Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Tuhanmu
melapangkan rezeki kepada
siapa yang Dia kehendaki
dan menyempitkannya;
Sesungguhnya Dia Maha
mengetahui lagi Maha
melihat akan hamba-hamba-
Nya.” (QS. Al Isra’: 30)
Dalam ayat di atas, di akhir
ayat Allah berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya Dia
Maha mengetahui lagi Maha
melihat akan hamba-hamba-
Nya”. Ibnu Katsir
menjelaskan maksud
penggalan ayat terakhir
tersebut, “Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui dan
Maha Melihat manakah di
antara hamba-Nya yang
pantas kaya dan pantas
miskin. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits,
“Sesungguhnya di antara
hamba-Ku, keimanan barulah
menjadi baik jika Allah
memberikan kekayaan
padanya. Seandainya Allah
membuat ia miskin, tentu ia
akan kufur. Dan di antara
hamba-Ku, keimanan barulah
baik jika Allah memberikan
kemiskinan padanya.
Seandainya Allah membuat
ia kaya, tentu ia akan kufur”.
(Diriwayatkan oleh Abu
Nu’aim dalam Hilyah Al-
Auliya’ 8: 318 lewat jalur Al-
Hasan bin Yahya Al-Khasyniy,
dari Shidqah bin ‘Abdillah,
dari Hisyam Al Kanani, dari
Anas. Hadits ini dha’if).
(Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:
71)
Hikmah 3: Kaya dan Miskin
Sama-Sama Ujian
Dari Al-Hasan Al-Bashri, ia
berkata,
“Umar bin Al-Khattab
radhiyallahu ‘anhu pernah
menuliskan surat kepada
Abu Musa Al-Asy’ari yang
isinya: Merasa cukuplah
(qana’ah-lah) dengan rezeki
dunia yang telah Allah
berikan padamu. Karena Ar-
Rahman (Allah Yang Maha
Pengasih) mengaruniakan
lebih sebagian hamba dari
lainnya dalam hal rezeki.
Bahkan yang dilapangkan
rezeki sebenarnya sedang
diuji pula sebagaimana yang
kurang dalam hal rezeki.
Yang diberi kelapangan
rezeki diuji bagaimanakah ia
bisa bersyukur dan
bagaimanakah ia bisa
menunaikan kewajiban dari
rezeki yang telah diberikan
padanya.” (HR. Ibnu Abi
Hatim. Dinuki dari Tafsir Al-
Qur’an Al-‘Azhim, 4: 696)
Hikmah 4: Kaya Bisa Jadi
Istidraj (Jebakan Berupa
Nikmat yang Disegerakan)
Bisa jadi ada yang
mendapatkan limpahan
rezeki namun ia adalah
orang yang gemar maksiat. Ia
tempuh jalan kesyirikan –
lewat ritual pesugihan-
misalnya, dan benar ia cepat
kaya. Ketahuilah bahwa
mendapatkan limpahan
kekayaan seperti itu
bukanlah suatu tandad
kemuliaan, namun itu
adalah istidraj. Istidraj
artinya suatu jebakan
berupa kelapangan rezeki
padahal yang diberi dalam
keadaan terus menerus
bermaksiat pada Allah.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir
radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:
“Bila kamu melihat Allah
memberi pada hamba dari
(perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia
terus berada dalam
kemaksiatan kepada-Nya,
maka (ketahuilah) bahwa hal
itu adalah istidraj (jebakan
berupa nikmat yang
disegerakan) dari
Allah.” (HR. Ahmad 4: 145.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits
ini hasan dilihat dari jalur
lain).
Syaikh As Sa’di menyatakan,
“Ketika mereka melupakan
peringatan Allah yang
diberikan pada mereka, maka
dibukakanlah berbagi pintu
dunia dan kelezatannya,
mereka pun lalai. Sampai
mereka bergembira dengan
apa yang diberikan pada
mereka, akhirnya Allah
menyiksa mereka dengan
tiba-tiba. Mereka pun
berputus asa dari berbagai
kebaikan. Seperti itu lebih
berat siksanya. Mereka
terbuai, lalai, dan tenang
dengan keadaan dunia
mereka. Namun itu
sebenarnya lebih berat
hukumannya dan jadi
musibah yang besar.” (Tafsir
As Sa’di, hal. 260).
Hikmah 5: Miskin Bisa Jadi
Sebagai Hukuman atas Dosa
Ibnu Katsir rahimahullah
berkata, “Kekayaan yang
diberikan pada sebagian
orang bisa jadi sebagai
bentuk istidraj (jebakan
untuk mereka). Miskin pula
sebagai hukuman atas dosa.
Moga Allah melindungi kita
dari kedua hal itu.” (Tafsir
Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 71)
Kesulitan dalam hal rezeki
bisa jadi sebagai bentuk
hukuman atas dosa yang
diperbuat. Bisa jadi karena
lupa pada Allah dengan
meninggalkan shalat, bisa
pula sampai pada berbuat
syirik pada Allah. Allah
Ta’ala berfirman,
“Dan apa saja musibah yang
menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-
kesalahanmu).” (QS. Asy
Syura: 30).
Hanya Allah yang memberi
taufik dan hidayah. Semoga
mendapatkan pelajaran
berharga.
Referensi:
Tafsir Al-
Qur’an
Al-‘Azhim.
Cetakan
pertama
tahun 1431
H. Ibnu
Katsir.
Penerbit
Dar Ibnul
Jauzi.
Tafsir As-
Sa’di.
Cetakan
ketiga
tahun 1433
H. Syaikh ‘
Abdurrahm
an bin
Nashir As-
Sa’di.
Penerbit
Muassasah
Ar Risalah.

Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar