Kamis, 02 Juli 2015

Odoh 270, Qodho puasa bagi yang telah meninggal-2.

ONE DAY ONE HADIST ( ODOH 270 )
QODHO PUASA BAGI YANG TELAH MENINGGAL-2

عَنْ عَبْدِ الله بِنِ عَبَّاس رَضْيَ الله عَنْهُمَا قال:
جَاءَ رَجُلٌ إلى النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم فقالَ: يَا رَسُولَ الله، إِنَّ أمي مَاتَت وَعَلَنهَا صَوْمُ شَهْرٍ: أفأَقضِيهِ عَنْهَا؟ قال: " لَوْ كانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْن أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا؟ ".  قال: نعم: قال: " فَدَيْنُ الله أحَقُّ أنْ يُقْضَى"
.
Artinya :” dari Ibnu Abbas Ia berkata Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah lalu ia bertanya “ Ya Rasulullah ibuku telah meninggal dunia dan ia mempunyai hutang puasa satu bulan apakah saya boleh mengodho’ untuknya ?” maka beliau bertanya “ seandainya ibumu mempunyai hutang apakah engkau akan membayarnya ? orang itu menjawab : “ ia , Maka beliau bersabda “ maka hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk dibayar ( mutafaqun ‘alaihi )

وفي رواية: جَاءَتْ امْرَأة إلى النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ الله، إن أُمِّي
مَاتَت وَعَلَيْهَا صَوْمُ نَذرٍ، أَفَأَصُوْمُ عَنْهَا؟
قال: "أَفَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ فَقَضَيْتيِهِ، أَكَانَ يُؤَدَّى ذَلِكَ عَنْهَا ?قالت: نعم. قال: " فَصُومِي عَنْ أُمِّك".

Dan dalam sebuah riwayat : datang seorang wanita kepada Nabi – Shalallahu alaihi wasalam - dan bertanya “ Ya Rasulullah ibuku telah meninggal dunia dan ia mempunyai tanggungan puasa nadzar, apakah saya boleh berpuasa untuknya ? beliau bersabda “kalau ibumu mempunyai hutang harta lalu engkau membayarnya maka apakah itu bisa melunasi hutangnya ? “ perempuan itu menjawab : ya” Maka Nabi bersabda berpuasalah untuk ibumu “

MAKNA DAN FAEDAH HADIST :

1. Dalam hadist tersebut diatas ada dua riwayat hadist yang berbeda , secara umum riwayat pertama menjelaskan bahwa hutang puasa simayit harus dibayar, baik puasa nadzar atau puasa ramadhan .

2. Riwayat kedua menunjukkan dibayarnya puasa nadzar si mayyit.
.
3. Secara dhahir hadist, ada dua subyek kejadian , yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan , maka masing-masing tetep dalam penujukan maknanya tanpa membatasi makna kejadian kedua terhadap kejadian pertama bersifat umum .

4. Keumuman penta’lilan hukum yang ada dalam hadist tersebut mencakup hutang kepada Allah dan hutang kepada Manusia, juga kewajiban nadzar dan kewajiban dan kewajiban yang memang ketetapan syari’ii sejak awal ( seprti puasa ramadhan ) , semuanya dibayar untuk mayit dan seperti inilah yang disebutkan oleh As Syeikh Abdurrahman As sa’diy dari Taqiyuddin bon Taimiyyah.

5. Hadist tersebut menunjukkan sahnya pengunaan qiyas yang merupakan salah satu asas bagi jumhur dalam pendalilan. Nabi telah memberikan perumpamaan ( qiyas ) kepada laki-laki dan perempuan tersebut dengan sesuatu yang telah mereka kenal agar mereka lebih bisa memahami sebab mengumpamakan sesuatu yang berat dengan sesuatu yang simple akan memudahkan pemahaman.

6. Sabda Nabi “ hutang kepada Allah lebih berhak untuk dibayar “ didalamnya mengandung dalil yang menunjukkan bahwa harusnya mendahulukan zakat dan hak-hak Allah yang berupa harta benda bila hak-hak Allah dan hak-hak manusia sama-sama ada dalam harta waris si mayyit , namun sebagian ulama mengatakan antarahak-hak itu sama saja (harus semua ditunaikan ).

Dinukil dari kitab taisirul ‘alam , karya Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam , kitab puasa bab saumu fis safar hadist no 188 hal 321-322 cet. Maktabah Ar Rasyid Riyadh KSA

سُلَيْمَان اَبُوْ شَيْخَه
57B67B27

أَسْعَدَ اللّهُ اَيَّامَكُمْ
Semoga Allah menjadikan hari-hari kalian penuh kebahagian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar