Rabu, 08 Juli 2015

Diantara adab-adab membaca AL'Quran

Tanya :  Aslkm..ustdz bs krm pnjlsn hadist blh n tdkny bc n mgang al-qur'an ktka haid. Jzklah

Jawab : Diantara adab-adab membaca Al-Quran:

1. Membaca ta’awwudz (a’udzu
billahi minasysyaithanirrajim).
Allah ta’alaa berfirman:
‏( ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻗَﺮَﺃْﺕَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ
ﻓَﺎﺳْﺘَﻌِﺬْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻣِﻦَ
ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ﺍﻟﺮَّﺟِﻴﻢِ ‏)
‏( 98:ﻞﺤﻨﻟﺍ ‏)
“Apabila kamu membaca al-Qur’an,
hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk.” (Qs. 16:98)
2. Membaca Al-Quran dengan tartil
(sesuai dengan kaidah-kaidah
tajwid).
Allah ta’alaa berfirman:
‏(ﻭَﺭَﺗِّﻞِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﺗَﺮْﺗِﻴﻼً ‏)
‏( 4:ﻞﻣﺰﻤﻟﺍ ‏)
“Dan bacalah al-Qur’an itu dengan
tartil.” (Qs. 73:4)
3. Hendaklah dalam keadaan suci.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
ﺇﻧﻲ ﻛﺮﻫﺖ ﺃﻥ ﺃﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ
ﺇﻻ ﻋﻠﻰ ﻃﻬﺮ
“Sungguh aku membenci jika aku
berdzikir kepada Allah dalam
keadaan tidak suci.” (HR. Abu
Dawud, dan dishahihkan oleh
Syeikh Al-Albany)
4. Membersihkan mulut sebelum
membaca Al-Quran dengan siwak
atau sikat gigi atau yang lain.
Berkata Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu berkata:
ﺇﻥ ﺃﻓﻮﺍﻫﻜﻢ ﻃﺮﻕ
ﻟﻠﻘﺮﺁﻥ . ﻓﻄﻴﺒﻮﻫﺎ
ﺑﺎﻟﺴﻮﺍﻙ
“Sesungguhnya mulut-mulut kalian
adalah jalan-jalan Al-Quran, maka
wangikanlah mulut-mulut kalian
dengan siwak.” (Atsar ini
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan
dishahihkan oleh Syeikh Al-Albany
di Shahih Ibnu Majah 1/110-111).
5. Memilih tempat yang bersih.
6. Hendaknya merenungi apa yang
terkandung di dalam Al-Quran.
Allah ta’ala berfirman:
‏(ﺃَﻓَﻼ ﻳَﺘَﺪَﺑَّﺮُﻭﻥَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ
ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِ ﻏَﻴْﺮِ
ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻮَﺟَﺪُﻭﺍ ﻓِﻴﻪِ ﺍﺧْﺘِﻼﻓﺎً
ﻛَﺜِﻴﺮﺍً ‏) ‏( 82:ﺀﺎﺴﻨﻟﺍ ‏)
“Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Alquran? Kalau
kiranya Alquran itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di
dalamnya.” (Qs. 4:82)
7. Memohon rahmat Allah jika
melewati ayat-ayat rahmat dan
meminta perlindungan dari
kejelekan ketika melewati ayat-ayat
adzab.
Di dalam hadist Hudzaifah
disebutkan bahwa suatu saat beliau
shalat malam bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
kemudian beliau menceritakan
bagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca Al-Quran
ketika shalat:
ﺇﺫﺍ ﻣﺮ ﺑﺂﻳﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﺗﺴﺒﻴﺢ
ﺳﺒﺢ ﻭﺇﺫﺍ ﻣﺮ ﺑﺴﺆﺍﻝ
ﺳﺄﻝ ﻭﺇﺫﺍ ﻣﺮ ﺑﺘﻌﻮﺫ
ﺗﻌﻮﺫ
“Jika melewati ayat yang di
dalamnya ada tasbih (penyucian
kepada Allah) maka beliau
bertasbih, dan jika melewati ayat
tentang permintaan maka beliau
meminta, dan jika melewati ayat
tentang memohon perlindungan
maka beliau memohon
perlindungan.” (HR. Muslim)
8. Tidak membaca Al-Quran dalam
keadaan mengantuk.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
ﺇﺫﺍ ﻗﺎﻡ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻣﻦ
ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻓﺎﺳﺘﻌﺠﻢ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
ﻋﻠﻰ ﻟﺴﺎﻧﻪ ﻓﻠﻢ ﻳﺪﺭ ﻣﺎ
ﻳﻘﻮﻝ ﻓﻠﻴﻀﻄﺠﻊ
“Kalau salah seorang dari kalian
shalat malam kemudian lisannya
tidak bisa membaca Al-Quran
dengan baik (karena mengantuk)
dan tidak tahu apa yang dikatakan
maka hendaklah dia
berbaring.” (HR. Muslim)
(Lihat pembahasan lebih luas di At-
Tibyan fii Aadaab Hamalatil Quran ,
An-Nawawy, dan Al-Itqan fii ‘Ulumil
Quran , As-Suyuthi (1/276-299), Al-
Burhan fii ‘Ulumil Quran, Az-
Zarkasyi (1/449-480).
Kedua:
Para ulama berbeda pendapat
tentang apakah wanita yang haid
boleh membaca Al-Quran atau
tidak? Dan yang kuat –wallahu
a’lam- diperbolehkan bagi wanita
yang sedang haid untuk membaca
Al-Quran karena tidak adanya dalil
yang shahih yang melarang.
Bahkan dalil menunjukkan bahwa
wanita yang haid boleh membaca
Al-Quran, diantaranya sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada Aisyah radhiyallahu
‘anha yang akan melakukan umrah
akan tetapi datang haid:
ﺛﻢ ﺣﺠﻲ ﻭﺍﺻﻨﻌﻲ ﻣﺎ
ﻳﺼﻨﻊ ﺍﻟﺤﺎﺝ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻻ
ﺗﻄﻮﻓﻲ ﺑﺎﻟﺒﻴﺖ ﻭﻻ
ﺗﺼﻠﻲ
“Kemudian berhajilah, dan lakukan
apa yang dilakukan oleh orang yang
berhaji kecuali thawaf dan shalat.”
(HR.Al-Bukhary dan Muslim, dari
Jabir bin Abdillah)
Berkata Syeikh Al-Albany:
ﻓﻴﻪ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺟﻮﺍﺯ
ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﺤﺎﺋﺾ ﻟﻠﻘﺮﺁﻥ
ﻷﻧﻬﺎ ﺑﻼ ﺭﻳﺐ ﻣﻦ ﺃﻓﻀﻞ
ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺤﺞ ﻭﻗﺪ ﺃﺑﺎﺡ
ﻟﻬﺎ ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺤﺎﺝ ﻛﻠﻬﺎ
ﺳﻮﻯ ﺍﻟﻄﻮﺍﻑ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ
ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻬﺎ
ﺍﻟﺘﻼﻭﺓ ﺃﻳﻀﺎ ﻟﺒﻴﻦ ﻟﻬﺎ
ﻛﻤﺎ ﺑﻴﻦ ﻟﻬﺎ ﺣﻜﻢ
ﺍﻟﺼﻼﺓ ﺑﻞ ﺍﻟﺘﻼﻭﺓ ﺃﻭﻟﻰ
ﺑﺎﻟﺒﻴﺎﻥ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻧﺺ ﻋﻠﻰ
ﺗﺤﺮﻳﻤﻬﺎ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﻻ
ﺇﺟﻤﺎﻉ ﺑﺨﻼﻑ ﺍﻟﺼﻼﺓ
ﻓﺈﺫﺍ ﻧﻬﺎﻫﺎ ﻋﻨﻬﺎ
ﻭﺳﻜﺖ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﻼﻭﺓ ﺩﻝ
ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺟﻮﺍﺯﻫﺎ ﻟﻬﺎ
ﻷﻧﻪ ﺗﺄﺧﻴﺮ ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ ﻋﻦ
ﻭﻗﺖ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ
ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﻘﺮﺭ ﻓﻲ ﻋﻠﻢ
ﺍﻷﺻﻮﻝ ﻭﻫﺬﺍ ﺑﻴﻦ ﻻ
ﻳﺨﻔﻰ ﻭﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ
“Hadist ini menunjukkan bolehnya
wanita yang haid membaca Al-
Quran, karena membaca Al-Quran
termasuk amalan yang paling utama
dalam ibadah haji, dan nabi
s hallallahu ‘alaihi wa sallam telah
membolehkan bagi Aisyah semua
amalan kecuali thawaf dan shalat,
dan seandainya haram baginya
membaca Al-Quran tentunya akan
beliau terangkan sebagaimana
beliau menerangkan hukum shalat
(ketika haid), bahkan hukum
membaca Al-Quran (ketika haid)
lebih berhak untuk diterangkan
karena tidak adanya nash dan ijma’
yang mengharamkan, berbeda
dengan hukum shalat (ketika haid).
Kalau beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang Aisyah dari shalat
(ketika haid) dan tidak berbicara
tentang hukum membaca Al-Quran
(ketika haid) ini menunjukkan
bahwa membaca Al-Quran ketika
haid diperbolehkan, karena
mengakhirkan keterangan ketika
diperlukan tidak diperbolehkan,
sebagaimana hal ini ditetapkan
dalam ilmu ushul fiqh, dan ini jelas
tidak samar lagi, walhamdu
lillah.” (Hajjatun Nabi hal:69).
Namun jika orang yang berhadats
kecil dan wanita haid ingin
membaca Al-Quran maka dilarang
menyentuh mushhaf atau bagian
dari mushhaf, dan ini adalah
pendapat empat madzhab,
Hanafiyyah (Al-Mabsuth 3/152),
Malikiyyah (Mukhtashar Al-Khalil
hal: 17-18), Syafi’iyyah ( Al-Majmu’
2/67), Hanabilah (Al-Mughny
1/137).
Mereka berdalil dengan firman
Allah ta’alaa:
ﻟَﺎ ﻳَﻤَﺴُّﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﻤُﻄَﻬَّﺮُﻭﻥَ
‏( :ﺔﻌﻗﺍﻮﻟﺍ 79‏)
“Tidak menyentuhnya kecuali orang-
orang yang suci.”
Sebagian ulama mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan mushaf yang
kita dilarang menyentuhnya adalah
termasuk kulitnya/sampulnya
karena dia masih menempel.
Adapun memegang mushhaf
dengan sesuatu yang tidak
menempel dengan mushhaf (seperti
kaos tangan dan yang sejenisnya)
maka diperbolehkan.
Berkata Syeikh Bin Baz:
ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﺤﺎﺋﺾ ﻭﺍﻟﻨﻔﺴﺎﺀ
ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻲ ﺃﺻﺢ
ﻗﻮﻟﻲ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ؛ ﻟﻌﺪﻡ
ﺛﺒﻮﺕ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﺑﺪﻭﻥ
ﻣﺲ ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ، ﻭﻟﻬﻤﺎ
ﺃﻥ ﻳﻤﺴﻜﺎﻩ ﺑﺤﺎﺋﻞ ﻛﺜﻮﺏ
ﻃﺎﻫﺮ ﻭﻧﺤﻮﻩ، ﻭﻫﻜﺬﺍ
ﺍﻟﻮﺭﻗﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻛﺘﺐ ﻓﻴﻬﺎ
ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ ﺇﻟﻰ
ﺫﻟﻚ
“Boleh bagi wanita haid dan nifas
untuk membaca Al-Quran menurut
pendapat yang lebih shahih dari 2
pendapat ulama, karena tidak ada
dalil yang melarang, namun tidak
boleh menyentuh mushhaf, dan
boleh memegangnya dengan
penghalang seperti kain yang
bersih atau selainnya, dan boleh
juga memegang kertas yang ada
tulisan Al-Quran (dengan
menggunakan penghalang) ketika
diperlukan” (Fatawa Syeikh Bin Baz
24/344).
Ketiga:
Yang lebih utama adalah membaca
Al-Quran dalam keadaan suci, dan
boleh membacanya dalam keadaan
tidak suci karena hadats kecil.
Dan ini adalah kesepakatan para
ulama.
Berkata Imam An-Nawawy:
ﺃﺟﻤﻊ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻋﻠﻰ
ﺟﻮﺍﺯ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
ﻟﻠﻤﺤﺪﺙ ﺍﻟﺤﺪﺙ ﺍﻻﺻﻐﺮ
ﻭﺍﻷﻓﻀﻞ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﺿﺄ ﻟﻬﺎ
“Kaum muslimin telah bersepakat
atas bolehnya membaca Al-Quran
untuk orang yang tidak suci karena
hadats kecil, dan yang lebih utama
hendaknya dia berwudhu.” (Al-
Majmu’ , An-Nawawy 2/163).
Diantara dalil yang menunjukan
bolehnya membaca Al-Quran tanpa
berwudhu adalah hadist Ibnu
Abbas ketika beliau bermalam di
rumah bibinya Maimunah
radhiyallahu ‘anha (istri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam),
beliau berkata:
ﻓﻨﺎﻡ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺣﺘﻰ
ﺇﺫﺍ ﺍﻧﺘﺼﻒ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺃﻭ
ﻗﺒﻠﻪ ﺑﻘﻠﻴﻞ ﺃﻭ ﺑﻌﺪﻩ
ﺑﻘﻠﻴﻞ ﺍﺳﺘﻴﻘﻆ ﺭﺳﻮﻝ
ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ
ﺳﻠﻢ ﻓﺠﻠﺲ ﻳﻤﺴﺢ
ﺍﻟﻨﻮﻡ ﻋﻦ ﻭﺟﻬﻪ ﺑﻴﺪﻩ
ﺛﻢ ﻗﺮﺃ ﺍﻟﻌﺸﺮ ﺍﻟﺨﻮﺍﺗﻢ
ﻣﻦ ﺳﻮﺭﺓ ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ
“Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidur sampai ketika tiba
tengah malam, atau sebelumnya
atau sesudahnya, beliau bangun
kemudian duduk dan mengusap
muka dengan tangan beliau supaya
tidak mengantuk, kemudian
membaca sepuluh ayat terakhir dari
surat Ali Imran.” (HR.Al-Bukhary)
Di dalam hadist ini Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca Al-Quran setelah bangun
tidur, sebelum beliau berwudhu.
Imam Al-Bukhary telah meletakkan
hadist ini di beberapa bab di dalam
kitab beliau (Shahih Al-Bukhary)
diantaranya di bawah bab:
ﺑﺎﺏ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺑﻌﺪ
ﺍﻟﺤﺪﺙ ﻭﻏﻴﺮﻩ
“Bab Membaca Al-Quran setelah
hadats dan selainnya”
Namun sekali lagi, tidak boleh bagi
orang yang berhadats kecil
menyentuh mushaf secara langsung.
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar