Senin, 10 Agustus 2015

Ibnu Qayyim al-jauziyyah mengatakan..

Imam Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah berkata:
Salah seorang ulama salaf berkata,
“Barangsiapa yang mencintai
dunia (secara berlebihan) maka
hendaknya dia mempersiapkan
dirinya untuk menanggung
berbagai macam musibah
(penderitaan)“ [Igaatsatul
lahfaan” (1/37)].
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
berkata:
“Orang yang mencintai dunia
(secara berlebihan) tidak akan
lepas dari tiga (macam
penderitaan):
Kekalutan (pikiran)
yang selalu
menyertainya,
kepayahan yang
tiada henti, dan
penyesalan yang
tiada berakhir.
Hal ini dikarenakan orang yang
mencintai dunia (secara
berlebihan) jika telah
mendapatkan sebagian dari (harta
benda) duniawi maka nafsunya
(tidak pernah puas dan) terus
berambisi mengejar yang lebih
daripada itu, sebagaimana dalam
hadits yang shahih Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Seandainya seorang
manusia memiliki dua lembah
(yang berisi) harta (emas) maka
dia pasti (berambisi) mencari
lembah harta yang ketiga“[HSR al-
Bukhari (no. 6072) dan Muslim
(no. 116)].
[“Igaatsatul lahfaan” (1/37)]
“Kaya hati adalah merasa
cukup pada segala yang engkau
butuh. Jika lebih dari itu dan
terus engkau cari, maka itu
berarti bukanlah ghina (kaya
hati), namun malah fakir
(miskinnya hati).” [Fathul Bari,
Ibnu Hajar Al Asqolani, 11/272,
Darul Ma’rifah]
Al Hasan mengatakan,“Salah satu
bentuk lemahnya keyakinanmu
terhadap Allah adalah anda lebih
meyakini apa yang ada ditangan
daripada apa yang ada di tangan-
Nya”.
Al Fudhai bin ‘Iyadh mengatakan,
“Akar zuhud adalah ridha
terhadap apa yang ditetapkan
Allah ‘azza wa
jalla.” [Diriwayatkan Ad Dainuri
dalam Al Mujalasah (960, 3045);
Abu 'Abdirrahman As Sulami
dalam Thabaqatush Shufiyah
(10)].
Beliau juga mengatakan, “Qana’ah
(puas atas apa yang diberikan
oleh Allah ta’ala) merupakan
sikap zuhud dan itulah kekayaan
yang sesungguhnya.”
Ibnu ‘Abbas mengatakan,
“Barangsiapa yang suka menjadi
orang terkaya, maka hendaklah
dia lebih yakin terhadap apa yang
ada di tangan Allah daripada apa
yang ada di
tangannya.” [Diriwayatkan Abu
Nu'aim dalam Al Hilyah 3/218-219;
Al Qadha'i dalamMusnad Asy
Syihab (367 & 368) dari hadits
'Abdullah bin 'Abbas].
‘Ali radhiallahu
‘anhu,“Barangsiapa yang zuhud
terhadap dunia, maka berbagai
musibah akan terasa ringan
olehnya.”
Ibnu Mas’ud, “Yakin itu adalah
engkau tidak mencari ridha
manusia dengan cara menimbulkan
kemurkaan Allah. Dan sungguh
Allah telah memuji mereka yang
berjuang di jalan-Nya dan tidak
takut akan celaan.” [Jami’ul ‘Ulum
wal Hikam hlm. 644-646.]
Ada seorang tabi'in mulia,
bernama 'Aun bin 'Abdullah ia
berkata:
"Dulu, orang-orang baik satu
sama lain menuliskan dan
menasehatkan tiga kalimat
berikut:
1.  Siapa yang beramal untuk
akheratnya, Allah subhanahu wa
ta'ala akan mencukupi dunianya.
2. Siapa yang memperbaiki
hubungan antara dirinya dengan
Allah Ta'ala, Allah akan
memperbaiki hubungan dirinya
dengan manusia yang lain.
3. Dan siapa yang memperbaiki
keadaan batinnya, Allah
subhanahu wa ta'ala akan
memperbaiki keadaan lahirnya.
Barang siapa akherat menjadi
aktivitas yang menyibukkannya
dan selalu menjadi harapannya,
maka tak akan pernah
terlewatkan satu haripun
melainkan ia mengingat kemana
ia akan kembali. Ia tidak akan
melihat urusan dunia kecuali pasti
mengaitkannya dengan akherat. Ia
tidak berkumpul dengan
keluarganya kecuali
mengingatkannya akan
berkumpulnya penduduk surga. Ia
tidak mengenakan pakaian kecuali
teringat akan pakaian sutra milik
penghuni surga. Ia tidak
menyeberangi sebuah jembatan
kecuali teringatkan akan titian
shiroth di atas neraka jahanam. Ia
tidak mendengar suara yang keras
melainkan mengingatkannya akan
tiupan sangkakala. Ia tidak
pernah berbicara tentang suatu
pembicaraan, melainkan ada
bagian yang terkaitkan dangan
akherat."
Ibnu Jauzi rahimahullah ketika
beliau mengatakan, "Dunia itu
ibarat bayangan, jika anda
berpaling dari bayangan, ia justru
menguntit anda, tetapi jika anda
mencari-carinya, ia justru malas
mendatangi anda."
Sahabat Usman bin Affan
radhiyallahu'anhu berkata:
"Harapan terhadap dunia adalah
kegelapan dalam hati, sedang
harapan kepada akherat adalah
cahaya dalam hati."
Hatin Al-Asham mengatakan:
=======================
"Barang siapa yang hatinya
kosong dari mengingat empat
masa yang mendebarkan, maka ia
termasuk orang yang tertipu dan
tidak akan selamat dari
kebinasaan:
Pertama: Saat mendebarkan
ketika hari mitsaq (diambil
perjanjian) tatkala dikatakan,
'Golongan ini berada di surga dan
aku tidak perduli, dan golongan
yang ini berada di neraka dan aku
tidak perduli, sementara ia tidak
mengetahui masuk golongan
manakah dirinya?'
Kedua: saat mendebarkan tatkala
ia diciptakan dalam tiga
kegelapan; lalu malaikat
menyerukan akan kesengsaraan
atau kebahagiaan, sementara ia
tidak mengerti apakah ia
termasuk orang yang sengsara
atau orang yang berbahagia?
Ketiga: Ketika ia di perlihatkan
kepada amalanya, sementara ia
tidak tau apakah ia akan
mendapat kabar gembira
memperoleh ridho Allah atau
kemurkaan-Nya?
Keempat: Dari ketika manusia
keluar dari kuburnya dalam
keadaan bermacam-macam,
sementara ia tidak tau jalan mana
yang hendak ia tempuh?"
Hasan Al-Bashri, "Tidaklah
seseorang itu memperbanyak
mengingat kematian malainkan
akan terlihat dalam amalannya,
dan panjangnya angan seorang
hamba itu pasti terlihat dari
buruknya amalan dia."
Hasan Al-Bashri, dalam sebuah
kisahnya disebutkan bahwa bia
pernah melewati seseorang yang
tertawa, maka ia berkata
kepadanya, "Wahai anak
saudaraku, apakah anda pernah
melewati Shiroth?" tentu saja ia
menjawab, "Belum " Hasan Bashri
pun berujar, " lantas tahukah
anda, kesurga ataukah keneraka
anda akan pergi?" lelaki itu
menjawab lagi, "Tentu saja tidak"
Beliau berkata, "semoga Allah
melimpahkan kesejehteraan pada
anda, lalu mengapa anda sempat-
sempatnya tertawa padahal
urusan begitu mengerikan."
"Sikap sombong adalah
memandang dirinya berada di
atas kebenaran dan merasa
lebih di atas orang lain. Orang
yang sombong merasa dirinya
sempurna dan memandang
dirinya berada di atas orang
lain." (Bahjatun Nadzirin,
I/664, Syaikh Salim al Hilali,
cet. Daar Ibnu Jauzi)
"Al Qodhi mengatakan: Orang yang
berilmu dimisalkan dengan bulan
dan ahli ibadah dimisalkan dengan
bintang karena kesempurnaan
ibadah dan cahayanya tidaklah
muncul dari ahli ibadah.
Sedangkan cahaya orang yang
berilmu berpengaruh pada yang
lainnya" (Tuhfatul Ahwadzi, 7/376)
"Sanad adalah bagian dari agama.
Jika tidak ada sanad, maka orang
akan berkata
semaunya" (Muqaddimah Shahih
Muslim, 12/1)
"Cukuplah kematian sebagai
peringatan (berharga)." (Al
Fudahil bin Iyadh dalam Az Zuhd-
Al Baihaqi)
"Kisah-kisah para ulama dan
duduk bersama mereka lebih aku
sukai daripada menguasai
beberapa bab fiqih. Karena dalam
kisah mereka diajarkan berbagai
adab dan akhlaq luhur
mereka." (Imam Abu Hanifah)
"Akhir perkataan Ibrahim
ketika dilemparkan dalam
kobaran api adalah
“hasbiyallahu wa ni’mal
wakil” (Cukuplah Allah sebagai
penolong dan sebaik-baik
tempat bersandar)" (HR.
Bukhari)
"Tidak ada suatu perkara yang
lebih merusak amalan daripada
perasaan ujub dan terlalu
memandang jasa diri
sendiri" (Ibnul Qayyim, Al-
Fawa’id, 1/147)
"Umar bin Abdil Aziz
mengatakan: Barangsiapa
beribadah pada Allah tanpa ilmu,
maka kerusakan yang
ditimbulkan lebih besar daripada
perbaikan yang dilakukan." (Al
Amru bil Maruf, Ibnu Taimiyah,
15)
"Ibnu Mas-ud berkata: Rasa takut
kepada Allah Ta-ala, sudah cukup
dikatakan sebagai ilmu. Anggapan
bahwa Allah tidak mengetahui
perbuatan seseorang, sudah cukup
dikatakan sebagai
kebodohan" (Mushannaf Ibni Abi
Syaibah, no. 34532)
Ja’far bin Sulaiman berkata
bahwa dia mendengar Robi’ah
menasehati Sufyan Ats Tsauri,
“Sesungguhnya engkau bagaikan
hari yang dapat dihitung. Jika
satu hari berlalu, maka sebagian
darimu juga akan pergi. Bahkan
hampir-hampir sebagian harimu
berlalu, namun engkau merasa
seluruh yang ada padamu ikut
pergi. Oleh karena itu,
beramallah.” (Shifatush Shofwah,
1/405, Asy Syamilah)
al Hasan al Bashri pernah berkata,
“wahai anak adam sesungguhnya
engkau hanyalah sekumpulan
hari-hari, maka jika telah berlalu
hari, maka seakan-akan sebagian
dari dirimu telah pergi”
Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu'anhu berkata:
“Dunia itu akan pergi menjauh.
Sedangkan akhirat akan mendekat.
Dunia dan akhirat tesebut memiliki
anak. Jadilah anak-anak akhirat
dan janganlah kalian menjadi anak
dunia. Hari ini (di dunia) adalah
hari beramal dan bukanlah hari
perhitungan (hisab), sedangkan
besok (di akhirat) adalah hari
perhitungan (hisab) dan bukanlah
hari beramal.” (HR. Bukhari secara
mu’allaq –tanpa sanad)
al Hasan al Bashri pernah berkata,
“wahai anak adam sesungguhnya
engkau hanyalah sekumpulan
hari-hari, maka jika telah berlalu
hari, maka seakan-akan sebagian
dari dirimu telah pergi”
Berhati-Hatilah dalam
Pergaulan
Ibnu al-Jauzy berkata: Salah satu
kesalahan fatal adalah terlalu
percaya kepada manusia dan
membukakan seluruh rahasia
kepada teman-teman dekat.
Ketahuilah, musuh yang paling
berbahaya adalah kawan yang
berbalik menjadi musuh, karena
ia telah tahu seluk-beluk
temannya temannya tersebut.
Seorang penyair berkata:
Berhati-hatilah terhadap musuhmu
sekali
Namun berhati-hatilah terhadap
kawanmu seribu kali
Karena mungkin temanmu berbalik
Maka ia tahu dari mana harus
menukik
[Sumber: Shaidul Khatir (edisi
Indonesia) oleh Ibnu al-Jauzy]
Perang Badar
============
Pada waktu perang Badar,
Rasulullah shallallahu'aaihi wa
sallam memberikan spirit kepada
pasukan Muslimin untuk
berperang, seraya berkata, “ Demi
Dzat yang jiwa Muhammad berada
di tangan-Nya, tidak seorang pun
yang ikut memerangi mereka hari
ini, lalu dia terbunuh dalam
keadaan bersabar dan mengharap
pahala dari Allah, menyongsong
(musuh) dan tidak mundur,
melainkan Allah memasukkannya
ke dalam surga.”
Beliau berkata lagi: “ Berangkatlah
menuju surga yang luasnya seisi
langit dan bumi.”
Ketika itu berkatalah al-Humaim
bin al-Hamam, “Wah, Wah!”
Rasulullah shallallahu'alaihi wa
sallam bertanya, “ Apa yang
mendorongmu mengatakan wah,
wah?”
Dia menjawab, “Demi Allah, tidak
apa-apa wahai Rasulullah, selain
aku berharap menjadi salah
seorang penghuni surga tersebut.”
Beliau berkata, “Benar,
sesungguhnya engkau termasuk
penghuninya.”
Seketika dia langsung
mengeluarkan kurma dari sisinya,
lalu memakan sebagiannya
kemudian berkata, “Jika aku hidup
hingga memakan kurma-kurma ini
sampai habis, sungguh merupakan
hidup yang panjang.” Lantas dia
membuang semua kurma-kurma
tersebut, kemudian berperang
hingga akhirnya gugur sebagai
syahid. (HR Muslim)
[Sumber; Ar-Rahiq al-Makhtum
(id) oleh Syaikh Mubarakfuri, hal.
316-317.]
Ibnu Taimiyah berkata,
“Barangsiapa yang mencintai
seseorang tapi bukan karena
Allah, maka bahaya teman-
temannya lebih besar daripada
bahaya musuh-
musuhnya.” (Ta'thir al-Anfas, hal.
575).
Abu Ishaq al-Fazari berkata,
“Sesungguhnya ada di antara
manusia orang yang menyukai
pujian kepada dirinya padahal
dirinya tidak lebih berharga di
sisi Allah daripada sehelai sayap
nyamuk.” (Ta'thir al-Anfas, hal.
573).
Baiknya Memberi Ilmu Dari
Kecil
============================
Ma'mar berkata: "Aku mendengar
dari Qotadah, ketika itu usiaku 14
tahun: "Tidak ada sesuatu yang
aku dengar pada seusia ini
melainkan seperti terpatri dalam
dadaku.” [Siar a’lam an-Nubala
V/7-18. ]
Ummu Darda berkata: "Pelajarilah
ilmu dari kecil, ketika besar
engkau akan mengamalkannya.
Sesungguhnya apa yang dipetik
adalah apa yang dulu
ditanam.” [Siar a’lam an-Nubala
XII/615. ]
Imam Asy-Syafi'i -rahimahullah-
berkata: "Tersesatnya orang
berilmu dikarenakan tidak
memiliki teman, tersesatnya orang
bodoh karena kepicikan akalnya,
dan yang paling sesat adalah
mereka yang berteman dengan
orang yang tidak ada akalnya.
[Siar a'lam an-Nubala XVII/278. ]
As-Sho’luki berkata: "Jika ridha
makhluk keterbatasannya tidak
dapat diketahui, maka ridha Allah
keluasannya tidak ada batasnya.
Kita membutuhkan 10 teman
untuk 10 waktu." [ Siar a'lam an-
Nubala XVII/208. ]
Lapar dan Dahaga Ulama Salaf
Dalam Menuntut Ilmu
===============================
=========
Nadhr bin Syumail -rahimahullah-
berkata, ”Seseorang tidak akan
mendapatkan kelezatan ilmu,
hingga ia merasakan lapar (ketika
menuntut ilmu), namun
melupakan laparnya.” [At
Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz
DZahabi -rahimahullah- ,1/314].
Baqi bin Mikhlad Al Andalusy -
rahimahullah- yang pernah
berkeliling ke berbagai negara di
dunia dengan hanya berjalan
kaki !!!, Beliau berkata,”Sungguh ,
saya mengetahui seseorang yang
ketika menuntut ilmu lewat
berhari-hari tidak memiliki
makanan, kecuali daun kubis yang
sudah terbuang.” [Tadzkiratul
Huffadzh, Imam Adz Dzahabi -
rahimahullah- 2/630]
Ibnu Kharras -rahimahullah-
berkata,” Saya minum kencing
saya sendiri ketika saya dalam
perjalanan menuntut ilmu, hal ini
terjadi lima kali !! (seseorang
tidak akan meminum kencingnya
sendiri kecuali dalam keadaan
sangat haus yang haus ini dapat
mengakibatkan kematian)”. [Al
Ibar Khoiri Man Ghabar, Imam
Adz Dzahabi -rahimahullah- 2/70].
Abu Ali Al Hasan bin Ali Al Balkhi
-rahimahullah- berkata,” Aku
pernah tinggal di Asqolan untuk
belajar dari Ibnu Mushahhih -
rahimahullah- dan lainnya. Bekal
nafkah saya semakin menipis
hingga beberapa hari saya tidak
bisa makan. Saya ingin menulis
pelajaran, namun tidak bisa
(karena perut sangat lapar). Saya
kemudian pergi ke toko roti dan
duduk di dekat roti tersebut
hingga mencium aromanya agar
saya punya tenaga. Kemudian
Alloh Azza wa Jalla membantu
saya.” [Tadzkiratul Huffadzh,
Imam Adz Dzahabi -rahimahullah-
4/1173]
Imam Abu Hatim Ar Razi -
rahimahullah- (Imam dan ulama
besar dalam bidang Jarh Wa
Ta’dil) pernah bercerita,”Saya
tinggal di bashrah delapan bulan
dan kehabisan bekal nafkah. Saya
menjual baju saya satu demi satu,
hingga tidak punya apa-apa. Saya
bersama teman pergi ke rumah
Masyayikh (guru) untuk belajar
hingga sore hari, kemudian saya
pulang kerumah yang sepi untuk
minum air karena lapar tidak
punya makanan. Saya lakukan hal
ini selama dua hari, Pada hari
ketiga seorang teman berkata, ”
Mari kita pergi ke rumah guru!”,
Saya menjawab” Saya lemah dan
tidak bisa (berdiri)”, Dia berkata
lagi” Kenapa kamu lemah?”, Saya
katakan kepadanya” Saya tidak
akan merahasiakannya, sudah dua
hari saya tidak makan.” Dia
berkata,” Saya masih memiliki
satu Dinar dan saya berikan
kepadamu setengahnya.” [Al Jarh
Wat Ta’dil, Imam Abu Hatim Ar
Razi -rahimahullah-]
Imam Muhammad bin Thahir Al
Maqdisi -rahimahullah- , yang
menceritakan tentang perjalanan
menuntut ilmu dan kesulitan yang
beliau alami, beliau berkata,” Saya
tinggal di Tunis bersama Abu
Muhammad bin Al Haddad -
rahimahullah- , bekal saya
semakin menipis hingga tersisa
hanya satu dirham. Saat itu saya
butuh roti dan kertas untuk
menulis pelajaran. Jika dipakai
beli kertas maka saya tidak akan
makan roti. Kebingungan ini
berlanjut hingga tiga hari (beli
roti atau beli kertas –red), selama
itu pula Saya tidak merasakan
makanan sama sekali. Pada hari
keempat, dalam hati saya berkata,
”Kalau saya punya kertas, maka
saya tidak akan bisa menulis
karena sangat lapar. Saya taruh
uang satu dirham tersebut di
mulut dan saya putuskan untuk
keluar dan membeli roti. Tiba-tiba
tanpa terasa uang satu dirham
tersebut tertelan oleh mulut ke
dalam perut, kemudian saya
tertawa. Abu Thahir -
rahimahullah- mendatangi saya
dan bertanya,”Apa yang
membuatmu tertawa? Saya
menjawab, ”Khoir (sesuatu yang
baik).” Beliau meminta saya
untuk menceritakannya , namun
saya tolak. Ia terus memaksa
sehingga saya ceritakan
kejadiannya, lalu Beliau mengajak
saya ke rumahnya dan memberi
saya makanan.” [Tadzkiratul
Huffadh, Imam Adz Dzahabi -
rahimahullah- 4/1246]
Imam Al Bukhori -rahimahullah-
berkata,”Saya menemui Adam bin
Abi Iyyas di Asqolan untuk
belajar darinya. Bekal saya
semakin berkurang hingga saya
makan rerumputan.”
Produktifitas Ulama Salaf
dalam Ilmu
Al Khatib Al Baghdadi -
rahimahullah- berkata,” Saya
mendengar As Samsami
menceritakan bahwa Imam Ibnu
Jarir At Thabari -rahimahullah-
tinggal selama 40 tahun dan
setiap harinya menulis 40 lembar.
Muridnya, Abu Muhammad Al
Farghani -rahimahullah- bercerita
bahwa beberapa murid Ibnu Jarir
menghitung hari-hari dari hidup
beliau semenjak baligh hingga
wafat dalam usia 86 tahun.
Kemudian mereka membagi
karyanya dengan usianya, hingga
berjumlah 14 lembar setiap hari.
Ini sesuatu yang tidak akan
mungkin dilakukan oleh seseorang
makhluk tanpa bimbingan yang
baik dari Alloh Azza wa Jalla
.” [Tarikh Baghdad, Al Baghdadi
2/162]
Imam Muhammad bin Thahir Al
Maqdisi berkata,” Saya menulis
Shahih Al Bukhori, Shahih Muslim
dan Abu Daud tujuh kali. dan saya
menulis Sunan Ibnu Majah
sepuluh kali .”[Tarikh Baghdad, Al
Baghdadi 6/31]
Imam Ibnul Jauzi -rahimahullah-
berkata,” Saya telah menulis
dengan tangan saya ini 2000 jilid
kitab. Dan orang-orang yang
bertaubat melalui tangan saya ini
mencapai 100.000 orang
[Tadzkiratul Huffadh, Adz
Dzahabi -rahimahullah- 4/1242]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -
rahimahullah- berkata,” Syaikh
Abul Faraj (yakni Imam Ibnul
Jauzi ) seorang mufti yang banyak
menulis. Beliau memiliki karya
tulis dalam tema-tema beragam.
Saya mencoba menghitungnya dan
saya melihatnya lebih dari 1.000
karya tulis.” [Tadzkiratul
Huffadzh, Adz Dzahabi -
rahimahullah- 1/415]
Imam Ibnu Rajab Al Hambali
ketika menulis biografi Imam
Ibnul Jauzi -rahimahullah-
berkata,” Tidak ada disiplin ilmu
yang ada kecuali beliau memiliki
karangan seputarnya. beliau
(Ibnul Jauzi) ditanya tentang
jumlah karangannya, beliau
menjawabnya lebih dari 340 Kitab
.”
Al Muwaffaq Abdul latif -
rahimahullah- berkata “ Ibnul
Jauzi tidak pernah menyia-
nyiakan waktunya sedikitpun,
Beliau menulis dalam sehari
empat buah buku tulis, dan setiap
tahunnya karya tulis beliau
dicetak 50-60 Jilid.”
Syaikh Al Qummi -rahimahullah-
menyebutkan bahwa serbuk pena
‘ Imam Ibnul jauzi” (yakni apa
yang jatuh dari pensil ketika di
raut digunakan untuk menulis
hadits, dikumpulkan hingga
banyak sekali. Ibnu jauzi
mewasiatkan agar digunakan
untuk memanasi air yang akan
dipakai kelak untuk memandikan
mayatnya. Kemudian wasiat itu
ditunaikan dan cukup (untuk
memanaskan air) dan masih ada
yang tersisa darinya.” [Dzail
Thabaqotil Hanabilah , Imam Ibnu
rajab -rahimahullah- 1/412]
Imam Yahya bin Ma’in -
rahimahullah- berkata,” Saya
telah menulis dengan tangan saya
ini satu juta hadits,” kemudian
Adz Dzahabi mengomentari dan
berkata,” yaitu jumlah ini untuk
satu hadits.” [Al Kuna Wal Qaab,
Al Qummy 1/242]
Al Kautsari berkata,” Tafsir Abu
Yusuf Al Qozwaini yang berjudul “
Hadaaiq Dzaata bahjah”
dikatakan paling kurang ada 300
jilid. Al hafidz Ibnu Syahin juga
memilki tafsir sebanyak 1.000
Jilid. Al Qadli Abu Bakar Ibnul
Arabi -rahimahullah- (catatan:
Beliau bukanlah Ibnu Arabi –sufi
sesat- red ) memiliki kitab
Anwaarul Fajr dalam bidang
tafsir sebanyak 80.000 lembar,
dan Ibnu An Nuqaib Al Maqdisi
memiliki tafsir sekitar 100
Jilid.” [lihat : Maqalatul Kautsari]
Profesor Muhammad Al hajawi
berkata,” Imam Abid Dunya -
rahimahullah-  meninggalkan
1.000 Kitab, Imam Ibnu Asakir -
rahimahullah-  menuliskan
kitabnya’ Tarikh Al Dimasqi”
dalam 80 Jilid. Imam Abu Abdillah
Al Hakam Al Naisaburi -
rahimahullah- menulis 1.500 juz.
Sementara Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah -rahimahullah- menulis
300 Kitab dalam berbagai disiplin
ilmu yang dimuat dalam 500 Jilid.
Muridnya yaitu Imam Ibnul
Qoyyim Al Jauziyah -rahimahullah-
menulis 500 Kitab, Imam Al
Baihaqi -rahimahullah- menulis
1.000 Jilid hadits , Imam Abu
bakar Ibnul Arabi Al maliki -
rahimahullah-  menulis tafsirnya
yang besar dalam 80 Juz. Imam
Abu Ja’far Ath Thahawi -
rahimahullah- menulis 1.000
lembar hanya membahas satu
masalah yaitu apakah Rosululloh
Sholallahu Alaihi Wassalam
melaksanakan haji Qiran, Tamattu
atau Ifrad ?, kemudian Imam
Abdul malik bin Habib -
rahimahullah- seorang ulama
Andalusia memiliki karangan
1.000 Kitab .” [Al Fikrus Sami’ fi
Tarikhil Fiqhil Islamy oleh
Muhammad Al Hajwi].
Bagaimana dengan antum ya
akhi ??? sudah berapa banyak
kitab yang engkau tulis, kalaupun
engkau belum sanggup menulis
atau setidaknya sudah berapa
banyak yang sudah engkau baca ?
Sebab Mekarmu Hanya Sekali
============================
Ketika Angin jaman Menerpamu
Diatas cadas ataupun lumpur
cemar
Teruslah Mewangi wahai
kuntumku
Tetaplah indah di padang liar
Hingga kau-lah yang akan dipetik
Sebab Mekarmu hanya sekali
Ilalang yang terhampar
Desau angin dan dengung
kumbang-kumbang
Angin zaman memang telah
berubah arah
Sampai waktu milikmu akan tiba
jangan pernah hilang wangimu
tersia-sia
Cahaya cinta yang diberkati
Dibalut kepak sayap bidadari
Inilah hari yang dinanti
ketika madu suci temukan kumbang
sejati
menjaga dan memiliki wangimu
dengan namanya
Jilbab
======
wahai ukhti muslimah..
"siapakah yang menyuruhmu tuk
berjilbab ?"
untukmu ukhti muslimah..
"kemana akan kau bawa dirimu ?"
"kepada gemerlapnya dunia ?"
"kemilaunya harta ?"
"atau kepada ketampanan seorang
pria ?"
walaupun engkau harus membuka
hijabmu tuk mendapatkan semua
yang kau inginkan, maka kehinaan
yang akan kamu dapatkan..
wahai ukhti muslimah..
"siapakah yang menyuruh engkau
tuk berhijab ?"
untukmu ukhti muslimah..
"kemana akan engkau bawa
dirimu ?"
"kepada kemilaunya jiwa ?"
"kepada keridhaan sang pencipta ?"
"atau mulianya menjadi bidadari
surga ?"
walaupun hinaan dan cacian yang
harus kau terima..
demi menjaga hijab yang telah
disyariatkan kepada agama..
maka.. kebahagiaan yang akan kau
dapatkan..
katakan " TIDAK ! " pada
gemerlapnya dunia
jika hijabmu harus menjadi
tebusannya..
karena hijabmu adalah benteng
jiwa..
bahwasanya yang menyuruh
berbusana muslimah,
yang menyuruh Allah dan
Rasulnya..
dan konsekuensi kita sebagai
seorang muslim atau muslimah..
wajib kita untuk taat kapada Allah
Subhanahu Wa Ta'ala karena
Allah yang menciptakan kita..!
Allah yang memberikan segalanya
kepada kita..
Al-Qur'an memerintahkan tuk
berJILBAB !
Allah yang menyuruh kita tuk
berJILBAB !
"Wahai nabi katakanlah kepada
isteri-isterimu.. anak-anakmu.. dan
wanita-wanita kaum muslimin agar
mereka mengulurkan JILBABnya
keseluruh tubuh mereka, yang
demikian itu supaya mereka lebih
mudah tuk dikenal karena itu
mereka tidak di ganggu. Allah
Maha Pengampun Lagi Maha
Penyayang." (QS. Al-Ahzab:59)
'Setiap wanita tidak ada uzur
untuk tidak berbusana Muslimah'
Takut Kepada Allah
==================
ﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞِ ﺍﻟﻠﻪَ ﺃَﻫْﻮَﻥَ halnagnaJ"
ﺍﻟﻨَّﺎﻇِﺮِﻳْﻦَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ engkau menjadikan
Allah adalah yang paling rendah
di antara orang-orang yang
melihatmu"
Nasehat agar kita lebih takut
kepada Allah dan lebih malu
kepada Allah tatkala bersendirian.
(Ustadz Firanda)
Dunia hanyalah jembatan yg
menghubungkan kita dg akhirat.
Janganlah keindahan sebuah
jembatan melalaikan kita dari
hakekat sebuah tujuan. (Majalah
Adz-Dzakhiirah No. 11 Edisi
65-1431/2010)
Ibnul Qayyim rahimahullah
mengatakan, “Sesungguhnya obat
bagi orang yang saling mencintai
adalah dengan menyatunya dua
insan tersebut dalam jenjang
pernikahan.” (Raudhatul
Muhibbin)
Ibnu Munkadir berkata, “Tidak
ada yang tersisa dari kelezatan
dunia kecuali dari tiga hal:
Qiyamul Lail, bertemu dengan
saudara seiman dan shalat
berjama’ah di masjid.” (Al-Ihyaa;
I/423)
Abu Hazim mengatakan,
“Bersyukur dengan seluruh
anggota tubuh adalah
menahannya dari maksiat dan
selalu menggunakannya dalam
ketaatan.” (Jamiul Ulum wal
Hikam, 295)
Ketahuilah bahwa setiap orang
yang hidup di muka bumi ini
adalah tamu dan harta kekayaan
yang ada di tangannya adalah
pinjaman. Seorang tamu itu harus
pergi dan barang pinjaman harus
dikembalikan. (Nuriyyah Ibnul
Qayyim al-Jauziyyah; wafat 656 H)
Abdullah bin ‘Umar berkata,
”Membuat orang tua menangis
termasuk bentuk durhaka pada
orang tua.”
Yahya bin Mu’adz berkata, ”Cinta
karena Allah tidak akan
bertambah hanya karena orang
yang engkau cintai berbuat baik
kepadamu, dan tidak akan
berkurang karena ia berlaku
kasar kepadamu.”
Ibnu Rajab Al Hambaliy
rahimahullah berkata,
”Sesungguhnya seorang mukmin
tidak sepantasnya untuk
menjadikan dunia sebagai tempat
tinggalnya dan merasa tenang di
dalamnya akan tetapi sepatutnya
dia di dalam dunia ini bagaikan
orang yang sedang melakukan
perjalanan…”(Jami’ul Ulum wal
Hikam, hal. 379)
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata,
”Panjang angan-angan akan
melahirkan rasa malas
mengerjakan ketaatan, menunda-
nunda tobat, cinta dunia,
melupakan akhirat serta kerasnya
hati. Karena kelembutan dan
kebeningan hati, hanya akan
diraih dengan mengingat mati,
kubur, pahala, siksa, serta huru
hara di hari kiamat…”
”Sesungguhnya kebaikan itu
memancarkan cahaya pada wajah
seseorang, dan cahaya pada hati,
keluasan dalam rezeki, kekuatan
pada badan, kecintaan di tengah
makhluk. Dan keburukan akan
mengakibatkan kehitaman pada
wajah, kegelapan dalam hati,
kelemahan badan dan kekurangan
rezeki, serta kebencian di dalam
hati para makhluk
Allah.”(Abdullah bin Abbas
radhiallahu ‘anhu)
”Tak selamanya kita memperoleh
semua yang kita sukai, maka
belajarlah untuk menyukai semua
yang telah kita peroleh”
”Cintailah orang yang kamu cintai
dengan sewajarnya. Karena
barangkali suatu saat kamu
membencinya. Dan bencilah orang
yang kamu benci dengan
sewajarnya. Sebab, mungkin saja
suatu hari kamu
mencintainya.” (HR. Al Baihaqi, At
Tirmidzi, dll)
Imam Ahmad berkata, ”Jika
engkau ingin Allah melancarkan
untukmu sesuatu yang engkau
cintai, maka teruslah mengerjakan
sesuatu yang Dia cintai.” (Al-
Bidayah wa An-Nihayah 10/330)
Seseorang bertanya kepada Ibnul
Jauzi rahimahullah, ”Apakah yang
paling utama, apakah aku harus
bertasbih atau istighfar?” Beliau
menjawab, ”Baju yang kotor lebih
membutuhkan sabun daripada
minyak wangi.” (Jawaahiru
Shifatish Shafwah)
”Kebahagiaan hati hanyalah dapat
diperoleh oleh hati yang beriman
kepada Allah. Tidaklah mungkin
kebahagiaan itu diperoleh oleh
hati yang membangkang terhadap
perintah Allah dan Rasul-Nya.
Jadi, meskipun orang-orang kafir
memiliki harta sepenuh bumi,
mereka tidaklah mungkin
bahagia. Kalaupun mereka
berbahagia, itu hanyalah
kebahagiaan yang semu. Karena
surga mereka hanyalah di dunia
semata.”
Wahaab bin Munabbih berkata,
”Jika seseorang memujimu dengan
apa-apa yang tidak ada padamu,
maka janganlah kamu merasa
aman darinya untuk mencelamu
dengan apa-apa yang tidak ada
padamu.”(Shifat Ash-Shofwah
2/295)
Berbekallah ketakwaan karena
sesungguhnya engkau tidak tahu…
Jika malam telah tiba apakah
engkau masih bisa hidup hingga
pagi hari…
Betapa banyak orang yang sehat
kemudian meninggal tanpa
didahului sakit…
Jika ia membangun rumahnya
(tatkala masih hidup) dengan
amalan kebaikan maka rumah
yang akan ditempatinya setelah
matipun akan baik pula.
”Barangsiapa meninggalkan
perhatiannya dari aib orang lain,
maka dia akan diberi kemampuan
untuk memperbaiki aibnya
sendiri.” (Umar bin Khattab
radhiyallahu ‘anhu)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, ”Permisalan seorang
mukmin yg membaca Al-Qur’an
adalah seperti buah atrujah,
baunya harum dan rasanya enak.
Permisalan seorang mukmin yg
tidak membaca Al-Qur’an seperti
buah kurma, tidak ada baunya
namun rasanya manis. Adapun
orang munafik yg membaca Al-
Qur’an permisalannya seperti
buah raihanah, baunya wangi tapi
rasanya pahit. Sementara orang
munafik yg tidak membaca Al-
Qur’an seperti buah hanzhalah,
tidak ada baunya, rasanya pun
pahit.”(HR. Bukhari no. 5020 dan
Muslim no. 1857)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, ”Apabila seorang
wanita mengerjakan shalat 5
waktu, puasa di bulan ramadhan,
menjaga kemaluannya dan taat
kepada suaminya, maka akan
dikatakan kepadanya, ‘Masuklah
engkau ke dalam surga dari pintu
surga mana saja yang engkau
inginkan.”(HR. Ahmad 1/191,
dishahihkan Al-Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 660, 661)
Betapa banyak rumah yang
sempit terasa begitu luas karena
kasih sayang yang bersemi di
antara penghuninya. Betapa
banyak rumah yang luas terasa
begitu sempit karena tidak ada
kasih sayang di antara
penghuninya…
”Tak ada manusia yang paling
menderita, kecuali seorang yang
sedang jatuh cinta. Walaupun
mendapatkan manisnya cinta,
selalu menangis di setiap waktu,
karena takut berpisah dengannya.
Menangis tatkala jauh darinya,
dan menangis tatkala dekat
dengannya…”(Mayat-Mayat Cinta
hal. 32)
Dzikir bagi hati laksana air bagi
seekor ikan. Maka apakah yg
akan terjadi apabila seekor ikan
tlah dipisahkan dari dlm air?
(Ibnu Taimiyah)
Tiada seorang muslim pun yang
membesuk saudaranya yang sakit,
melainkan Allah mengutus
baginya 70.000 malaikat agar
mendoakannya kapan pun di
siang hari hingga sore harinya,
dan kapan pun di sore hari hingga
pagi harinya. (HR. Ahmad 2/110)
Nikahkanlah putrimu dg pria yg
beriman, krn bila ia mencintainya
maka ia akan memuliakannya.
Dan bila ia tdk mencintainya
maka dia tdk akan
mendzaliminya. (Hasan Al Bashri)
Begitu banyak lebah mendatangi
bunga yang kurang harum…
Karena banyaknya madu yang
dimiliki bunga itu.
Tidak sedikit lebah meninggalkan
bunga yang harum karena
sedikitnya madu
…kelak calon pasangan hidup kita
adalah fotocopyan dari diri kita,
ketika kita baik insyaa Allah
pasangan hidup kita pun akan
baik, begitu pula sebaliknya,
ketika akhlak kita buruk, maka
bisa diperkirakan bahwa kelak
pasangan hidup kita pun buruk
akhlaknya..
Hasan Al Bashri berkata, ”Jika
kamu melihat seseorang
melebihimu dalam urusan dunia
maka saingilah dia dalam urusan
akhirat.”(Mushannaf Ibnu Abi
Syaibah, jilid 7/188)
”Sesungguhnya orang-orang yang
bersabar, ganjaran bagi mereka
adalah tak terhingga.”(QS. Az
Zumar:10)
”Seluruh umatku akan masuk
surga kecuali yg enggan!” Para
sahabat bertanya,”Wahai
Rasulullah, siapakah yang
enggan?” Beliau menjawab,”Siapa
saja yg mentaatiku dia masuk
surga, dan siapa saja bermaksiat
kepadaku maka dia benar-benar
enggan.”(HR. Bukhori no. 7280)
‘Jagalah kehormatanmu saudariku.
Lelaki manapun yang belum halal
bagimu tak pantas menyentuh
tubuh dan kehormatanmu, biarpun
atas nama cinta.
Wahai saudariku…
Biarlah hanya satu lelaki yang
paling beruntung yang dapat
menikmati dirimu seutuhnya yakni
suamimu kelak…
Ketika ikatan antara kalian halal
dan berbuah ridho-Nya…”
Wahai wanita cantik…
===================
Engkau bagai intan berlian yang
terpajang pada sebuah kotak kaca
indah berkunci dan terbungkus
rapi. Engkau bukan emas
campuran murahan yang terpajang
di etalase depan toko dan dangan
seenaknya sang pembeli dapat
merabamu, memegangmu dan
memakaimu hanya untuk mencoba,
lalu sang pembeli pergi, tak jadi
membelimu dan mengembalikanmu
di tempat yg sama!!
Apakah engkau suka, jika engkau
memelihara sebuah pohon; dan
pohon tersebut menghasilkan
tanaman yang enak dipandang
dan buah yang manis rasanya?
Tentu engkau suka. Maka
mengapa engkau tidak
menjadikan dirimu seperti pohon
tersebut? Yakni menghasilkan
perkataan dan perbuatan yang
baik, bukan perkataan dan
perbuatan yang sia-sia, bukan
pula yang mengandung dosa. (by:
Abu Zuhriy Rikiy Dzulkifliy)
Kalau engkau kaya, berbahagialah.
Karena banyak hal bermanfaat
yang bisa kau lakukan. Kalau kau
miskin, berbahagialah. Karena
hatimu akan lebih selamat dari
penyakit hati, penyakit sombong
yang sering menimpa orang kaya.
Kalau engkau dilupakan orang,
bahagiakanlah hatimu. Karena
tidak banyak lidah yang akan
mencela dan mencacatmu. Apapun
kondisinya bahagiakanlah hatimu
”Janganlah engkau meremehkan
suatu kebaikan sekecil apapun itu,
meskipun sekedar engkau
menjumpai saudaramu dengan
wajah ceria.” (HR. Muslim)
Ridho Allah tergantung ridho
orang tua dan murka Allah
tergantung pada murka orang tua.
(Adabul Mufrod No. 2)
”Jangan cintai seseorang setinggi
langit, karena langit bisa runtuh…
Jangan cintai seseorang sedalam
lautan, karena lautan bisa surut…
Jangan cintai seseorang sebesar
dunia, karena dunia bisa hancur.
Cukup cintai seseorang seujung
kuku, walau kecil, walau selalu
dipotong, ia akan selalu
tumbuh…”(Renungan N Kisah
Inspiratif)
Seorang arab Badui ditanya,
Darimana engkau mengetahui
Allah? Dengan polos ia menjawab,
”Subhanallah! kotoran unta itu
menunjukkan adanya unta.
Tapak-tapak kaki itu
menunjukkan ada orang yang
berjalan. Langit-langit yang
mempunyai gugusan bintang,
gunung-gunung yang mempunyai
lembah, lautan dengan ombak-
ombak yang berdeburan, tidakkah
ini menunjukkan adanya Allah
yang Maha Mengetahui?”(Tafsir
Ibnu Katsir surat Al Baqarah
21-22)
”Lihatlah orang yang ada di
bawahmu dan janganlah kamu
melihat orang yang ada di atasmu.
Hal itu akan lebih baik bagimu
agar kamu tidak meremehkan
nikmat Allah yang diberikan
kepadamu.”(HR. Bukhori-Muslim)
Kematian akan menyapa siapa
pun, baik ia seorang yang shalih
atau durhaka, seorang yang turun
ke medan perang ataupun duduk
diam di rumahnya, seorang yang
menginginkan negeri akhirat yang
kekal ataupun ingin dunia yang
fana, seorang yang bersemangat
meraih kebaikan ataupun yang
lalai dan malas-malasan.
Semuanya akan menemui
kematian bila telah sampai
ajalnya. (Ayssyariah.com)
Orang yang paling banyak
mengingat mati dan paling baik
persiapannya untuk kehidupan
setelah mati. Mereka itulah orang-
orang yang cerdas. (HR. Ibnu
Majah no. 4259)
Orang sakit mengira kebahagiaan
ada pada kesehatan. Orang miskin
mengira kebahagiaan ada pada
kekayaan. Rakyat jelata mengira
kebahagiaan ada pada kekuasaan.
Tidaklah demikian. Kebahagiaan
yang hakiki ada pada hati yang
senantiasa bersyukur
Orang tua adalah pintu surga yang
paling tinggi. Sekiranya engkau
mau, sia-siakanlah pintu itu, atau
jagalah ! (HR. Ahmad dan
Tirmidzi)
Mencari jodoh yang baik adalah
senantiasa memeperbaiki diri hari
demi hari. Lalu kita
menjemputnya dari tangan Allah
diiringi senyuman sang bidadari
Tidak ada rumah bagi seseorang
untuk ditempati setelah kematian,
kecuali rumah yang ia bangun
sebelum matinya
Cinta adalah kecenderungan yang
terus-menerus di dalam hati yang
membara…(Ibnu Qayyim Al
Jauziyah)
Orang yang mudah marah itu
pertanda tidak mampu
menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dengan baik
Janganlah kamu menjadi orang
yang cepat marah, yang akan
memengaruhimu pada setiap
sesuatu. Tapi jadilah dirimu orang
yang tenang, tidak cepat marah,
karna sesungguhnya kemarahan
itu adalah bara api yang
dilemparkan setan ke dalam hati
manusia. Dengan bara api itu,
mendidihlah hati seseorang. Karna
itu pula, urat-urat leher dan
jaringan pembuluh darah
menegang, matapun memerah.
Lalu melakukan tindakan, setelah
itu timbulah penyesalan.(Syarhu
Riyadish Shalihin)
Bahaya Dosa Bagi Hati Ibarat
Bahaya Racun Bagi Tubuh
Tidaklah dunia ini seluruhnya dari
awal hingga akhirnya kecuali
ibarat seseorang yang tertidur
sejenak, kemudian bermimpi
melihat sesuatu yang
disenanginya, kemudian
terbangun. (Imam Hasan Al
Bashri)
Bergembiralah ketika suatu
hubungan harus berakhir.
Mungkin Tuhan sedang
mempersiapkan seseorang yang
terbaik buatmu
Jangan mengharap pendamping
hidup layaknya bidadari, karena
kita juga bukan malaikat
Jangan pernah takut dengan
berbagai kesulitan yang menerpa.
Karena tidaklah air hujan itu
turun kecuali dari mendung yang
gelap. Bahkan terkadang warna-
warni indah pelangi pun muncul
setelahnya
Kebahagiaan itu ada pada hati
yang bersih. Tak perlu
mencarinya karena hati telah ada
dalam diri kita. Kita hanya perlu
menjaganya agar senantiasa
bersih
Seperti kerinduan seorang
perantau kepada kampung
halamannya. Seperti itu pulalah
seharusnya sikap kita hidup di
dunia ini. Kerinduan yang
membuat kita semangat untuk
mencari bekal untuk pulang
Bagaimana kamu memperlakukan
orang tuamu? Seperti itulah anak-
anakmu akan memperlakukanmu
kelak
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Dua perkara
yang hukumannya dipercepat
semasa di dunia yaitu perbuatan
zhalim dan durhaka kepada
kedua orang tua.”(HR. Al Hakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar