Senin, 03 Agustus 2015

Dibalik gemerlap pasar

Di Balik Gemerlap Pasar

Bagaimana sikap kita terhadap
pasar? Apakah sangat gandrung dan
mencintainya? Apakah merasa
sangat kerasan dan senang ketika
berada di dalamnya? Apakah kita
termasuk orang yang sering dan
gemar masuk, serta jalan-jalan di
sana?
Sebelum menjawab itu semua,
seorang muslim dan muslimah harus
tahu bahwa dirinya tidak mencintai
atau membenci sesuatu karena hawa
nafsunya. Akan tetapi mencintai dan
membenci sesuatu karena Allah
subhanahu wata’ala . Mencintai apa
yang dicintai Allah dan membenci
apa yang dibenci Allah. Seorang
muslim juga harus mencintai apa
saja yang dapat mendekatkan diri
kepada Allah subhanahu wata’ala
dan membenci apa saja yang dapat
menjauhkan dari-Nya.
Ada Apa dengan Pasar?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, artinya, "Tempat
yang paling dicintai Allah adalah
masjid-masjid dan tempat yang
paling dibenci Allah adalah pasar-
pasar." Berdasarkan hadits ini,
seorang muslim dan muslimah
hendaknya membenci pasar, tidak
merasa senang untuk terus berada
di dalamnya, tidak merasa betah dan
kerasan ketika berada di dalamnya
dan tidak mendatanginya kecuali
karena ada keperluan dan hajat yang
mengharus kan untuk ke sana,
apalagi pasar-pasar modern yang ada
saat ini.
Mengapa? Karena pasar adalah
tempat yeng melalaikan, tempat
tabarruj, tempat pamer aurat,
ikhtilath (campur baur pria wanita),
tempat kegaduhan dan obrolan tak
karuan. Allah subhanahu wata’ala
membenci pasar, maka seorang
mukmin juga membencinya, dia
membenci apa yang dibenci
Rabbnya.
Lalu, mengapa pasar dicap sebagai
tempat terburuk di muka bumi?
Imam Nawawi berkata, tentang sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
"Tempat yang paling dibenci Allah
adalah pasar-pasar" karena pasar
adalah tempat penipuan,
kebohongan, riba, sumpah palsu,
ingkar janji dan berpaling dari
dzikrullah dan lain sebagainya.
Berapa banyak orang ditipu di
pasar? Berapa banyak orang yang
kecurian dan kecopetan di pasar?
Berapa banyak orang dibohongi?
Berapa banyak sumpah palsu
terucap? Perdagangan haram
dipraktekkan, janji diingkari,
kezhaliman dan sikap melampaui
batas? Berapa banyak pandangan
khianat dan haram terjadi, obrolan
tak karuan dilakukan, dan berapa
banyak pula janji dan kencan penuh
dosa dilakukan di sana?
Salman al-Farisi berkata, "Jika
engkau bisa, jangan sekali-kali
menjadi orang yang pertama kali
masuk pasar dan paling akhir keluar
darinya. Karena di situlah medan
pertempuran dengan setan, dan di
sana setan menancapkan
benderanya." (atsar riwayat Muslim)
Di dalam pasar, banyak manusia
lalai dari dzikrullah dan bersyukur
kepada-Nya, karena hati disibukkan
oleh segala yang terlihat oleh dua
mata. Di sebelah sana ada barang
dagangan jenis ini, warna ini,
diimpor dari negri ini. Yang itu dari
Perancis, yang ini dari Amerika, yang
di sebelah sana dari Itali dan
Jepang. Jika mata tertuju ke suatu
tempat, maka akan mendapati
berbagai asesoris dan perhiasan
yang membuat mata tak berkedip,
sementara di sudut yang lain ada
etalase yang sangat mewah bukan
kepalang.
Lalu, ini banting harga, itu diskon
besar-besaran, di sebelah sana ada
yang bersumpah menjual dengan
rugi. Ada lagi yang cuci gudang,
menawarkan dagangan dengan
poster mencolok, memberikan hadiah
kepada anak-anak, merayu para
wanita pembeli, memberi hadiah
kepada setiap pembeli, dan ada juga
yang mengadakan kuis atau lomba
dengan berbagai macam hadiah
menarik. Untuk berkeliling dari satu
stand ke stand lain, dari tempat satu
ke tempat yang lain sudah
menghabiskan waktu berjam-jam,
dan menyia nyiakannya dengan
tanpa guna. Bukan hanya itu saja,
bahkan ada yang lebih dari itu,
lebih buruk dari itu, yakni berapa
banyak kemaksiatan tersebar dan
berkeliaran di pasar-pasar.
Wanita dengan aroma parfum yang
menyengat dari badan dan
pakaiannya, baunya menggugah
selera hidung sebelum mata
diundang untuk memandanganya.
Lalu berpasang- pasang mata lelaki
memandanginya dengan tanpa
henti. Padahal Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam telah bersabda,
"Wanita mana saja yang memakai
parfum lalu keluar melewati
sekelompok orang agar mereka
mencium aromanya maka dia telah
berzina, dan setiap mata juga
berzina." (HR Ahmad dan Abu
Dawud, dihasankan al-Albani).
Peringatan keras ini bagi wanita
yang hanya sekedar memakai parfum
lalu keluar melewati orang banyak.
Maka bagaimana jika ditambah lagi
keluarnya adalah ke pasar,
supermarket, tempat terjadinya
fitnah dan tempat yang dibenci
Allah?
Banyak pula wanita di pasar yang
mengenakan pakaian semaunya,
dengan model yang ketat dan
pendek, terbuka atau membentuk
auratnya, memamer kan apa yang
seharusnya ditutupi, lengan, leher,
betis,dada, punggung dan
seterusnya. Ada pula yang
mengenakan sepatu tinggi (jinjit),
berjalan melenggak-lenggok layaknya
sedang merayu suaminya.
Ada lagi yang masuk pasar hanya
sekedar bertanya harga ini dan
harga itu. Ketika para pedagang dan
semua orang sudah kemas-kemas
untuk pulang , dan lampu mulai
dimatikan dia pun keluar dari pasar
tanpa membeli sesuatu apa pun.
Sementara itu di sebelah sana ada
wanita yang sedang berduaan
dengan seorang penjual laki-laki
tanpa ada mahram dan orang lain.
Mereka asyik mengobrol dengan
begitu rinci tentang berbagai
perlengkapan kosmetika dan bahkan
tentang pakaian-pakaian pribadi si
wanita dengan tanpa risih dan malu-
malu.Tak ketinggalan pula para
gadis dan wanita lainnya, tengok
kanan dan tengok kiri, barangkali
ada lelaki yang mau iseng menggoda
dan mencandainya. Atau mungkin
mau berseloroh dengan berbagai
kalimat pujian, rayuan dan
sanjungan.
Bagaimana Sikap Kita
Setelah memperhatikan uraian di
atas, maka kita umat Islam, terutama
para wanita muslimah hendaknya
menjadi orang yang membenci pasar,
karena ia merupakan tempat ikhtilat,
tempat godaan syetan, dan
menjadikan orang terpengaruh dan
hanyut dengan apa yang disaksikan
di sana. Jika seseorang terlalu sering
melihat kemungkaran maka akan
membuatnya terbiasa dengannya
dan menganggap lumrah
kemungkaran tersebut.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
telah bersabda, artinya,
"Barang siapa di antara kalian
melihat kemungkaran maka
hendaknya dia mengubah dengan
tangannya. Jika tidak mampu maka
hendaklah dia mengubah dengan
lisannya. Dan jika tidak mampu juga,
maka hendaknya mengingkari
dengan hatinya, dan itu adalah
selemah-lemah iman."
Mengingkari kemungkaran dengan
hati adalah selemah-lemah iman.
Jika pengingkaran dengan hati sudah
tidak lagi dimiliki oleh seseorang,
maka iman akan tertutup dan hati
menjadi hitam gelap, maka jadilah
dia orang yang tenggelam dalam
syahwat dan syubhat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar