Sabtu, 29 Agustus 2015

29 fatwa seputar hukum udhiyah atau qurban

Copas tetangga.

29 FATWA SEPUTAR HUKUM
UDHIYAH ATAU KURBAN
Bersama Al-‘Allaamah Bin Baz
dan Asy-Syaikh al-‘Utsaimin
Bagian Pertama

1. Ibadah kurban
hukumnya sunnah,
bukan hal yang wajib.
[Asy-Syaikh Bin Baz dan
Asy-Syaikh al-‘Utsaimin]

2. Satu hewan kurban
mencukupi untuk satu
orang dan keluarganya
serta orang-orang yang
dia masukan dari
kalangan kaum
muslimin. [Asy-Syaikh
al-‘Utsaimin]

3. Satu keluarga
tercukupkan untuk
mereka dengan satu
hewan kurban, meskipun
dia memiliki anak-anak
yang bekerja sebagai
pegawai dan sudah
berkeluarga serta
memiliki gaji bulanan.
Akan tetapi dengan
syarat makan dan
minum mereka satu,
artinya dapur mereka
menjadi satu. Adapun
jika masing-masing
punya dapur sendiri
maka hewan kurbannya
harus berbeda-beda
antara satu (dapur)
dengan yang lainnya.
[Asy-Syaikh al-‘Utsaimin]

4. Yang menyembelih
hewan kurban adalah
penanggung jawab
keluarga, baik ayah,
suami, anak yang paling
besar ataupun anak
yang paling kecil. [Asy-
Syaikh al-‘Utsaimin]

5. Wanita tidak diwajibkan
baginya berkurban,
bahkan ia masuk
bersama (kurban) laki-
laki, baik itu ayah,
suami, anak laki-laki,
atau saudara laki-
lakinya. Akan tetapi
apabila ia ingin
berkurban sendiri maka
tidak mengapa. Dilarang
baginya memotong
rambut dan kuku seperti
laki-laki (jika akan
berkurban). [Asy-Syaikh
al-‘Utsaimin]

6. Boleh bagi wanita
berkurban. [Asy-Syaikh
Bin Baz dan Asy-Syaikh
al-‘Utsaimin]

7. Berkurban dengan niat
untuk mayit maka ada
tiga keadaan:
Si mayit telah
berwasiat untuk
disembelihkan
kurban untuknya
dari hartanya dalam
rangka
mengamalkan
wasiatnya.
Orang yang hidup
berkurban dari
hartanya sendiri
untuk dirinya,
namun dia juga
meniatkan untuk
memasukan si mayit
dalam kurbannya.
Hal ini
diperbolehkan.
Orang yang hidup
berkurban, namun
dikhususkan hanya
untuk si mayit saja,
maka dalam hal ini
lebih utama baginya
tidak melakukannya,
karena Nabi
shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika
pamannya
“Hamzah”, istrinya
“Khadijah” dan yang
lainnya meninggal,
Beliau tidak
menyembelih hewan
kurban untuk
mereka secara
khusus atau untuk
masing-masing dari
mereka.
[Rincian
Asy-Syaikh
al-‘Utsaimin]

8. Boleh bagi seorang
muslim berhutang agar
bisa berkurban, selama
dia yakin bahwa nanti
dirinya mampu
membayar hutangnya.

[Asy-Syaikh Bin Baz dan
Asy-Syaikh al-‘Utsaimin]

9. Berkurban dengan onta
atau sapi, boleh
padanya berserikat tujuh
orang dalam
membelinya. Adapun
kambing maka tidaklah
sah kecuali dari satu
orang.
[Asy-Syaikh
al-‘Utsaimin]

10. Orang yang merantau
dan hidup di negeri
orang, sedangkan
keluarganya berada di
negeri lain, boleh
baginya mengirim uang
kepada keluarganya
untuk disembelihkan
hewan kurban untuknya.

[Asy-Syaikh al-‘Utsaimin]
Demikian fatwa-fatwa ringkas
seputar ibadah udhiyah atau
kurban kami sampaikan dan
insya Allah kita lanjutkan
kembali pada bagian
selanjutnya. Semoga bermanfaat
untuk Islam dan muslimin.

Sumber: 29 Mas’alah Min Fatawa
Ibnu Baz wa Ibnu ‘Utsaimin.

Kamis, 27 Agustus 2015

Kejamnya waktu subuh

✔ KEJAMNYA WAKTU SUBUH"

(Oleh Abu Qomar Al Faruq)

Sahabat...
Saya yakin di antara kita sudah mengetahui keistimewaan waktu Subuh. Hari ini ada baiknya kita melihat waktu Subuh dengan kacamata yang lain, yaitu dari bahaya waktu Subuh bila kita tidak dapat memanfaatkannya.

Allah bersumpah dalam Al Fajr : “Demi fajar (waktu Subuh)”.
Kemudian dalam Al Falaq Allah mengingatkan:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ

“Katakanlah! aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu subuh”.

Ada apa dibalik waktu Subuh?

Mengapa Allah bersumpah demi waktu Subuh?

Mengapa harus berlindung kepada yang menguasai waktu Subuh?

Apakah waktu Subuh sangat berbahaya?

Ya, ternyata waktu Subuh benar-benar sangat berbahaya!

Waktu Subuh lebih kejam dari sekawanan perampok bersenjata api.

Waktu Subuh lebih menyengsarakan dari derita kemiskinan.

Waktu Subuh lebih berbahaya dari kobaran api yang disiram bensin…

Jika ada sekawanan perampok menyatroni rumah anda, dan mengambil paksa semua barang anda. Emas dan semua perhiasan digondolnya. Uang cash puluhan juta ditilepnya. Laptop, yang berisi data-data penting anda juga diembatnya. Eh, mobil yang belum lunas juga digasaknya.

Bagaimana rasa pedih hati anda menerima kenyataan ini?

Ketahuilah,
bahwa waktu Subuh lebih kejam dari perampok itu. 

Karena jika anda tertindas sang waktu Subuh sampai melalaikan shalat fajar, maka anda akan menderita kerugian lebih besar dari sekedar laptop dan mobil.

Anda kehilangan dunia dan segala isinya.

Ingat, “Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya” (HR Muslim).

Waktu Subuh juga lebih menyengsarakan dari sekedar kemiskinan dunia.

Karena bagi orang-orang yang tergilas waktu Subuh hingga mengabaikan shalat Subuh berjamaah di masjid, maka hakikatnya, merekalah orang-orang miskin sejati yang hanya mendapatkan upah 1/150 (0,7%) saja pahala shalatnya.

“…dan barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, maka ia bagaikan shalat semalam suntuk” (HR Muslim).

Shalat semalam suntuk adalah shalat yang dikerjakan mulai dari tenggelamnya matahari sampai terbit fajar. Fantastis!

Shalat selama sepuluh jam…, atau kurang lebih 150 kali shalat! Betapa agung fadilah shalat Subuh berjamaah ini. Betapa malangnya orang yang tergilas waktu Subuh, orang-orang yang mengabaikan shalat subuh berjamaah di masjid.

Waktu Subuh juga lebih berbahaya dari kobaran api yang disiram bensin.

Mengapa demikian? Tahukah anda bahwa nabi menyetarakan dengan orang munafik bagi yang tidak mampu melaksanakan shalat Subuh berjamaah?

“Sesungguhnya tiada yang dirasa berat oleh seorang munafik, kecuali melaksanakan shalat Isya dan shalat Subuh. Sekiranya mereka tahu akan keagungan pahalanya, niscaya mereka bakal mendatanginya (ke masjid, shalat berjamaah) sekalipun harus berjalan merangkak-rangkak” (HR Bukhari Muslim).

Orang yang tergerus waktu Subuh hingga tak mampu mendatangi masjid untuk shalat berjamaah adalah orang yang dalam keadaan bahaya, karena disetarakan dengan orang munafik.

Padahal, ancaman bagi orang munafik adalah neraka Jahannam. “Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam” (An Nisa:140).

Bukankah Jahannam lebih berbahaya dari sekedar kobaran api yang disiram bensin?

Nah, agar tidak merasakan tindasan waktu Subuh yang lebih kejam dari perampokan, agar tidak terkena gilasan waktu Subuh yang lebih menyengsarakan dari derita kemiskinan, dan agar tidak tertelan gerusan waktu Subuh yang lebih berbahaya dari kobaran api, maka: “Katakanlah! aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu subuh” (Al Falaq:1).

Yaitu dengan memanfaatkan waktu Subuh sebaik-baiknya. Lakukan shalat sunnah qabliyah Shubuh (shalat fajar) dan shalat Shubuh berjamaah di masjid - bagi pria, di rumah - bagi wanita.

Barakallah fiikum.

📝 Dari WA grup Islamadina

Jumat, 21 Agustus 2015

Kiat sukses bisnis

Semoga ada hikmah d balik cerita ini, share pengalaman dr seorang teman

KIAT SUKSES BISNIS....

Pada suatu hari di awal-awal saat memulai bisnis dulu, saya ketemu masalah seperti ini: saya janjian dengan 3 orang di Jakarta. Saat itu posisi saya di Jogja tanpa banyak kenalan di Jakarta dan cekak banget dananya. Begini jadualnya: Pak A janji ketemu hari Senin siang, Pak B hari Rabu pagi dan Bu C di hari Jumat sore. Jika saya mau gampang, saya harus berangkat naik kereta Minggu malam dan menginap di Jakarta 5 hari dan pulang Jumat malam. Sayanya yang bingung: nginep dimana, biaya makannya dimana? Duh ribet, padahal janjiannya udah di-arrange lama dan posisi orang yang mau saya temui itu Boss-boss semua untuk penawaran kerjaan promosi. Saya harus mengikuti jadual mereka, saya tak kuasa menentukan jadual karena saya yang butuh.

Pusinglah saya memikirkan jadual yang mustahil itu. Sampai seminggu menjelang harinya, saya ketemu seorang teman,yang ilmu agamanya lumayan. Karena belum menemukan solusi, saya pun curhat padanya. Teman saya mengangguk-angguk lalu bertanya,"Jadual sholatmu gimana?"

"Jadual sholat? Apa hubungannya?" saya keheranan.

"Sholat subuh jam berapa?" tanpa menjawab pertanyaan saya, dia meneruskan pertanyaannya.

" Errr... Jam setengah enam, jam enam. Sebangunnya lah.. Kenapa," jawab saya.

" Sholat dhuhur jam berapa?"

"Dhuhur? Jadual sholat dhuhur ya jam 12 lah..." jawab saya.

"Bukan, jadual sholat dhuhurmu jam berapa?" ia terus mendesak.

" Oooh, jam dua kadang setengah tiga biar langsung Asar. Eh, tapi apa hubungannya dengan masalahku tadi?" saya makin heran.

Temen saya tersenyum dan berkata,"Pantas jadual hidupmu berantakan."

"Lhooo.. kok? Apa hubungannya?" saya tambah bingung.

"Kamu bener mau beresin masalahmu minggu depan ke Jakarta?" tanyanya lagi.

"Lha iya, makanya saya tadi cerita...," saya menyahut.

"Beresin dulu jadual sholat wajibmu. Jangan terlambat sholat, jangan ditunda-tunda, klo bisa jamaah," jawabnya.

"Kok.. hubungannya apa?" saya makin penasaran.

"Kerjain aja dulu kalo mau. Enggak juga gak papa, yang punya masalah kan bukan aku...," jawabnya.

Saya pun pamit, jawabannya tak memuaskan hati saya. Joko sembung naik ojek, pikir saya. Gak nyambung, Jek. Saya pun mencari cara lain sambil mengumpulkan uang saku buat berangkat yang emang mepet. Tapi sehari itu rasanya buntu, buntu banget. Sampai saya berfikir, ok deh saya coba sarannya. Toh gak ada resiko apa-apa. Tapi ternyata beratnya minta ampun, sholat tepat waktu berat jika kita terbiasa malas-malasan, mengakhirkan pelaksanaannya. Tapi udahlah, tinggal enam hari ini.

Dua hari berjalan, tak terjadi apa-apa. Makin yakin saya bahwa saran teman saya itu tidak berguna. Tapi pada hari ketiga, hp berdering. Dari asisten Pak A,"Mas, mohon maaf sebelumnya. Tapi Pak A belum bisa ketemu hari Senin besok,. Ada rapat mendadak dengan direksi. Saya belum tahu kapan bisa ketemunya, nanti saya kabari lagi."

Di ujung telepon saya ternganga, bukannya jadual saya makin teratur ini malah ada kemungkinan di-cancel. Makin jauh logika saya menemukan solusinya, tapi apa daya. Karena bingung, saya pun terus melanjutkan sholat saya sesuai jadualnya.

Di hari berikutnya, hp saya berdering kembali. Dari sekretaris Pak B,"Mas, semoga belum beli tiket ya? Pak B ternyata ada hjadual general check up Rabu depan jadinya gak bisa ketemu. Tadi Bapak nanya bisa nggak ketemu Jumat aja, jamnya ngikut Mas."

Yang ini saya bener-bener terkejut. Jumat? Kan bareng harinya ama Bu C? Saya pun menyahut,"O iya, tidak apa-apa Pak. Jumat pagi gitu, jam 9 bisa ya?"

Dari seberang sana dia menjawab,"OK Mas, nanti saya sampaikan."

Syeep, batin saya berteriak senang. Belum hilang rasa kaget saya, hp saya berbunyi lagi. Sebuah sms masuk, bunyinya: Mas, Pak A minta ketemuannya hari Jumat setelah Jumatan. Jam 13.30. Diusahakan ya Mas, tidak lama kok. 1 jam cukup.

Saya makin heran! Tanpa campur tangan saya sama sekali, itu jadual menyusun dirinya sendiri. Jadilah saya berangkat Kamis malam, ketemu 3 orang di hari Jumat dan Jumat malem bisa balik ke Jogja tanpa menginap!

Saya sujud sesujud-sujudnya. Keajaiban model begini takkan bisa didapatkan dari Seven Habits-nya Stephen Covey, tidak juga dari Eight Habbits. Hanya Allah yang kuasa mengatur segala sesuatu dari arsy-Nya sana.

Sampai saya meyakin satu hal yang sampai sekarang saya usahakan terus jalani: Dahulukan jadual waktumu untuk Tuhan maka Tuhan akan mengatur jadual hidupmu sebaik-baiknya.

Karena saya muslim, saya coba konfirmasikan ini ke beberapa teman non muslim dan mereka menyetujuinya. Jika dalam hidup ini kita mengutamakan Tuhan, maka Tuhan akan menjaga betul hidup kita. Tuhan itu mengikuti perlakuan kita kepadanya, makin disiplin kita menyambut-Nya, makin bereslah jadual hidup kita.

Jadi, kunci sukses bisnis ke-3 yang saya bisa share ke teman-teman: Sholatlah tepat waktu, usahakan jamaah. Jika mau lebih top, tambahin sholat sunnahnya: qobliyah, bakdiyah, tahajjud, dhuha, semampunya.

Silakan dipraktekkan, Insya Allah jadual kehidupan kita (baik bisnis, keluarga maupun personal) akan nyaman dijalani. Sampai hari ini, saya belum pernah berdoa lagi untuk menambah 24 jam sehari menjadi lebih banyak jamnya. 24 jam sehari itu sudah cukup, jika kita tak hanya mengandalkan logika untuk mengaturnya. Tak kemrungsung, tak buru-buru tapi tanggung jawab terjalani dengan baik.

Jika suatu hari saya menemukan jadual saya kembali berantakan, banyak tabrakan waktunya atau tidak jelas karena menunggu konfirmasi terlalu lama: segera saya cek jadual sholat saya. Pasti disitulah masalahnya dan saya harus segera beresin sehingga jadual saya akan teratur lagi sebaik-baiknya. Seperti teman-teman sekalian, istiqomah alias konsisten menjalankan ini tentu banyak godaannya. Tapi kalo gak pake godaan, pasti semua orang akan sukses dong. Jadi emang mesti tough, kuat menjalaninya, jangan malas, jangan cengeng.

Senin, 17 Agustus 2015

Makam umar dan abu bakar ada di sebelah makam rasulullah

Bismillahirrahmanirrahim.

KEBOHONGAN SYI'AH TERKUAK,ULAMA'  SYI'AH MEMBOHONGI KAUMNYA.
---------------'--------------
SEORANG SYI'IY KAGET KETIKA DIA M ENYAKSIKAN MAKAM ABU BAKAR DAN UMAR RADHIOLLAHU ANHUMA BERADA DISISI MAKAM RASULULLLAH SAW.
____________________________
Makam Abu Bakar dan Umar di samping makam Rasulullah (Liputan6.com)
--------------------------------
Seorang penganut syiah tiba di Masjid Nabawi. Ia sengaja datang ke sana untuk menziarahi makam Nabi. Ia sampaikan salam untuk Rasulullah dan berdoa. Namun, ada yang mengganjal hatinya. Ada dua makam di samping makam Rasulullah. Dan orang-orang juga mendoakan mereka.
“Makam siapa ini?” tanyanya kepada orang-orang di dekatnya.
“Engkau tidak tahu? Bagaimana seorang muslim tidak tahu. Ini adalah makam Abu Bakar Ash Shidiq dan yang ini adalah makam Umar bin Khattab,” jawaban itu seperti petir di siang hari. Tidak salah dengarkah ia? Rupanya seluruh orang yang ia tanya memberikan jawaban sama. Dua makam di samping makam Rasulullah itu adalah makam Abu Bakar dan Umar.
Kepalanya seraya berputar-putar. Pening memikirkan fakta besar yang diterimanya tersebut. Selama ini ia didoktrin bahwa Abu Bakar dan Umar adalah pengkhianat Nabi. Mereka merebut kekuasaan dari Ali. Bahkan, mereka adalah musuh Nabi dan dilaknati. Tapi mengapa makamnya berdekatan dengan makam Nabi, bahkan di sampingnya?
Informasi demi informasi yang dihimpunnya, ketenangan spiritual setelah sempat dilanda kebingungan, akhirnya membawanya pada satu kesimpulan. Rupanya selama ini ia dibohongi oleh para ulama syiah. Ia ditipu oleh para pembesar syiah. Abu Bakar dan Umar bukanlah musuh bagi Rasulullah, melainkan mereka berdua adalah sahabat.

Akhirnya hatinya yg bersih berkata: Kebenaran pasti terkuak meskipun ditutupi dengan berbagai cara.

Benarlah firman Allah:Kami telah memenangkan kalimat Tauhid atas kalimat syirik dan kekafiran.Kalimat Tauhid melenyapkan kalimat syirik dan kekafiran,kalimat syirik dan kekafiran tiba-tiba lenyap (QS Al Anbiya 21:18)
Firman Nya lagi:
Wahai Muhammad katakanlah Jika kemenangan Islam telah datang ,kesyirikan (kebatilan )  pasti lenyap.Sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap (QS Al Isra' 17:81)

Wahai orang syi'ah,kalian tahu bahwa Rasulullah adalah manusia  yang paling  utama dan sudah pasti akan memilih dan mempunyai sahabat ug paling mulia   Abu Bakar dan Umar bukanlah orang yang dilaknati Rasulullah, melainkan orang yang diberkati Rasulullah.

Apakah kalian akan mengkhianati kebenaran ini ? Ingat kalian pasti akan dilenyapkan dan dikalahkan pada saatnya.

Allahu Akbar 3x,Walillahil hamd
(Abu Muhammad jibriel AR/17.8.2015)

Sabtu, 15 Agustus 2015

Adab makan dan minum

🍚 Adab Makan  dan Minum🍚

✏ Sebelum Makan :
✅ Membasuh kedua tangan
✅ Makanan diletakkan di atas permukaan tanah (bukan di atas meja), karena hal ini lebih dekat dengan sunnah
✅ Sambil duduk seperti duduk tahiyat
✅ Makan dengan niat menambah ketaatan kepada Allah
✅ Mengambil porsi yang sekedarnya tidak terlalu kenyang
✅ Makan bila telah merasa lapar dan berhenti makan sebelum kekenyangan
ما ملأ آدم وعاء شرا من بطنه حسب ابن آدم أكلات يقمن صلبه فإن كان لا محالة فثلث لطعامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه ( رواه الترميذي وابن ماجه و أحمد و البغوي)
"Tidaklah anak adam mengisi bejana yang lebih buruk selain dari perut. Cukuplah anak adam beberapa suapan sekedar yang bisa menegakkan tulang sulbinya. Jika tidak mungkin, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk napasnya (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Al Baghawi)

✏ Ketika Makan dan Minum :
✅ Memulai dengan bacaan basmalah
✅ Menggunakan tangan kanan
✅ Memperkecil suapan
✅ Mengunyah hingga lembut
✅ Tidak mengambil suapan berikutnya sebelum suapan sebelumnya habis
✅ Tidak mencela makanan
✅ Mengambil makanan yang terdekat, kecuali jika memang makanan itu bermacam - macam, seperti buah-buahan yang memeng letaknya jauh
✅ Makan menggunakan tiga jari
✅ Bila ada yang jatuh ketika makan, maka hendaknya ia mengambilnya
✅ adab minum, mengambil gelas dengan tangan kanan
✅ Melihat ke dalam isi gelas terlebih dahulu sebelum minum
✅ Menelannya perlahan - lahan
✅ Tidak makan dan minum sambil berdiri
✅ Tidak bernafas saat minum hingga tiga kali

✏ Sesudah Makan :
✅ Menjilat jari - jari
✅ Mengakhirinya dengan bacaan hamdalah
✅ Menyelesaikan  hingga tuntas sisa makanan di piring (tempat makan) hingga bersih

✏ Adab tambahan ketika makan bersama - sama
✅ Tidak memulai makan kecuali dimulai oleh yang memang lebih layak untuk memulainya
✅ Tidak makan dalam keadaan diam, tetapi sambil membicarakan hal - hal yang ma'ruf
✅ Tidak memandang makanan orang lain
✅ Tidak melakukan hal - hal menjijikkan saat makan ( menurut adat kebiasaan)
✅ Jika ada sesuatu yang ingin dikeluarkan dari mulut, maka ia membuangnya dengan tangan kiri sambil memalingkan muka
✅ Tidak mencelupkan suapan ke dalam cuka atau kuah sayuran yang dimakan bersama

(Diringkas dari kitab "Minhajul Qoshidin" karya Ibnu Qudamah)

Kamis, 13 Agustus 2015

Sabar menyikapi musibah yang datang pada kita

"SABAR MENYIKAPI MUSIBAH YG DATANG PADA KITA"...

Seorang ulama mendapat ujian hebat dalam hidupnya. Saat itu beberapa saudara mengunjungi beliau untuk menghibur. Dalam kesempatan tersebut, dengan tenang beliau berkata: “Aku telah membuat obat dengan 6 resep”. Yang lain lalu bertanya, “apa itu?”. beliau menjawab:

1. Percaya pada ALLAH

2. Aku tahu segala sesuatu yang ditakdirkan pasti terjadi

3. Kesabaran adalah hal terbaik yang musti dilakukan oleh orang yang sedang dalam ujian ALLAH.

4. Bila aku tidak dapat bersikap sabar, apalagi yang bisa aku lakukan, karena kesedihan tidak akan pernah bisa menolong diriku.

5. Bisa jadi aku tertimpa sesuatu yang lebih buruk dari ini.

6. Dari waktu ke waktu aku hanya menikmati kegembiraan.

SUBHANALLAH..

Betapa indahnya urusan kaum muslim itu. Jika ia mendapat nikmat ia besyukur, itu terbaik baginya. jika ditimpa musibah ia bersabar, itu yang terbaik baginya.

Saudaraku, selalu ada hikmah dibalik musibah. Dan selalu ada balasan dari tiap kesabaran. Mari senantiasa berbaik sangka pada ALLAH, karena sungguh, ALLAH lah yang paling mencintai kita. CintaNya tidak hanya lewat suka dan tawa kita, tapi juga lewat musibah dan bencana. Dan yakinlah, ALLAH yang menguasai segalanya tidak akan zalim pada umatNya.

“kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.” ( QS. 23:62 )

“karena sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” ( QS 94: 5-6 )

Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Allah swt telah berfirman: “Aku adalah tergantung dalam zhan (prasangka) hamba-Ku kepada-Ku. Sesungguh-nya Aku selalu beserta hamba-Ku selagi dia berdzikir kepada-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Segala puji bagi ALLAH, semoga kita termasuk orang-orang yang bersabar.

Remah-remah kesombongan

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember & menyikat lantai rumahnya keras-keras.

Pria itu bertanya, Apa yang sedang Anda lakukan?
Sang Guru menjawab, Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat.
Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.
Mereka pun tampak puas sekali.
Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya MERASA menjadi orang yang hebat.
Kesombongan saya mulai bermunculan.
Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya.

Saudaraku....
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, benih-benihnya kerap muncul tanpa kita sadari.

👉Di tingkat pertama, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

👉Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, danlebih berwawasan dibandingkan orang lain.

👉Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral,lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik....

Semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya.

Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Cobalah setiap hari, kita memeriksa hati kita. Karena setiap hal yang baik dan yang bisa kita lakukan, semua karena ANUGRAH Allah semata.

Kita ini manusia hanya seperti debu, yang suatu saat akan hilang dan lenyap. Kesombongan hanya akan membawa kita pada kejatuhan yang dalam.
Mari kita renungkan bersama, apakah kita ini merasa sombong ?
Na'udzubillaah.

Semoga Bermanfaat.
😊❤👍

Sempit, bolehkan imam dan makmum berdiri sejajar?


Karena Sempit, Bolehkah Seorang Makmum Berdiri Sejajar Dengan Imam?

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang dari-Nya semua nikmat berasal. Shalawat dan salam semoga terlimpah dan tercurah kepada baginda Rasulillah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Pernah saya dan kawan-kawan berada di kantor seorang teman bersama Ustadz Farid Okbah, guru kami sewaktu belajar di Pesantern Tinggi Al-Islam, Bekasi. Saat sudah masuk waktu shalat Zuhur, kami bergegas menuju Mushalla. Karena banyaknya jumlah kami sehingga mushalla tidak muat. Tidak semuanya berada di belakang imam. Masih ada dua orang yang tidak mendapat tempat. Lalu beliau hafidzahullah meminta kepada keduanya untuk berada di sebelah kanan dan kirinya, sejajar dengan beliau.

Boleh jadi keadaan yang kami alami juga pernah atau akan dialami oleh salah seorang pembaca. Pertanyannya, apakah dibolehkan penataan shaff semacam itu, yakni salah satu atau dua orang makmum sejajar dengan imam sementara yang lainnya berada di belakang imam?

Saat kondisi tempat shalat sempit dan tidak mencukupi untuk menampung semua Jamaah untuk shalat secara bersama, maka dibolehkan bagi sebagian makmum untuk shalat di sebelah imam, sejajar dengannya, dengan posisi di sebelah kanan imam. Tidak mengapa imam bergeser di sebelah kiri makmum, tidak pas di tengah jamaah karena sempitnya tempat.

Makmum yang berdiri sejajar dengan imam tersebut tidak boleh berada di sebelah kirinya, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah menggeser (menarik atau memindahkan)  Ibnu Abbas saat ia berada di sebelah kiri beliau. Lalu memindahkan ke sebelah kanannya, kecuali kalau tempat tersebut benar-benar sangar sempit.

Dalam Fatawa Lajnah Daimah untuk pembahasan ilmiah dan fatwa disebutkan: "Apabila makmum hanya seorang, maka ia berdiri di sebelah kanan Imam. Hal ini berdasarkan riwayat yang terdapat dalam Shahihain, dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, beliau berkata: "Aku pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah. Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bangun shalat malam. Akupun ikut shalat. Aku berdiri di sebelah kiri beliau. Beliau menarik tanganku dan memindahkanku di sebelah kanannya" (Hadits yang disepakati keshahihannya).

Dan ini apabila sebelah kanan imam kosong sebagaimana hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma. Adapun jika di sebelah kanan imam telah berdiri orang, maka tidak mengapa orang kedua menempati sebelah kiri imam. Shalat jamaah semacam itu tetap sah. Tetapi petunjuk sunnah, para makmum agar berdiri di belakang imam jika masih memungkinkan. Karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan Jabir dan Jabbar saat keduanya berdiri di sebelah kanan dan kiri beliau agar shalat di belakang beliau. (HR. Muslim dalam shahihnya). Selanjutnya, apabila tempat shalat benar-benar sangar sempit sehingga tidak memungkinkan untuk mengerjakan shalat berjamaah sekaligus, maka shalat boleh diadakan secara bergantian menjadi beberapa jamaah." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]


Share this post..
  

Seputaran batal wudhu bila bersenggolan dengan non mahram

Dalil yg dijadikan sandaran oleh mereka yg menyatakan bahwa menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu yaitu hadits dari Aisyah RA, ia berkata " Aku kehilangan Rasulullah SAW dari tempat tidurnya pada suatu malam. Aku mencarinya ternyata tanganku mengenai bagian bawah kedua telapak kaki beliau, sedangkan beliau yg berada dimasjid dan  beliau tegak berdiri sambil mengucapkan
Ya Allah aku berlindung kepada Mu dengan ridho Mu dari Murka Mu." (Shahih HR. Muslim 222, Abu Daud 865  & Ar Tirmidzi 3819).

Hadits yg lain
Diriwayatkan dari Aisyah RA ia berkata" Aku tertidur dihadapan Rasulullah SAW fab kedua kakiku kearah kiblat beliau. Ketika bersujud  beliau memegang kakiku dan akupun menarik kedua kakiku. Ketika belau bangkit aku meluruskannya lagi, Aisyah melanjutkan ketika itu rumah rumah belum memiliki lampu. (Shahih Bukhari 382, Muslim 272 dan selain keduanya)

Hal ini dapat dilihat pada Shahih Fiqih Sunnah Syaikh Sayyed Salim dan hal Syarah bulughul Maram syaikh Al Bassam. Fatwa terkini syaikh Utsaimin.

Wallahu a'lam
[8/13, 7:17 AM] Aewz.fren: Sedangkan ulama yg berselisih yaitu sebagian dari mahzab Syafi'i.

Mahzab Maliki menganggap batal wudhu jika bersentuhan laki dan wanita jika diiringi dengan syahwat.

Wallahua'lam

Ketika harus menghukum anak

Relax dulu ah.

🍂🍂🍂🍂🍂

Ketika Harus Menghukum Anak
Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Inilah riwayat Bukhari. Husain, cucu Nabi yang masih kecil ketika itu, mengambil sebiji kurma sedekah. Ia masukkan ke dalam mulutnya. Begitu mengetahui, Nabi Saw. segera mengeluarkan kurma itu dari mulut cucunya. Haram bagi keluarga Nabi makan sedekah. Karenanya, Nabi Saw. segera bertindak agar tak ada harta haram yang tertelan oleh cucunya.

Kisah yang diriwayatkan oleh Bukhari ini mengajarkan kepada kita tentang beberapa hal. Di dalamnya ada pelajaran tentang kehati-hatian dalam memakan harta agar tak terjatuh dalam dosa dan syubhat. Di dalamnya ada pelajaran tentang tarbiyah; seorang anak perlu belajar menjauhi yang haram meskipun perbuatan mereka belum dihisab, sehingga tak ada dosa bagi
mereka. Di dalamnya juga terdapat contoh tentang ketegasan. Nabi adalah orang yang paling sayang kepada anak-anak dan cucunya. Tetapi besarnya kasih-sayang, tidak menghalangi Nabi Saw. untuk menunjukkan ketegasannya.

Kisah tentang kurma ini hanyalah satu di antara sekian banyak hadist yang menceritakan kepada kita tentang bagaimana Nabi Saw mendidik anak. Sepanjang yang mampu saya pahami, ada perbedaan cara dalam menyikapi perilaku anak. Nabi Saw. melarang orangtua memarahi anak yang memecahkan piring karena segala sesuatu ada ajalnya, termasuk piring. Nabi Saw. juga pernah menegur sahabat yang melarang anak kecil bermain pasir. Ketika Ummu Al-Fadhl merenggut anaknya secara kasar karena pipis di dada Nabi Saw, dengan tegas beliau menegur, "Pakaian yang kotor ini dapat dibersihkan dengan air.
Tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutanmu yang kasar?"

Sejauh kesalahan itu tidak berkaitan dengan hak orang lain, atau berhubungan dengan halal dan haram, Nabi Saw. menunjukkan sikap yang lunak. Tetapi Nabi Saw. segera mengambil sikap yang tegas ketika itu menyangkut hak orang lain. Besarnya penghormatan Nabi Saw. terhadap hak, tampak semakin jelas bila kita mengingat satu peristiwa yang diriwayatkan oleh Bukhari & Muslim:
Dari Sahl bin Sa'ad r.a., Rasulullah Saw. pernah disuguhi minuman. Beliau meminumnya sedikit. Di sebelah kanan beliau, ada seorang anak kecil dan di sebelah kiri duduk para orangtua. Beliau bertanya kepada anak kecil itu, "Apakah engkau rela jika minuman ini aku berikan kepada
mereka?" Anak kecil itu menjawab, "Aku tidak rela, ya Rasul Allah, demi Allah, aku tidak akan memperkenankan siapa pun merebut bagianku darimu." Rasulullah Saw. meletakkan minuman itu ke tangan anak kecil tersebut. (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika Rasulullah Saw. memberi penghormatan kepada hak anak yang masih kecil sekalipun, kita justru sangat sering mengabaikannya dengan alasan mendidik mereka untuk menjadi dermawan. Kita sering merampas hak-hak mereka. Mereka memang mau memberi, tetapi bukan karena dorongan dalam hati, melainkan karena tak kuasa menghadapi desakan orangtua. Mereka
mengalah karena tak berdaya, sehingga saat mereka beranjak dewasa, kita dikejutkan oleh sikap mereka yang keras kepala, mau menang sendiri, dan tidak mau peduli dengan orang lain. Khairul kalam kalamullah, khairul huda huda Muhammad. Sebaik-baik perkataan adalah firman Allah dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Muhammad Saw.

Di balik penghormatan Nabi Saw. kepada hak anak, ternyata ada kebaikan yang sangat besar.
Ketika hak mereka dijaga, mereka akan belajar menemukan rasa aman.
Mereka juga belajar menghormati hak orang lain.
Inilah jalan yang memudahkan mereka untuk mengalah secara sadar dengan memberikan haknya kepada orang lain.
Dan sejarah telah mengajarkan kepada kita, generasi didikan Nabilah yang benar-benar memiliki akhlak menakjubkan. Bukan generasi kita, ketika psikologi dan ilmu pendidikan berkembang luar biasa.

🌹Ya Allah., alangkah beringasnya kita kepada anak, padahal kita mengaku ummat Muhammad. Hanya karena lupa baca basmalah ketika makan, seorang bapak memukul tangan anaknya keras-keras. Ia menghukum karena tidak ingin anaknya menyepelekan agama, tetapi ia lupa bahwa sikap seperti itu dapat menyebabkan anak menyimpan anggapan yang buruk kepada agamanya. Padahal agama sendiri telah memberi kemudahan. Kalau lupa baca basmalah,
cukuplah kita membaca, "Bismillahi awaluhu wal akhiruhu."

Bercermin pada Nabi, kita perlu memilah cara bersikap kepada anak. Inilah bagian tersulit yang saya rasakan. Terlebih jika kita terbiasa bertindak impulsif dalam menyikapi perilaku anak, terutama perilaku yang kita anggap sebagai kenakalan. Padahal sikap selektif yang konsisten dalam menghukum anak, merupakan kunci agar tindakan kita benar-benar efektif. Memberi hukuman kepada anak dalam bentuk yang sama dengan tingkat yang sama pula untuk setiap bentuk kesalahan, justru dapat membuat hukuman tidak efektif. Apalagi kalau kita menghukum anak tanpa ada tolok ukur yang jelas. Berat ringannya hukuman semata-mata berdasarkan suasana hati kita.

Alhasil, persoalannya terletak pada bagaimana kita memberi hukuman. Menghukum dengan cara yang tidak tepat, bisa membuat anak merasa dilecehkan. Anak merasa orangtua sewenang-wenang, kejam, seenaknya sendiri dan sejumlah perasaan negatif lainnya. Anak bisa merasa dibeda-bedakan dengan saudaranya yang lain. Akibat lain dari hukuman yang tidak tepat, anak
bisa menjadi minder, penakut atau bahkan pengecut. Tetapi mendidik anak tanpa aturan yang harus dihormati, bisa membuat anak tidak mampu mengendalikan diri. Mereka bisa menjadi pribadi a-sosial; pribadi yang tidak mampu bermasyarakat.

Apa saja yang perlu kita perhatikan ketika harus memberi hukuman pada anak? Wallahu A'lam bishawab. Selebihnya ada beberapa catatan yang perlu kita perhatikan.

👉Pertama, menghukum anak bukan sebagai luapan emosi, apalagi sebagai pelampiasan rasa jengkel karena perilaku mereka yang memusingkan kepala. Segala sesuatu berawal dari niat. Tampaknya sepele, tetapi yang sepele ini mempengaruhi sikap kita, dan cara kita bersikap akan mempengaruhi penerimaan anak. Selain itu, dengan senantiasa belajar membenahi niat kita dalam menghukum anak, perilaku kita lebih terkendali. Kalau kita masih terbiasa bertindak impulsif, sekurangnya emosi kita akan lebih mudah reda. Kita lebih cepat menyadari kekeliruan kita dalam menghadapi anak.

👉Kedua, menghukum merupakan tindakan mendidik agar anak memiliki sikap yang baik. Artinya, hal terpenting dalam menghukum adalah anak mengerti apa yang seharusnya dilakukan dan memahami apa yang menyebabkan dia dihukum. Jika anak menyadari kesalahannya dan memperbaiki sikapnya, orangtua perlu memberi umpan balik yang positif. Tidak layak orangtua terus memberi tekanan mental kepada anak, padahal mereka telah menunjukkan penyesalan. Sebaliknya, yang perlu kita berikan adalah dukungan dan penerimaan yang tulus.

👉Ketiga, tindakan memberi hukuman kepada anak adalah dalam rangka mengajari anak bahwa setiap perbuatan mempunyai konsekuensi. Orangtua menghukum anak bukan karena marah atau membalaskan kejengkelan. Juga bukan untuk mempermalukan anak. Yang disebut terakhir ini perlu saya garis bawahi. Sering saya jumpai orangtua menghukum anak dengan cara mempermalukan, bahkan ketika anaknya masih belum genap berusia tiga tahun. Lebih menyedihkan lagi, terkadang orangtua tidak puas hanya dengan mempermalukan di hadapan teman dan tetangga. Orangtua bahkan mengolok-olok anak tanpa rasa bersalah sedikit pun. Padahal, inilah yang menghancurkan citra diri dan harga diri anak.

Apa yang terjadi jika anak merasa hukuman itu untuk mempermalukan dirinya? Ada beberapa kemungkinan. Boleh jadi anak berusaha untuk melakukan tindakan serupa. Anak mempermalukan orangtua. Boleh jadi anak belajar menjadi pemberontak. Mereka merasa senang apabila bisa membuat orangtuanya marah. Atau boleh jadi sebaliknya, anak merasa minder. Anak merasa dirinya tidak berharga.

Nah, kita akan mudah terpancing memberi hukuman yang mempermalukan anak apabila niat kita tidak kokoh. Karena itu, suami-istri perlu bekerja sama untuk terus-menerus membenahi niat. Ya, terus-menerus. Tanpa niat yang jernih, emosi bisa berapi-api tanpa terkendali. Kemarahan bisa meledak. Dalam keadaan demikian, kita mudah lupa terhadap niat awal membesarkan anak. Alhasil, keduanya saling berkait. Niat mempengaruhi emosi, dan sebaliknya emosi mempengaruhi niat. Lagi-lagi, butuh kerja-sama yang terus-menerus antara suami dan istri untuk senantiasa menata niat.  Saya mohon maaf jika harus mengulang-ulang masalah niat. Saya merasa perlu menegaskan hal ini karena saya melihat masalah niat memiliki pengaruh yang kuat. Niat bisa membawa dampak yang besar. Sayangnya, kita amat sering lupa.

👉Keempat, hukumlah anak, tetapi jangan sakiti dia. Acapkali kita bermaksud menghukum anak, tetapi yang terjadi sebenarnya adalah menyakiti hati anak. Kita memojokkan anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya mati kutu. Atau, kita menghujani anak dengan ancaman-ancaman yang menakutkan, meskipun anak sudah menunjukkan iktikad baik. Lebih tragis, kalimat-kalimat menyakitkan itu kadang kita ucapkan ketika penyesalan itu muncul dari kesadaran anak. Bukan saat tengkuk anak merunduk mendengar nasehat kita (yang barangkali lebih tepat disebut omelan).

👉Kelima, tetaplah berpikir jernih saat menghukum anak. Keputusan-keputusan yang baik dapat kita ambil hanya ketika pikiran kita jernih. Tanpa itu, tindakan kita justru bisa memperpanjang masalah dan memperumit keadaan. Tetapi, lagi-lagi pikiran yang jernih hanya bisa muncul ketika hati kita tenang dan emosi kita terkendali. Dalam keadaan emosi meluap-luap dan amarah yang memuncak, sulit kita berpikir dengan tenang, rasional dan terarah. Ini berarti, kita perlu kendali diri yang kuat. Begitu kemarahan memuncak akibat ulah anak-anak yang senantiasa teriak-teriak,
kita perlu segera meredakan gejolak. Kita perlu mendinginkan emosi. Jika kita tidak mampu melakukannya, tugas istri untuk mengingatkan.

👉Kalau boleh jujur, inilah bagian paling sulit yang saya rasakan: menata hati terus-menerus. Padahal semua berawal dari sini. Ya, segala sesuatu bergantung dari niatnya. Dan niat bukanlah apa yang kita katakan, tetapi apa yang menggerakkan kita untuk berbuat. Wallahu a'lam bishawab.

👉Keenam, kasih-sayang mendahului kemarahan. Meskipun kita memberi hukuman kepada anak, tunjukkanlah bahwa kita melakukannya karena didorong oleh rasa cinta dan kasih-sayang. Imbasnya, jangan berat hati untuk mengusap kepala mereka atau mengecup keningnya dengan mesra ketika mereka menunjukkan keinginan untuk memperbaiki diri. Tunjukkanlah kasih-sayang
sesudah menghukum, meski hati kita masih bergemuruh karena rasa jengkel yang belum pergi.
Bagaimana ?

Copas untuk dipahami

"BERSATUNYA AHLUSSUNAH..."

Saudaraku...

Diantara ketinggian dan kebesaran dakwah salafiyyah ialah hati-hati mereka senantiasa bersatu diatas manhaj ini.

Meskipun diantara mereka berbeda tempat,negara,zaman, Namun kita dapati hati-hati mereka bersatu! tidak terpecah belah dan kita melihat juga dari lisan-lisan yang keluar dari mereka muncul dari hati yang satu! tidak terpecah belah, dan apabila ada perselisihan tentang permasalahan ijtihadiyyah diantara mereka. Perselisihan mereka tersebut, tdk membuat mereka saling menghasad dan juga tidak diantara mereka kita melihat memaksa manusia untuk mengikuti pendapatnya/hasil ijtihadnya dan juga tidak saling menjatuhkan dengan hawa nafsu. Akan tetapi mereka tetap berada dalam satu shaf didalam shalat-shalat mereka. Yang demikian dpt kita saksikan dari tulisan mereka yang dahulu hingga sekarang.

Sungguh menakjubkan perjalanan ilmiyyah mereka...
Dan sungguh menakjubkan akhlak mereka...

Saudaraku, tahu kah anda kenapa mereka bisa bersatu??

Mereka bisa bersatu, disebabkan karena mereka telah memahami agama ini dengan ushul dan qaedah dengan baik dan benar serta mereka adalah manusia-manusia yang terbimbing oleh kitabullah dan sunnah Rasulullah sebagaimana yang difahami oleh salaful ummah.

Adapun Ahlul bid'ah..

Yang jauhnya mereka dari kebenaran, yang engkau melihat mereka seolah-olah bersatu??
Namun persatuan mereka hanya berdampingan tubuh-tubuh mereka saja, padahal hati-hati mereka terpecah belah!
Yang engkau melihat akal-akal mereka seolah-olah benar, padahal mereka memiliki akal yang sangat goncang dan rusak,

Yang engkau melihat seolah-olah mereka berusaha mempersatukan hati-hati manusia diatas agama yang haq ini, pada hakekatnya mereka justru telah memecah belah diantara manusia diatas agama yang haq ini.

Wahai saudaraku tetaplah dirimu utk senantiasa menuntut ilmu dengan benar, pelajari ushul atau qaedah dalam agama ini dg benar agar dirimu tidak jatuh kepada kezhaliman, kebodohan, dan kesesatan.

Cintai anakmu untuk selamanya

Asalamualaikum ayah2 sholeh,  ibu2 sholehah....ini ada peringatan utk saya dan kita semua, semoga bermanfaat :

~Cintai Anakmu untuk Selamanya~

Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi...

Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan.

Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita.

Mereka merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani dan melayani kita.

Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka.

Entah kapan.

Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini....

Sebagian di antara kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta.

Orangtua dan anak hanya berjumpa di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala, saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan.

Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.

Adakah itu termasuk kita?

Alangkah besar kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala.

Inilah hari ketika kita tak dapat membela pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri.

Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat?

Dan dunia ini adalah ladangnya...
Sebagian di antara kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati.

Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah Jalla wa 'Ala.

Tingkatan amal mereka boleh jadi tak sebanding.
Tapi Allah Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.

Allah Ta'ala berfirman:
"والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين"

"Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."
(QS. Ath-Thuur, 52: 21).

Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk yang demikian ini?
Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi.
Termasuk kitakah?
Adakah kita benar-benar mencintai anak kita?

Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit.
Kita tangisi mereka saat terluka.
Tapi adakah kita juga khawatiri nasib mereka di akhirat?
Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka.
Bila perlu sampai letih badan kita.
Tapi adakah kita berlaku sama untuk "masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?

Tengoklah sejenak anakmu.
Tataplah wajahnya. Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api nereka hingga melepuh kulitnya?

Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya.

Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya?

Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali.

Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai?

"Maka, cintai anakmu untuk selamanya!"

Bukan hanya untuk hidupnya di dunia.
Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta'ala.

Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga.

Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat.

Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang.

Masa yang tak bertepi...

Rabbi habblii minasholihiin...Aamiin Yaa Rabbana😇

Rabu, 12 Agustus 2015

Rindu baitullah #6

❤ RINDU BAITULLAH ❤
(Amalan Hati Dalam 'Ibadah Haji & 'Umrah)
👤 By: Ustadz Nuruddin Abu Faynan
📝 Halaqah 6
🌹Pasal Pertama: Persiapan Ibadah Haji dan Umrah🌹
🔸Sebelum bepergian untuk Ibadah Haji dan Umrah
🔹 Bagian pertama
-----------------------------------------

Saudara saudariku yang dimuliakan Allah سبحانه وتعالى  dihalaqoh yang keenam ini, setelah kita menjelaskan point pertama tentang "pentingnya Amalan Hati dalam 'Ibadah Haji & 'Umroh", dihalaqoh ini akan kita jelaskan  :

Point yang kedua :
Persiapan sebelum bepergian untuk Haji dan Umroh.

Sesungguhnya persiapan sebelum melaksanakan ibadah-ibadah itu merupakan perkara yang dituntut secara syar'i. Baik secara :
▪Persiapan Hisi/yang nampak.
Seperti wudhu untuk melaksanakan sholat, sahur untuk melaksanakan shaum (puasa), ihram untuk haji dan umroh, dan lain-lainnya. 
▪Persiapan Maknawi
Seperti banyak berdzikir, minta ampun, taubat, menghadirkan niat dan ikhlas, dan lain-lainnya.

Sungguh persiapan ini merupakan kebiasaan para wali Allah yang bertaqwa. Bahkan pilihan Allah سبحانه وتعالى yang ikhlas.

Diantara contohnya, ketika Allah سبحانه وتعالى menginginkan untuk menurunkan kepada Musa عليه السلام Taurat, setelah membinasakan Fir'aun dan kaumnya. Allah menentukan baginya 30 malam kemudian disempurnakan dengan 10 malam. Maka sempurnalah ketentuan Rabbnya menjadi 40 malam.

Disebutkan: bahwa Musa عليه السلام shaum di hari-hari itu dan beribadah kepada Allah di hari-hari itu sebagai persiapan menyambut janji Allah. (Lihat: Ma'alim Attanjil 2/146, tafsir ibnu katsir 2/572).

Syekh Abdurrahm As-Sa'di Rahimahullah berkata: "Maka jadilah 40 malam agar Musa siap terhadap janji Allah سبحانه وتعالى" (Tafsir As-Sa'di 702).

Diantara contoh yang lain bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم dadanya di belah di waktu masih kecil di Bani Sa'ad. Jibril telah mengeluarkan hati Nabi lalu dikeluarkan dari hati Nabi صلى الله عليه وسلم 'alaqoh yang hitam.
Jibril berkata, "Ini bagian syetan darimu"
Kemudian Jibril mencucinya di bejana dari emas dengan Air Zam Zam. Anas berkata: sungguh aku melihat bekas jahitan di dadanya (HR, Muslim 261).

Kemudian di waktu yang lain, dada Nabi صلى الله عليه وسلم dibelah di malam Isro Mi'roj, dan Jibril mencucinya dengan Air Zam Zam...(HR, Bukhari 3887 &Muslim 163,164).

Ibnu Hajar Rahimahullah berkata setelah menyebutkan ketetapan dibelahnya dada Nabi صلى الله عليه وسلم  tiga kali :
1. Diwaktu masa mudanya/kecil, di Bani Sa'ad
2. Ketika di utus
3. Diwaktu malam Isro Mi'roj
Ibnu Hajar berkata - semoga Allah merahmatinya- : " semua itu ada hikmahnya".

Sebagaimana menurut Muslim dari hadist Anas bahwasanya dikeluarkan 'alaqoh lalu Jibril berkata, "Ini bagian syetan darimu".
1⃣ Dan ini di masa kecil sehingga tumbuh dalam kondisi yang paling sempurna keterjagaan dari syetan.

2⃣ Kemudian terjadi yang kedua, dada Nabi صلى الله عليه وسلم dibelah ketika diutus sebagai tambahan kemuliaan kepadanya untuk menerima wahyu dengan hati yang kuat dalam kondisi kesucian yang paling sempurna.

3⃣ Kemudian terjadi juga dibelah dada Nabi صلى الله عليه وسلم ketika Mi'roj ke langit untuk persiapan dalam bermunajat" ( Fathu baari 7/205).

Demikian semoga bermanfaat...
Wassalamu'alaikum warohmatullah wabarakaatuh

🇸🇦 Makkah Al-Mukarramah
Selasa, 26 Syawal 1436
11 Agustus 2015

📖 Disarikan dari kitab "'Amal AlQulub fie Alhajji Wa Al-Umrah" Karya Syaikh 'Abdullah Al-'Anzi

📻 By: Ustadz Nuruddin Abu Faynan, pada Grup WhatsApp "Kajian Audio Muslim & Muslimah"

✏ Dicatat oleh salah seorang Admin Kajian Audio Muslimah

👥 Untuk Bergabung:
💬 Kirim pesan via WhatsApp (BUKAN SMS Seluler) ke:
📲 Muslim: +966554942933
📲 Muslimah: +966554506956
✏ Tulis: #Nama #Alamat #Muslim atau #Muslimah .

Rindu baitullah#5

❤ RINDU BAITULLAH ❤
(Amalan Hati Dalam 'Ibadah Haji & 'Umrah)
👤 By: Ustadz Nuruddin Abu Faynan
📝 Halaqah 5
🌹Pasal Pertama: Persiapan Ibadah Haji dan Umrah🌹
🔸Urgensi Amalan hati dalam Ibadah Haji dan Umrah
🔹 Bagian ketiga
----------------------------------------

Saudara saudariku yang dimuliakan Allah سبحانه وتعالى dihalaqoh yang kelima ini, kita akan menjelaskan tentang pentingnya Amalan Hati dalam 'Ibadah Haji & 'Umroh.
Diantaranya :

1⃣. Sesungguhnya kejujuran penghambaan kepada Allah سبحانه وتعالى dengan amalan hati dalam syiar haji dan umroh, memotivasi kesemangatan jamaah haji dan umroh -dengan pertolongan Allah- untuk melaksanakan rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, sunnah-sunnah secara sempurna. Dan akan membantunya juga untuk meninggalkan larangan-larangan ihrom, menjauhi perkataan kotor, durhaka dan jidal(perdebatan).

Jadi ibadah yang bathin akan menolong untuk melaksanakan ibadah yang dzhohir.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata :
"إذا حسنت السرائر أصلح الله الظواهر، فإن الله مع الذين اتقوا والذين هم محسنون"
"Apabila baik yang rahasia, pasti Allah akan memperbaiki yang dzhohir, dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang baik"(Majmu' Fataawa 3/277).

Ikhwah fillah...

Apabila jamaah haji dan umroh melaksanakan ibadah yang dzhohir dan bathin, maka soal yang demikian itu jalan diterimanya haji dan umroh -dengan izin Allah- dan penyebab mendapatkan pahala yang besar.

2⃣. Sesungguhnya kejujuran penghambaan kepada Allah Jalla wa 'ala dengan amalan hati dalam syiar haji dan umroh jalan untuk merubah kondisi jamaah haji setelah hajinya -dengan pertolongan Allah- dan jamaah umroh setelah umrohnya dalam kehidupan keimanan yang paling utama.

◆ Berapa banyak yang lalai menjadi baik kondisinya.
◆ Berapa banyak yang memiliki kebaikan bertambah kebaikannya.

Tidaklah yang demikian itu kecuali dengan sebab karunia Allah, kemudian dengan sebab merealisasikan amalan hati dalam syiar-syiar itu.

Ada juga di sana yang sebaliknya yang telah menyempurnakan haji atau umrohnya, akan tetapi haji dan umrahnya tidak merubah kepada kondisi keimanan yang lebih utama.

Tidaklah yang demikian itu, -wallahu'alam-, kecuali karena kelalaiannya dalam melaksanakan amalan hati.

Diantara contoh bahwasanya ibadah haji dan umroh memiliki pengaruh yang baik dalam kehidupan yang melaksanakannya, apa yang dilakukan  Imam Ibnu Qoyyim Rahimahullah menulis beberapa karangan yang yang sangat berharga. Diantaranya adalah kitabnya yang berfaedah : "Miftahdaru As-Sya'adah" ketika berada dikota makkah.

Beliau menyebutkan di dalam muqoddimahnya: "hal ini merupakan karunia yang Allah bukakan kepadanya, ketika aku memfokuskan kepada Allah di sisi rumahNya dan melemparkan diriku di pintuNya dalam keadaan miskin dan menghina dinakan dirinya dengan mengharapkan curahan RahmatNya di Baitullah di waktu pagi dan sore.Tidak akan rugi yang  menurunkan segala kebutuhan kepadaNya dan mentergantungkan segala cita-cita kepadaNya"(Miftah daar sa'aadah 1/126).

Begitu pula Imam mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah, tatkala haji di Baitullah, berdiri di Multazam dan minta kepada Allah untuk menampakkan agama ini dengan dakwahnya dan semoga Allah mengaruniai kepadanya penerimaan dari manusia. (Lihat: Addurar Assaniyyah 12/8).

Dan contoh selain mereka -Walillahi Ilham- masih banyak, ini merupakan karunia Allah dan keutamaan Allah, yang tidak akan ada satupun yang menghalangiNya.

3⃣. Sesungguhnya kejujuran penghambaan kepada Allah Jalla Wa'Ala dengan Amalan Hati Dalam 'Ibadah Haji & 'Umroh yang merupakan ruh amalan anggota badan akan menjadikan jamaah haji dan umroh mendapatkan manisnya iman, kenyamanan, kegembiraan, ketenangan, ketenteraman tatkala melaksanakan ibadah haji dan umroh.

Dan manusia berbeda-beda dalam hal itu. Maka sesuai dengan perealisasian mereka dengan amalan hati dalam haji mereka dan umroh mereka, pasti akan mendapatkan lezatnya keimanan, kenyamanan, kegembiraan, ketenangan, ketenteraman dalam syiar  mereka.

Demikian semoga bermanfaat...
Wassalamu'alaikum warohmatullah wabarakaatuh

🇸🇦 Makkah Al-Mukarramah
Senin, 25 Syawal 1436
10 Agustus 2015

📖 Disarikan dari kitab "'Amal AlQulub fie Alhajji Wa Al-Umrah" Karya Syaikh 'Abdullah Al-'Anzi

📻 By: Ustadz Nuruddin Abu Faynan, pada Grup WhatsApp "Kajian Audio Muslim & Muslimah"

✏ Dicatat oleh salah seorang Admin Kajian Audio Muslimah

👥 Untuk Bergabung:
💬 Kirim pesan via WhatsApp (BUKAN SMS Seluler) ke:
📲 Muslim: +966554942933
📲 Muslimah: +966554506956
✏ Tulis: #Nama #Alamat #Muslim atau #Muslimah .

Rindu baitullah #4

❤ RINDU BAITULLAH ❤
(Amalan Hati Dalam 'Ibadah Haji & 'Umrah)
👤 By: Ustadz Nuruddin Abu Faynan
📝 Halaqah 4
📆 Selasa 4 Agustus 2015 / 19 Syawal 1436
🌹Pasal Pertama: Persiapan Ibadah Haji dan Umrah🌹
🔸Urgensi Amalan hati dalam Ibadah Haji dan Umrah
🔹 Bagian kedua
👇👇👇👇👇👇👇

Rindu baitullah #3

❤ RINDU BAITULLAH ❤
(Amalan Hati Dalam 'Ibadah Haji & 'Umrah)
📝 Halaqah 3
🌹Pasal Pertama: Persiapan Ibadah Haji dan Umrah🌹
🔸Urgensi Amalan hati dalam Ibadah Haji dan Umrah
🔹 Bagian Pertama
----------------------

Saudara saudariku yang dimuliakan الله سبحانه وتعالى dihalaqoh yang ke tiga ini kita akan memasuki pasal yang pertama: Persiapan untuk melaksanaan ibadah haji dan umroh.

Dalam persiapan ini ada beberapa poin yang akan kita jelaskan.

Poin Pertama :
Pentingnya Amalan hati dalam ibadah haji dan umroh.

Perlu ikhwah ketahui

Ada sebagian kaum muslimin  mengira bahwasanya amalan hati seperti cinta, takut,berharap, ikhlas, jujur, pasrah, khusu dan lain-lain dari amalan hati itu termasuk amalan yang utama yang dianjurkan. Jikalau seorang muslim melakukannya maka baginya pahala dan jikalau tidak melakukannya atau melalaikannya maka tidak apa2.

-Menurut  perkiraan mereka - Maka pahala yang sempurna yang sebabkan ibadah apa saja secara khusus dengan amalan yang dilakukan oleh anggota badan, maka tatkala seorang hamba melakukannya secara dzhohir sungguh dia telah melakukan kewajiban dan telah mengambil pahala yang sempurna.

Adapun amalan hati yang berkaitan dengan ibadah itu jika mendatanginya maka baginya pahala dan jika tidak mendatanginya maka tidak apa2.

Perkara ini pada hakekatnya tidak benar. Mengapa?

Karena setiap ibadah  diantara ibadah2 itu memiliki 2 sisi :
• Sisi yang dzhohir yaitu amalan yang dilakukan oleh anggota badan
• Sisi yang batin yaitu amalan hati
Kedua-duany itu masuk dalam ibadah, Sebagaimana kedua-duany itu sebab mendapatkan pahala.

Maka tatkala ada kekurangan dengan salah satu dari keduanya, adalah kekurangan dalam ibadah itu sendiri. Bahkan sesungguhnya kekurangan dalam amalan hati sungguh akan mengurangi pahala yang lebih besar daripada kekurangan dalam amalan yang dilakukan oleh anggota badan.

Hal yang demikian itu disebabkan bahwasanya amalan hati itu merupakan pondasi,  dan kewajiban amalan hati itu lebih wajib daripada kewajiban amalan yang dilakukan oleh anggota badan.

Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata di dalam kitab Ighosatu allahafan :
"Kewajiban hati lebih wajib dan lebih kuat daripada kewajiban badan, Disisi sebagian manusia seolah-olah amalan hati itu bukan termasuk kewajiban agama, bahkan termasuk keutamaan yang dianjurkan. Maka anda dapati ada yang merasa bersalah tatkala meninggalkan kewajiban diantara kewajiban badan padahal sungguh dia telah meninggalkan kewajiban hati yang paling penting dan yang paling wajib.  Dia merasa bersalah melakukan yang diharamkan yang paling rendah padahal sungguh dia telah melakukan yang diharamkan kepada hati yang lebih dahsyat pengharomannya dan lebih besar dosanya" (Igatsatu Allahafan: 2/924).

Amalan hati, ikhwah fillah...
Sangat penting dalam seluruh ibadah.

In sya Allah akan kita simak penjelasan pentingnya amalan hati secara umum, kemudian setelah itu akan menjelaskan pentingnya amalan  di dalam ibadah haji dan umroh secara khusus.
Diantaranya yang menunjukkan  pentingnya amalan hati secara umum dalam seluruh  ibadah:

Pertama:  Bahwasanya seorang hamba pada hari kiamat itu akan dihisab dan akan  dibalas sesuai dengan amalan hatinya. Sebagaimana seorang hamba itu akan dihisab dan dibalas sesuai dengan amalan anggota badannya berdasarkan firman Allah 
(يوم تبلى السرائر)
"Pada hari kiamat itu akan ditampakkan segala yang dirahasiakan"
QS, Ath-thaariq : 9

Kedua : Ibadah hati merupakan pokok dan ibadah badan adalah mengikuti dan yang melengkapi. Jika demikian bahwasanya ibadah hati itu merupakan ruh ibadah badan. Oleh karena itu ibadah hati itu lebih kuat...

Demikianlah semoga bermanfaat...
Wassalamu'alaikum warohmatullah wabarokaatuh

🇸🇦 Makkah Al-Mukarramah
Ahad 17 Syawal 1436
2 Agustus 2015

📖 Disarikan dari kitab "A'mal Al-Qulub fii Al-Hajji Wa Al-'Umrah" Karya Syaikh 'Abdullah Al-'Anzi

📻 By: Ustadz Nuruddin Abu Faynan, pada Grup WhatsApp "Kajian Audio Muslim & Muslimah"

👥 Untuk Bergabung:
💬 Kirim pesan via WhatsApp (BUKAN SMS Seluler) ke:
📲 Muslim: +966554942933
📲 Muslimah: +966554506956
✏ Tulis: #Nama #Alamat #Muslim atau #Muslimah .

Rindu baitullah #2

❤ RINDU BAITULLAH ❤
(Amalan Hati Dalam 'Ibadah Haji & 'Umrah)
📝 Halaqah 2
🌹 MUQADDIMAH 🌹
🔹 Bagian kedua
------------------------------------------

����Saudaraku yang dimuliakan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla, dihalaqah yang kedua ini, masih melanjutkan muqaddimah serial ❤RINDU BAITULLAH❤ (Amalan Hati dalam Ibadah Haji dan Umrah).

Sungguh para ulama sangat memperhatikan dalam menetapkan syiar haji dan keagungan kedudukannya.

Syaikh islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata "bahwa yang dimaksud ibadah haji adalah ibadah kepada Allah saja, di tempat-tempat yang Allah perintahkan untuk beribadah,  Oleh karena itu haji adalah syiar agama Al-Hanifiyah.." (Iqtidha Ashshirati AlMustaqim 2/370)

Ibnu Qayyim berkata:.."Sampai dikatakan tentang firman Allah ta'alaa (حنفاء لله) adalah "حجاجا" yakni "jama'ah haji". (Miftah daar assa'aadah 2/869).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir Assa'di- Rahimahullah- berkata "perbuatan dan perkataan haji, semuanya ada rahasia dan hikmah yang dimaksud,  diantaranya adalah melaksanakan penghambaan yang bermacam-macam dan keikhlasan kepada yang diibadahi, maka haji pada prinsipnya adalah kecintaan, keikhlasan, ketauhidan, sanjungan dan dzikir kepada Allah yang Maha Agung, yang Maha Gagah. Karena disyariatkan manasik haji untuk menegakkan dzikrullah"(Majmu Alfawaaid wa iqtinashu Alawaabid 265).

Maka jamaah haji dan umrah apabila kedua-duanya merenungkan apa yang terdapat di dalam ibadah haji dan umroh , konsntrasi penuh dalam melaksanakan manasik, maka kedua-duanya akan mendapati ada semacam keterputusan dari dunia dan kesungguhan dalam beribadah, maka didalam ibadah haji dan umrah ada kesamaan dengan itikaf.

Keterputusan dari dunia ini dan konsentrasi penuh untuk beribadah dan itikaf atas hal itu akan mengeluarkan hati dari kegelepan kebodohan dan hawa nafsu menuju kepada cahaya keimanan, petunjuk dan lezatnya ketaatan kepada Allah.

Ikhwah fiillah

Hakikat haji yang mabrur -yang balasannya adalah surga. Yang  mengeluarkan pelakunya ( yang melaksanakannya) dari dosanya, seperti hari dimana ia dilahirkan oleh ibunya-, Demikian juga umrah yang diterima; yaitu jama'ah haji dan umrah yang menyempurnakan ibadah haji dan umrah dengan merealisasikan keikhlasan kepada Allah dan sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam. Dan yang demikian itu  dengan dua perkara:

Pertama: Pelaksanaan amalan-amalan yang zhahir, seperti ihram, thawaf, sa'i dan wukuf di Arafah dan yang lainnya.

Kedua: Pelaksanaan amalan bathin, yaitu amalan-amalan hati yang berkesinambungan disetiap syiar dari syiar-syiar haji dan umrah dari kecintaan kepada Allah, pengagungan kepada Allah, memuliakan Allah, ketundukan kepada Allah, tawakal dan pasrah kepada Allah dan yang lainnya.

Adanya kekurangan dari salah satu dua perkara ini, akan melemahkan pengaruh ibadah haji dan umrah pada waktu itu sendiri dan mengurangi pahala.

Dua perkara ini pada hakikatnya masuk kepada yang dinamai "Iman" menurut ahlussunnah w al jamaah, karena ahlussunnah wal jamaah mendefinisikan "Iman" adalah perkataan dan amalan, perkataan hati dan perkataan lisan, amalan hati dan amalan anggota badan. (Lihat: Majmu fataawa 7/308, 12/372).

Maka setiap ibadah ada yang zhahir, yaitu perkataan lisan dan amalan anggota badan. Dan ada yang bathin, yaitu perkataan hati dan amalan hati, diantara hal itu dalam ibadah haji dan umrah.

Amalan hati itu lebih kuat dan lebih utama untuk masuk kepada yang dinamai  "Iman" daripada amalan anggota badan.

Syaikh islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata: "bahwa sesungguhnya masuknya amalan hati kepada "Iman" itu lebih utama daripada masuknya amalan anggota badan menurut kesepakatan semua kelompok" (Majmu fataawa 7/506).

Karena amalan hati sangat penting sekali, maka kajian  di group kajian audio muslim dan muslimah kali ini berkaitan dengan ❤RINDU BAITULLAH❤ (Amalan hati dalam Ibadah Haji dan Umrah), sebagai bekal ilmu bagi yang belum melaksanakan ibadah haji dan umrah dan untuk mengingatkan bagi yang lupa atau yang lalai akan pentingnya amalan hati dalam ibadah haji dan umrah yang merupakan salah satu sebab diterimanya ibadah haji dan umrah.

Demikian semoga bermanfaat.
 
Washallallahu wassalamu 'alaa Nabiyiinaa Muhammad

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

🇸🇦 Makkah Al-Mukarramah
Sabtu 16 Syawal 1436
1 Agustus 2015

📖 Disarikan dari kitab "'Amal AlQulub fie Alhajji Wa Al-Umrah" Karya Syaikh 'Abdullah Al-'Anzi

📻 By: Ustadz Nuruddin Abu Faynan, pada Grup WhatsApp "Kajian Audio Muslim & Muslimah"

👥 Untuk Bergabung:
💬 Kirim pesan via WhatsApp (BUKAN SMS Seluler) ke:
📲 Muslim: +966554942933
📲 Muslimah: +966554506956
✏ Tulis: #Nama #Alamat #Muslim atau #Muslimah .

Rindu baitullah #1

❤ RINDU BAITULLAH ❤
(Amalan Hati Dalam 'Ibadah Haji & 'Umrah)
📝 Halaqah 1
🌹 MUQADDIMAH 🌹
🔹 Bagian Pertama
--------------------------------------

����Saudaraku yang dimuliakan Allāh Subhānahu Wa Ta'āla,
Ahlan wa sahlan digrup ini...

Tema yang akan kita kaji dikesempatan kali ini berkenaan dengan "Rindu Baitullah" (Amalan Hati Dalam 'Ibadah Haji & 'Umrah).

Ikhwah...
Haji dan umroh termasuk ibadah yang amat agung, yang dengannya bisa membenahi hati, karena ibadah haji dan umroh meliputi amalan hati yang sangat penting, seperti mentauhidkan Allah, mengagungkan Allah , mencintai Allah, rindu kepada Allah, takut dari Allah, dan berharap kepada Allah, patuh, pasrah, sabar dan lain-lainnya dari amalan-amalan hati yang merupakan ruh amalan anggota badan dan pondasinya,  dan amalan anggota badan tanpa amalan hati bagaikan badan yang tidak memiliki ruh.

Sungguh Allah Jalla wa 'alaa telah memerintahkan kepada para jama'ah haji agar mereka  mempersiapkan untuk melaksanakan ibadah haji dua perbekalan, salah satunya adalah hissi (yang nampak) yg bisa menyampaikan mereka ke Makkah dan mereka bisa menyempurnakan haji mereka,  dan yang kedua adalah ma'nawi (yang tidak nampak), agar bisa menyampaikan mereka kepada Rabb mereka lalu Allah menerima haji mereka dan mengeluarkan mereka dari dosa-dosa mereka seperti hari dimana ibu-ibu mereka melahirkan mereka yaitu bekal ketaqwaan,
Allah tabaraka wa ta'alaa berfirman:

    (وتزودوا فإن خير الزاد التقوى، واتقون ياأولي الألباب)
"Hendaklah kalian membekali diri, maka sebaik-baiknya perbekalan adalah bekal ketaqwaan, dan hendaklah kalian bertaqwa kepada-Ku wahai yang memiliki akal". (Qs,Al-Baqarah:197).

Asal ketawaan adalah amalan hati, Nabi Shallallahu 'alaihi wasalam bersabda:
"التقوى ها هنا"
"Ketaqwaan ada disini"  Nabi mengisyaratkan ke dadanya tiga kali. HR,Muslim 2564.

Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda:
"لتأخذوا مناسككم"
" Hendaklah kalian mengambil manasik kalian"HR,Muslim 1297.
Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam memerintahkan kepada para sahabatnya yang mulia -semoga keridhaan Allah Subhana wa ta'alaa tercurahkan kepada mereka-, agar mereka mengambil manasik dari Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam baik secara dhahir dan bathin.

Maka sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam mengajari mereka tata cara thawaf, sa'i dan semua manasik haji, pada waktu itu juga Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam mengajari mereka bagaimana seorang jema'ah haji dan umroh thawaf dan sa'i dalam rangka mengagungkan Rabbnya, mencintai Allah, tunduk, khusuk, menangis dan yang lainnya dari ibadah-ibadah hati.

Barangsiapa yang meneliti hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam tentu dia akan dapati penjelasan sahabat ridwanullah 'alaihim tentang haji Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam secara dhahir dan bathin.

Diantaranya apa yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdullah -semoga Allah meridhai kepadanya - menjelaskan keadaan Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam dalam thawaf:
"فبدأ بالحجر فاستلمه، وفاضت عيناه بالبكاء"
"Nabi mulai thawaf dengan hajar aswad lalu menyalaminya dan kedua matanya meneteskan air mata" HR,Al-Baihaqi dalam "Sunan kubra" 5/74.

Jabir berkata juga tentang sifat Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam tatkala bertolak dari Arofah:
"أفاض رسول الله صلى الله عليه وسلم وعليه السكينة"
"Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam bertolak dari Arafah dalam keadaan tenang".HR,Annasaai 3024, dishahihkan Syekh Albaani di Shahih Sunan Annasaai 2827.

Demikian, semoga bermanfaat.

🇸🇦 Makkah Al-Mukarramah
Jum'at 15 Syawal 1436
31 Juli 2015

📖 Disarikan dari kitab "'Amal AlQulub fie  Alhajji Wa Al-Umrah" Karya Syaikh 'Abdullah Al-'Anzi

📻 By: Ustadz Nuruddin Abu Faynan, pada Grup WhatsApp "Kajian Audio Muslim & Muslimah"

👥 Untuk Bergabung:
💬 Kirim pesan via WhatsApp (BUKAN SMS Seluler) ke:
📲 Muslim: +966554942933
📲 Muslimah: +966554506956
✏ Tulis: #Nama #Alamat #Muslim atau #Muslimah .

Dialah yang awal dan yang akhir

📚 Kajian Tauhid #39 📚

Pen.

الأَوَّلُ الْمُبْدِئُ بِلَا ابْتِدَاءٍ

   وَالْآخِرُ الْبَاقِيْ بِلاَ انْتِهَاءٍ

Yang pertama menciptakan dan mengembalikan ciptaan lagi tidak ada yang memulai sebelumnya

   Dan terakhir tanpa ada usainya

(yang pertama) yaitu tidak ada sebelum Allah Ta’ala.

(yang terakhir) yaitu tidak ada (yang kekal) setelah Allah Ta’ala.

Adm.

Dia Allah Ta’ala yang menciptakan alam ini kemudian Dia pula yang akan mengembalikan ciptaan-Nya dan Dia yang kekal dan tidak ada akhirnya.

Ayat-ayat yang menetapkan nama-nama di atas adalah sebagai berikut:

هُوَ اْلأَوَّلُ وَاْلأَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. Al-Hadid:03

قُلْ هَلْ مِن شُرَكَآئِكُم مَّن يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ قُلِ اللهُ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ

Katakanlah:"Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali" katakanlah:"Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)" QS. Yunus:34

   Ibnul Qoyyim berkata saat beliau menjelaskan tentang nama-nama ini, yaitu Al-Awwalu, Al-Akhiru, Azh-Zhahiru, Al-Bathinu. Nama-nama ini adalah rukun ilmu dan mengenal-Nya, sehingga hakekat status hamba (idealnya) adalah mengenal nama-nama itu hingga betul-betul sempurna kualitas pengetahuan dan pemahamannya. Ketahuilah bahwa engkau punya sifat pertama, terakhir, tampak, dan tersembunyi tetapi Dia beginya seluruh sesuatu (Dialah) yang bertama, terakhir, tampak, dan tersembunyi. Hingga kepada waktu kritis, sesaat kesempatan, hingga nafsu, dan yang lebih rendah dari itu semua dan lebih banyak lagi. Sifat pertama bagi Allah Ta’ala telah lebih dahulu ada sebelum segala sesuatu yang muncul pertama. Sementara sifat zhahir-Nya adalah keberadaan-Nya dan ketinggian-Nya berada di atas segala sesuatu. Makna nama Allah Zhahir pasti adalah tinggi, zhahirnya sesuatu adalah posisi di atas dari sesuatu itu dan pasti juga menguasai isinya atau batinnya. sementara nama Allah Bathin adalah penguasaan-Nya yang mencakup segala sesuatu yang mana nama itu lebih dekat kepada Allah dari pada dirinya sendiri. Makna dekat ini bukan arti dekatnya orang yang mencitai dengan yang dicintai, tetapi zhahir adalah nama dan bathin itu juga nama bagi Allah Ta’ala.

   Muara dari empat nama Allah Ta’ala ini adalah makna menyeliputi yang memiliki pengertian menyeliputi dari sisi waktu dan tempat. Makna menyeliputi pada nama-Nya yang Pertama dan Terakhir adalah sebelum dan sesudah. Maka segala sesuatu yang dikatakan mendahului berhenti pada nama Yang Maha Pertama bagi Allah dan segala sesuatu yang dikatakan terakhir berhenti pada nama Yang Maha Terakhir. Sehingga nama Maha pertama dan terakhir menyeliputi segala sesuatu (selain-Nya) yang dikatakan pertama dan terakir. Sementara nama zhahir dan Bathin Allah Ta’ala menyeliputi segala sesuatu yang dikatakan tampak dan tersembunyi. Kesimpulannya bahwa tidak ada yang tampak melainkan Allah Ta’ala berada tinggi di atasnya dan tidak ada yang tersembunyi melainkan Allah Ta’ala berada jauh di dalam persembunyiannya. Kemudian tidak ada yang pertama melainkan Allah Ta’ala telah ada sejak lama sebelumnya dan tidak ada sesuatu yang terakhir melainkan Allah Ta’ala tetap ada setelahnya. Dia Yang Pertama datangnya dan Yang Terakhir kekekalannya dan kabadiannya. Nama Yang Maha Zhahir adalah ketinggian-Nya dan keagungan-Nya, Yang Maha Bathin adalah dekat-Nya. Oleh karena itu segala sesuatu kalah dengan Maha Pertama-Nya yang telah mendahului, Dia tetap kekal setelah segala sesuatu (berakhir) dengan Kemaha Terakhir-Nya. Dia dekat dari segala sesuatu dengan Kemaha Bathin-Nya, maka tidak ada langit demi langit yang menutupi-Nya dan tidak pula bumi demi bumi. Tidak ada yang tampak mampu menghalangi dari-Nya untuk mencapai yang tersembunyi, bahkan yang tersembuyi bagi-Nya tampak dan yang ghaib bagi-Nya terlihat, yang jauh darinya adalah dekat, yang tersembunyi di sisi-Nya adalah terang.

   Empat nama Allah Ta’ala di atas mengandung kelengkapan rukun tauhid.

Satu   : Yang Maha Pertama

Dua   : Yang Maha Terakhir

Tiga   : Yang Maha Zhahir

Empat    : Yang Maha Bathin

(1/95-97)
------------------

🍀🍀🍀
🏠 Jalinan Keluarga Dakwah
📡 Radio Streaming: radiotamhid.com
🔊 Radio On Air: Radio Taman Hidayah 1188 AM
☎ CP : 021-29479346
📮 Rek Dakwah: BSM 702 963 6529 a.n: Eko Febrianto QQ JKDp

Sifat wanita yang dianjurkan untuk dipinang

Sifat wanita yang dianjurkan
untuk dipinang
ﻋَﻦْ ﺍَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ
ﺹ :َﻝﺎَﻗ ﺗُﻨْﻜَﺢُ ﺍْﻟﻤَﺮْﺃَﺓُ ِﻻَﺭْﺑَﻊٍ
ﻟِﻤَﺎﻟِﻬَﺎ ﻭَ ﻟِﺤَﺴَﺒِﻬَﺎ ﻭَ
ﻟِﺠَﻤَﺎﻟِﻬَﺎ ﻭَ .ﺎَﻬِﻨْﻳِﺪِﻟ ﻓَﺎﻇْﻔَﺮْ
ﻟِﺬَﺍﺕِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﺗَﺮِﺑَﺖْ ﻳَﺪَﺍﻙَ .
ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺍﻻ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW,
beliau bersabda, “Wanita itu
dinikahi karena empat hal : karena
hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya dan karena
agamanya. Maka pilihlah wanita
yang beragama, (jika tidak) maka
celakalah kamu” . [HR. Jamaah
kecuali Tirmidzi]
ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ﺭﺽ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺹ
:َﻝﺎَﻗ ﺍِﻥَّ ﺍْﻟﻤَﺮْﺍَﺓَ ﺗُﻨْﻜَﺢُ ﻋَﻠَﻰ
ﺩِﻳْﻨِﻬَﺎ ﻭَ ﻣَﺎﻟِﻬَﺎ ﻭَ ﺟَﻤَﺎﻟِﻬَﺎ
ﻓَﻌَﻠَﻴْﻚَ ﺑِﺬَﺍﺕِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦَ ﺗَﺮِﺑَﺖْ
ﻳَﺪﺍَﻙَ. ﻣﺴﻠﻢ ﻭ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ ﻭ
ﺻﺤﺤﻪ
Dan dari Jabir RA, bahwasanya Nabi
SAW bersabda, “Sesungguhnya
wanita itu dinikahi karena
agamanya, hartanya dan
kecantikannya. Maka hendaklah
engkau (memilih) wanita yang
beragama, (jika tidak) celakalah
kamu” . [HR. Muslim dan Tirmidzi.
Tirmidzi mengesahkannya]
ﻋَﻦْ ﺍَﻧَﺲٍ ﺍَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺹ ﻛَﺎﻥَ
ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎْﻟﺒَﺎﺀَﺓِ ﻭَ ﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ
ﺍﻟﺘَّﺒَﺘُّﻞِ ﻧَﻬْﻴًﺎ ﺷَﺪِﻳْﺪًﺍ ﻭَ
:ُﻝْﻮُﻘَﻳ ﺗَﺰَﻭَّﺟُﻮﺍ ﺍْﻟﻮَﺩُﻭْﺩَ
ﺍْﻟﻮَﻟُﻮْﺩَ ﻓَﺎِﻧِّﻰ ﻣُﻜَﺎﺛِﺮٌ ﺑِﻜُﻢُ
ﺍْﻻَﻧْﺒِﻴَﺎﺀَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍْﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ . ﺍﺣﻤﺪ
Dari Anas, bahwa sesungguhnya
Nabi SAW memerintahkan menikah
dan melarang membujang dengan
larangan yang keras, dan beliau pun
bersabda, “Nikahilah wanita yang
penyayang lagi yang bisa memberi
keturunan yang banyak, karena
sesungguhnya aku bangga dengan
banyaknya kalian di hadapan Nabi-
nabi pada hari qiyamat” . [HR.
Ahmad]
ﻋَﻦْ ﻣَﻌْﻘِﻞِ ﺑْﻦِ ﻳَﺴَﺎﺭٍ :َﻝﺎَﻗ
ﺟَﺎﺀَ ﺭَﺟُﻞٌ ﺍِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺹ
:َﻝﺎَﻘَﻓ ﺍِﻧِّﻰ ﺍَﺻَﺒْﺖُ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓً
ﺫَﺍﺕَ ﺣَﺴَﺐٍ ﻭَ ﺟَﻤَﺎﻝٍ ﻭَ ﺍِﻧَّﻬَﺎ
ﻻَ ﺗَﻠِﺪُ، ﻓَﺎَﺗَﺰَﻭَّﺟُﻬَﺎ؟ :َﻝﺎَﻗ .َﻻ
ﺛُﻢَّ ﺍَﺗَﺎﻩُ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻴَﺔَ ﻓَﻨَﻬَﺎﻩُ، ﺛُﻢَّ
ﺍَﺗَﺎﻩُ ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺜَﺔَ :َﻝﺎَﻘَﻓ ﺗَﺰَﻭَّﺟُﻮﺍ
ﺍْﻟﻮَﺩُﻭْﺩَ ﺍْﻟﻮَﻟُﻮْﺩَ، ﻓَﺎِﻧِّﻰ ﻣُﻜَﺎﺛِﺮٌ
ﺑِﻜُﻢْ ﺍْﻻُﻣَﻢَ . ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭ
ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻰ
Dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata :
Seorang laki-laki menghadap Nabi
SAW lalu ia bertanya, “Sesungguhnya
aku telah jatuh cinta kepada
seorang perempuan bangsawan
lagipula cantik, tetapi ia mandul,
apakah aku boleh mengawininya ?”.
Beliau bersabda, “Jangan”.
Kemudian laki-laki itu datang lagi
kedua kalinya, tetapi Nabi SAW tetap
melarangnya. Kemudian ia datang
lagi ketiga kalinya, lalu beliau
bersabda, “Kawinilah wanita yang
penyayang dan bisa memberi
keturunan yang banyak, karena
sesungguhnya aku bangga dengan
banyaknya kalian dari ummat-ummat
lain” . [HR. Abu Dawud dan Nasai]
ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ﺍَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺹ ﻗَﺎﻝَ
:ُﻪَﻟ ﻳَﺎ ﺟَﺎﺑِﺮُ ﺗَﺰَﻭَّﺟْﺖَ ﺑِﻜْﺮًﺍ ﺍَﻡْ
ﺛَﻴِّﺒًﺎ؟ :َﻝﺎَﻗ .ﺎًﺒِّﻴَﺛ :َﻝﺎَﻘَﻓ ﻫَﻼً
ﺗَﺰَﻭَّﺟْﺖَ ﺑِﻜْﺮًﺍ ﺗُﻼَﻋِﺒُﻬَﺎ ﻭَ
ﺗُﻼَﻋِﺒُﻚَ؟ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ
Dari Jabir, bahwa sesungguhnya
Nabi SAW pernah bersabda
kepadanya, “Hai Jabir, kamu
mengawini seorang gadis atau
janda ?”. Jabir menjawab, “Janda”.
Lalu Nabi SAW bersabda, “Mengapa
kamu tidak mengawini gadis saja,
sehingga kamu dapat bercanda
dengannya dan diapun dapat
bercanda denganmu ?” . [HR.
Jamaah]

Senin, 10 Agustus 2015

Ini yang dilakukan ibunda 3 hafizh termuda saat hamil

Ini yang Dilakukan Ibu 3 Hafizh Termuda di Dunia Saat Hamil

Ingin punya anak yang hafal Al Qur’an? Cara yang dilakukan oleh Rasya el-Ghayyar, ibu dari 3 hafizh termuda di dunia (Tabarak, Yazid, Zeenah), ini bisa diadopsi.

Ketika Rasya hamil, ia melakukan sedikitnya tiga hal yang terkait langsung dengan cita-cita memiliki anak penghafal Qur’an:

Banyak Tilawah

Doktor yang menjadi dosen di Batterje Medical College itu biasa membaca Al Qur’an sejak sebelum menikah. Ketika ia hamil, kebiasaan tilawah itu terus ia lakukan. Bahkan bisa lebih banyak dari hari-hari sebelumnya.

Menghafal Al Qur’an

Selain banyak tilawah, Rasya juga berusaha menambah hafalannya ketika ia mengandung baik anak pertama (Tabarak), anak kedua (Yazeed), maupun anak ketiga (Zeenah).

Berdoa

Rasya sering memanjatkan doa khusus pada waktu hamil. Ia berdoa sebagaimana doa istri Imran yang mulia:

رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang ada dalam kandunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat. Karena itu, terimalah (nadzar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Ali Imran: 35)

Sembari berdoa, Rasya menadzarkan anaknya menjadi anak yang taat kepada Allah dan berbakti untuk Al Qur’an.

Biidznillah, doa itu kemudian dikabulkan Allah. Tabarak yang lahir pada 20 Dzulhijjah 1423 H bertepatan dengan 22 Februari 2003, mulai menghafal Al Qur’an pada usia 3 tahun dan menjadi hafizh pada usia 4,5 tahun. Ia lulus ujian al Jamiyyah al Khairiyah li Tahfizh al Qur’an al Karim di Jeddah dan al Hai’ah al ‘Alamiyah li Ta’lim al Qur’an al Karim milik Rabithah al ‘Alam al Islami dengan predikat mumtaz (cumlaude). Tabarak tercatat sebagai hafiz termuda di dunia.

Anak kedua, Yazid Tamamuddin juga hafal Al Qur’an 30 juz pada usia 4,5 tahun. Ia bahkan mendapatkan nilai lebih tinggi dari kakaknya. Meskipun sama-sama mumtaz, Tabarak mendapat nilai 90 dan Yazeed mendapat nilai 95.

Anak ketiga juga demikian. Zeenah el Laboody hafal Al Qur’an 30 juz pada usia kurang dari lima tahun.

Akhirnya, jadilah ketiganya menjadi 3 hafiz termuda di dunia. Masya Allah… [Muchlisin BK/Bersamadakwah]

Tergelincir karena kesombongan

[💌 Tergelincir Karena Kesombongan 💌 ]

Numan bin Tsabit atau yang biasa kita kenal dengan Abu Hanifah, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan anak kecil yg berjalan mengenakan sepatu kayu (terompah kayu).

Sang imam berkata :

Hati-hati, Nak dengan sepatu kayumu itu Jangan sampai kau tergelincir.

Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah.

Bolehkah saya tahu namamu, Tuan? tanya si bocah.

Nu'man namaku, Jawab sang imam.

Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a'dhom. (Imam agung) itu..?? Tanya si bocah.

Bukan aku yang memberi gelar itu, Masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku.

"Wahai Imam, hati - hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar...!
Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskan mu ke dalam api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.

Ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itupun tersungkur menangis.

Imam Abu Hanifah (Hanafi) bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.

Betapa banyak manusia tertipu karena jabatan, tertipu karena kedudukan, tertipu karena gelar, tertipu karena kemaqoman, tertipu karena status sosial...

Jangan sampai kita tergelincir... jadi angkuh dan sombong karena gelar, jabatan, status sosial dan kebesaran di dunia
Sepasang tangan yang menarikmu kala terjatuh lebih harus kau percayai daripada seribu tangan yg menyambutmu kala tiba di puncak kesuksesan.

Hubungilah sahabatmu,

sahabat yg baik adalah lentera di kegelapan,

kadang cahayanya baru terasa ketika dunia gelap.

Ketahuilah...

"Tidak akan masuk Surga, orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi" (HR. Muslim).

(Abu Ruwaifi)
Oleh: pusat buku sunah

Penjelasan ulama tentang cara meruqyah

Share.

🏡 Markaz Tarbiyah
Selasa, 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015

📡PENJELASAN ULAMA TENTANG CARA MERUQYAH📢

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

➡Makna Ruqyah:

Asy-Syaikhul ‘Allamah Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan hafizhahullah berkata,

والرُّقْيَة: القراءة على المريض

“Ruqyah adalah bacaan untuk mengobati orang yang sakit.” [I’aanatul Mustafid, 1/150]

➡Beberapa Hadits tentang Cara Meruqyah:

Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ عَنْهُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا

“Bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam apabila sakit, beliau membacakan untuk dirinya al-mu’awwidzaat (bacaan-bacaan untuk memohon perlindungan kepada Allah) dan meniup dengan sedikit ludah, maka tatkala sakitnya semakin keras akulah yang membacakan untuk beliau dan aku mengusap diri beliau dengan tangan beliau sendiri karena mengharap (kepada Allah) adanya keberkahan tangan beliau.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha juga berkata berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى الْإِنْسَانُ الشَّيْءَ مِنْهُ، أَوْ كَانَتْ بِهِ قَرْحَةٌ أَوْ جُرْحٌ، قَالَ: النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِصْبَعِهِ هَكَذَا، وَوَضَعَ سُفْيَانُ سَبَّابَتَهُ بِالْأَرْضِ، ثُمَّ رَفَعَهَا بِسْمِ اللهِ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا

“Bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam apabila seseorang merasakan suatu penyakit, bisul atau luka, maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam menggunakan jarinya seperti ini –Sufyan (rawi hadits) meletakkan jari telunjuknya ke bumi- kemudian beliau mengangkatnya seraya membaca:

بِسْمِ اللهِ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، لِيُشْفَى بِهِ سَقِيمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا

“Bismillaahi turbatu ardhina, bi riyqoti ba’dhina, liyusyfaa bihi saqiimuna, biidzni Robbinaa”

Dengan nama Allah, bahwa tanah bumi kami disertai ludah sebagian kami, agar sembuh dengan sebab itu orang sakit kami, dengan izin Rabb kami.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim, dan ini lafaz Muslim]

An-Nawawi rahimahullah berkata,

وَمَعْنَى الْحَدِيثِ أَنَّهُ يَأْخُذُ مِنْ رِيقِ نَفْسِهِ عَلَى أُصْبُعِهِ السَّبَّابَةِ ثُمَّ يَضَعُهَا عَلَى التُّرَابِ فَيَعْلَقُ بِهَا مِنْهُ شَيْءٌ فَيَمْسَحُ بِهِ عَلَى الْمَوْضِعِ الْجَرِيحِ أَوِ الْعَلِيلِ وَيَقُولُ هَذَا الْكَلَامَ فِي حَالِ الْمَسْحِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ

“Makna hadits: Beliau membasahi jari telunjuknya dengan ludah beliau sendiri, kemudian meletakkan jarinya di atas tanah sehingga menempel sedikit debu tanah tersebut, lalu beliau mengusap bagian tubuh orang yang terluka atau sakit dan membaca doa ini ketika mengusapnya, wallaahu a’lam.” [Syarhu Muslim, 14/184]

Dari Sahabat yang Mulia Tsabit bin Qois bin Syammaas radhiyallahu’anhu, dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,

أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ - قَالَ: أَحْمَدُ وَهُوَ مَرِيضٌ - فَقَالَ: «اكْشِفِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ عَنْ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ» ثُمَّ أَخَذَ تُرَابًا مِنْ بَطْحَانَ فَجَعَلَهُ فِي قَدَحٍ ثُمَّ نَفَثَ عَلَيْهِ بِمَاءٍ وَصَبَّهُ عَلَيْهِ

“Bahwa beliau menjenguk Tsabit bin Qois –Ahmad berkata: Ketika itu Tsabit bin Qois dalam keadaan sakit- maka beliau bersabda (membaca),

اكْشِفِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ عَنْ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ

“Iksyifil ba’sa Robban naasi ‘an Tsabit bin Qois bin Syammaas”

“Hilangkanlah penyakit wahai Rabb manusia dari Tsabit bin Qois bin Syammaas.” Kemudian beliau mengambil tanah dari Bathhaan (satu lembah di Madinah), meletakkannya dalam bejana, lalu beliau meniupnya dengan air dan menyiramkannya kepada Tsabit.” [HR. Abu Daud, lihat Fathul Baari, 10/208 dan Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/88 no. 16951]

Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata,

وقد ثبت عنه صلى الله عليه وسلم أنه رقى لثابت بن قيس بن شماس في ماء ثم صبه عليه

“Telah tsabit (diriwayatkan dengan sanad yang jayyid) dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bahwa beliau meruqyah Tsabit bin Qois bin Syammaas di air dan menyiramkan air tersebut kepadanya.” [Fatawa Nur ‘alad Darbi, 1/329]

➡Mengajari Tauhid dan Cara Meruqyah Diri Sendiri kepada Orang yang Sakit:

Inilah tugas penting seorang yang meruqyah, yaitu mengajari kaum muslimin untuk bertawakkal kepada Allah ta’ala dan memurnikan seluruh ibadah hanya kepada-Nya serta memperingatkan bahaya kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan, kemudian mengajarinya doa-doa untuk meruqyah dirinya sendiri, tidak boleh meminta ruqyah kepada orang lain, karena hal itu dapat mengurangi kesempurnaan tauhid atau bahkan menghilangkan tauhid sama sekali.

Sahabat yang Mulia Utsman bin Abil ‘Ash Ats-Tsaqofi radhiyallahu’anhu berkata,

أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَجَعًا يَجِدُهُ فِى جَسَدِهِ مُنْذُ أَسْلَمَ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِى تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ. ثَلاَثًا. وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

“Bahwa beliau pernah mengadu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang rasa sakit di badannya sejak masuk Islam, maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda kepadanya: Letakkan tanganmu di bagian tubuhmu yang sakit dan bacalah:

بِسْمِ اللَّهِ

“Bismillaah” (Dengan nama Allah) tiga kali.

Lalu baca sebanyak tujuh kali:

أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

“A’uudzu billaahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru” (Aku berlindung kepada Allah dan kemampuan-Nya dari kejelekan yang aku dapati dan aku khawatirkan).” [HR. Muslim]

➡Penjelasan Ulama tentang Cara Meruqyah:

Disebutkan dalam fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,

وهي تكون بالقراءة والنفث على المريض، سواء كان يرقي نفسه أو يرقيه غيره، ومنها قراءة القرآن في الماء للمريض وشربه إياه

“Cara meruqyah adalah dengan membaca dan meniup kepada orang yang sakit, sama saja ketika ia meruqyah dirinya atau meruqyah orang lain, dan diantara caranya adalah membaca Al-Qur’an di air untuk orang sakit dan meminumkan air tersebut kepadanya.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/88 no. 16951]

Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata,

فالرقية تكون بالقرآن، وبالدعوات الطيبة على محل الألم، ينفث على محل الألم: في صدره، أو رأسه، أو يده، أو رجله

“Ruqyah dilakukan dengan membacakan Al-Qur’an dan doa-doa yang baik terhadap bagian tubuh yang sakit, seraya meniup bagian yang sakit tersebut, apakah di dadanya, kepalanya, tangannya atau kakinya.” [Fatawa Nur ‘alad Darb, 1/325]

Beliau rahimahullah juga berkata,

الرقية تكون على المريض بالنفث عليه، وتكون في ماء يشربه المريض أو يتروش به

“Meruqyah orang yang sakit adalah dengan meniupnya (setelah membaca), dan boleh juga dengan membaca pada air dan si sakit meminumnya atau mandi dengannya.” [Fatawa Nur ‘alad Darb, 1/329]

Beliau rahimahullah juga berkata,

ولا حرج في القراءة في الماء والزيت في علاج المريض والمسحور والمجنون، ولكن القراءة على المريض بالنفث عليه أولى وأفضل وأكمل

“Tidak mengapa membacakan ruqyah di air dan minyak untuk mengobati orang yang sakit, yang kena sihir atau yang gila, akan tetapi membacakan langsung disertai tiupan kepada orang sakit tersebut lebih utama, lebih afdhal dan lebih sempurna.” [Majmu’ Al-Fatawa, 19/339]

Asy-Syaikh Mubarok bin Muhammad Al-Mili Al-Jazaairi rahimahullah berkata,

وصفة الرقية أن يقرأ القارئ على محل الألم أو على يديه للمسح بهما، أو في ماء ونحوه، وينفث أثر القراءة نفثاً خالياً من البزاق، وإنما هو نفس معه بلل من الريق

“Sifat ruqyah adalah seseorang membacakan ruqyah atas bagian tubuh yang sakit atau atas kedua tangannya untuk kemudian mengusapkannya ke tubuh yang sakit, atau membaca di air dan yang semisalnya, dan setelah membaca langsung meniup ke tubuh yang sakit tanpa meludah, yang keluar hanyalah udara disertai sedikit ludah.” [Risalatusy Syirki wa Mazhohiruhu, hal. 248]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

👤 Abu Fatih Hawaary
____________