Rabu, 08 Juli 2015

Makna kalimat tauhid dan keutamaannya

Makna Kalimat Tauhid Dan
Keutamaannya

{ ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢُ
ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻣِﻦْ
ﻗَﺒْﻠِﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ ‏( 21 ‏)
ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺟَﻌَﻞَ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ
ﻓِﺮَﺍﺷًﺎ ﻭَﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀَ ﺑِﻨَﺎﺀً ﻭَﺃَﻧْﺰَﻝَ
ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻣَﺎﺀً ﻓَﺄَﺧْﺮَﺝَ ﺑِﻪِ
ﻣِﻦَ ﺍﻟﺜَّﻤَﺮَﺍﺕِ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻓَﻠَﺎ
ﺗَﺠْﻌَﻠُﻮﺍ ﻟِﻠَّﻪِ ﺃَﻧْﺪَﺍﺩًﺍ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ
ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ‏( 22 )}
Hai manusia, sembahlah
Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu
bertakwa. Dialah yang
menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rezki untukmu;
karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu
mengetahui. [QS. Al-Baqarah:
21-22]
{ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﺃَﻭْﺛَﺎﻧًﺎ ﻭَﺗَﺨْﻠُﻘُﻮﻥَ ﺇِﻓْﻜًﺎ ﺇِﻥَّ
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ
ﻟَﺎ ﻳَﻤْﻠِﻜُﻮﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﺭِﺯْﻗًﺎ
ﻓَﺎﺑْﺘَﻐُﻮﺍ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮِّﺯْﻕَ
ﻭَﺍﻋْﺒُﺪُﻭﻩُ ﻭَﺍﺷْﻜُﺮُﻭﺍ ﻟَﻪُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ
}ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ
Sesungguhnya apa yang kamu
sembah selain Allah itu adalah
berhala, dan kamu membuat
dusta. Sesungguhnya yang kamu
sembah selain Allah itu tidak
mampu memberikan rezki
kepadamu; maka mintalah rezki
itu di sisi Allah, dan sembahlah
Dia dan bersyukurlah kepada-
Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu
akan dikembalikan. [QS.
Al-‘Ankabut: 17]
Wahai saudaraku kaum
muslimin!
Sesungguhnya pondasi agama
Islam yang mulya ini adalah
kalimat Ikhlas, yaitu
mengikhlaskan niat dalam
berkata, beramal, shalat, puasa,
zakat, shadaqah dan semua
keadaannya hanyalah untuk Allah
semata, tidak boleh
diperuntukkan kepada selain-
Nya. Hendaknya seorang muslim,
tidaklah dia melakukan amalan
atau menjauhi larangan
melainkan yang dia inginkan
adalah wajah Allah semata,
hatinya tidak menoleh kepada
selain Allah, siapa pun dia,
dimana pun dan kapan pun,
hanyalah dia peruntukkan untuk
Allah semata.
Hakekat kalimat Tauhid adalah
meng-Esakan Allah dalam
peribadahannya, tidak
menjadikan makhluk-Nya sebagai
sekutu didalam peribadahannya,
dia berlepas diri dari kesyirikan
dan para pelakunya. Inilah
hakekat agama yang dibawa oleh
para Rasul yang diutus oleh
Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Ta’ala
berfirman:
{ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻣِﻦْ
ﺭَﺳُﻮﻝٍ ﺇِﻟَّﺎ ﻧُﻮﺣِﻲ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ
ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻓَﺎﻋْﺒُﺪُﻭﻥِ }
Dan Kami tidak mengutus
seorang rasulpun sebelum kamu
melainkan Kami wahyukan
kepadanya: “Bahwasanya tidak
ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku. [QS. Al-
Anbiya:25]
{ ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ
ﺭَﺳُﻮﻟًﺎ ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ
ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕَ }
Dan sungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut”. [QS. An-Nahl:
36]
Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengkabarkan bahwa para Rasul
menjadi penasehat dan dai
untuk menyampaikan risalah
yang mereka emban kepada
umatnya;
{ ﻭَﺇِﻟَﻰ ﻋَﺎﺩٍ ﺃَﺧَﺎﻫُﻢْ ﻫُﻮﺩًﺍ
ﻗَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﻗَﻮْﻡِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣَﺎ
ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﺇِﻟَﻪٍ ﻏَﻴْﺮُﻩُ ﺃَﻓَﻠَﺎ
ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥَ ‏( 65‏) ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤَﻠَﺄُ
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻣِﻪِ ﺇِﻧَّﺎ
ﻟَﻨَﺮَﺍﻙَ ﻓِﻲ ﺳَﻔَﺎﻫَﺔٍ ﻭَﺇِﻧَّﺎ
ﻟَﻨَﻈُﻨُّﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜَﺎﺫِﺑِﻴﻦَ ‏( 66 ‏)
ﻗَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﻗَﻮْﻡِ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﻲ
ﺳَﻔَﺎﻫَﺔٌ ﻭَﻟَﻜِﻨِّﻲ ﺭَﺳُﻮﻝٌ ﻣِﻦْ
ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ ‏( 67‏) ﺃُﺑَﻠِّﻐُﻜُﻢْ
ﺭِﺳَﺎﻟَﺎﺕِ ﺭَﺑِّﻲ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﻟَﻜُﻢْ ﻧَﺎﺻِﺢٌ
ﺃَﻣِﻴﻦٌ ‏( 68 )}
Dan (Kami telah mengutus)
kepada kaum ‘Aad saudara
mereka, Hud. Ia berkata: “Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-
kali tidak ada Tuhan bagimu
selain dari-Nya. Maka mengapa
kamu tidak bertakwa kepada-
Nya?” Pemuka-pemuka yang kafir
dari kaumnya berkata:
“Sesungguhnya kami benar benar
memandang kamu dalam
keadaan kurang akal dan
sesungguhnya kami menganggap
kamu termasuk orang orang yang
berdusta.” Hud berkata “Hai
kaumku, tidak ada padaku
kekurangan akal sedikitpun,
tetapi aku ini adalah utusan dari
Tuhan semesta alam. Aku
menyampaikan amanat-amanat
Tuhanku kepadamu dan aku
hanyalah pemberi nasehat yang
terpercaya bagimu.” [QS. Al-A’raf:
65]
Semua dakwah para Rasul
kepada umatnya, baik umatnya
kaum ‘Arab maupun ‘Ajam
(selain ‘Arab) adalah agar mereka
mentauhidkan Allah,
memurnikan ibadah hanya untuk
Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya dalam ibadahnya.
Kalimat Tauhid adalah rukun
pertama dalam Islam.
Barangsiapa belum mengikrarkan
kalimat Tauhid “La Ilaaha
Illallaahu” (tiada ilah yang
berhak disembah selain Allah)
maka belum dinyatakan sebagai
seorang muslim. Seorang
dikatakan sebagai muslim, tatkala
telah mengikrarkan kalimat
Tauhid dan mengamalkan
kandungannya. Maka
barangsiapa menyatakan kalimat
Tauhid dan mengamalkan makna
yang terkandung didalamnya,
maka diterimalah pernyataannya.
Dan barangsiapa menyatakan
kalimat Tauhid, namun tidak
mengamalkan makna yang
terkandung didalamnya, maka
tidaklah dianggap pernyataannya
dan termasuk menjadi orang
yang merugi di dunia dan di
Akherat.
Wahai saudaraku kaum
muslimin!
Kalimat Tauhid ini adalah asas
Islam, yang mana dia menjadi
pembeda antara seorang muslim
dan orang kafir. Dengan kalimat
Tauhid seorang terlindung darah,
harta dan harga dirinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
« ﺃُﻣِﺮْﺕُ ﺃَﻥْ ﺃُﻗَﺎﺗِﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ
ﺣَﺘَّﻰ :ﺍﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ،
ﻓَﻤَﻦْ :َﻝﺎَﻗ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪُ،
ﻓَﻘَﺪْ ﻋَﺼَﻢَ ﻣِﻨِّﻲ ﻣَﺎﻟَﻪُ،
ﻭَﻧَﻔْﺴَﻪُ، ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺤَﻘِّﻪِ ﻭَﺣِﺴَﺎﺑُﻪُ
ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ »
“Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga
mereka mengucapkan, ‘LAA
ILAAHA ILLALLAAHU’ (Tidak ada
tuhan yang berhak disembah
melainkan Allah), maka
barangsiapa yang mengucapkan,
‘LAA ILAAHA ILLALLAAHU’, maka
sungguh dia telah menjaga harta
dan jiwanya dari (seranganku)
kecuali dengan hak Islam, dan
hisabnya diserahkan kepada
Allah.” [Muttafaqun ‘alaihi]
Bahagialah wahai orang-
orang yang telah
mengikrarkannya dan
mengamalkan makna
yang terkandung di
dalamnya!
Bahagialah wahai orang-
orang yang telah Allah
kokohkan hatinya,
diluruskan lisannya,
tunduk hati dan
badannya kepada Allah!
Bahagialah wahai orang-
orang yang telah Allah
perbaiki amalannya, baik
dalam keadaan dia
bersendirian maupun di
hadapan manusia!
Bergembiralah dengan
janji-Nya!
{ ﻳُﺜَﺒِّﺖُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ
ﺑِﺎﻟْﻘَﻮْﻝِ ﺍﻟﺜَّﺎﺑِﺖِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ
ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻭَﻳُﻀِﻞُّ
ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﻭَﻳَﻔْﻌَﻞُ ﺍﻟﻠَّﻪُ
ﻣَﺎ ﻳَﺸَﺎﺀُ }
Allah meneguhkan (iman) orang-
orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh itu (kalimat
Tauhid) dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat; dan Allah
menyesatkan orang-orang yang
zalim dan memperbuat apa yang
Dia kehendaki. [QS. Ibraahim:
27]
{ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻣِﻦْ ﺫَﻛَﺮٍ ﺃَﻭْ
ﺃُﻧْﺜَﻰ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ ﻓَﻠَﻨُﺤْﻴِﻴَﻨَّﻪُ
ﺣَﻴَﺎﺓً ﻃَﻴِّﺒَﺔً ﻭَﻟَﻨَﺠْﺰِﻳَﻨَّﻬُﻢْ
ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢْ ﺑِﺄَﺣْﺴَﻦِ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ
}ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik
dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka
kerjakan. [QS. An-Nahl: 97]
Wahai saudaraku kaum
muslimin!
Kalimat Tauhid, bukanlah
semata-mata ucapan di lisan
tanpa pengamalan makna yang
terkandung didalamnya.
Konsekuensi bagi orang yang
mengucapkan kalimat Tauhid
adalah dia meng-Esakan Allah
dalam setiap ibadahnya, baik
dalam doa, takut, khusyu’,
tawakal, harapan, dan ibadah-
ibadah yang lainnya, semuanya
diperuntukkan hanya kepada
Allah. Ia tidak menyekutukan
Allah dalam ibadahnya dengan
makhluk-Nya, baik malaikat yang
dekat dengan Allah maupun
dengan Nabi yang Allah utus. Ia
benar-benar khususkan
ibadahnya hanya untuk Allah
semata. Dan termasuk dari
konsekuensi kalimat Tauhid
adalah ia berlepas diri dari
segala bentuk kesyirikan dan
para pelakunya. Barangsiapa
yang mengucapkan kalimat
Tauhid, tanpa mengamalkan
konsekuensi yang terkandung
dalam kalimat Tauhid, maka
tidaklah bermanfaat ucapannya.
Dikatakan kepada al-Hasan al-
Bashri rahimahullah : Manusia
mengatakan: “Barangsiapa telah
mengucapkan ‘LAA ILAAHA
ILLALLAAHU’ maka ia masuk
Surga.” Maka beliau menjawab:
“Barangsiapa mengucapkannya
dan menunaikan hak-hak dan
mengamalkan kewajiban-
kewajibannya (kalimat Tauhid)
maka dia-lah yang masuk Surga.”
Ada seorang mengatakan kepada
Wahb Ibnu Munabbih:
“Bukankah kunci masuk Surga
mengucapkan ‘LAA ILAAHA
ILLALLAAHU’? maka beliau pun
menjawab: “Tentu, namun
tidaklah suatu kunci melainkan
memiliki gigi-gigi. Apabila
engkau datang membawa kunci
yang memiliki gigi maka engkau
bisa membuka pintu, jika tidak
maka tidaklah bisa membuka.”
Yang dimaksudkan dengan gigi-
gigi padanya adalah mengilmui
syarat-syarat sahnya kalimat ‘LAA
ILAAHA ILLALLAAHU’ dan
mengamalkannya. Apa syarat-
syarat sahnya kalimat ‘LAA
ILAAHA ILLALLAAHU’? In syaa
Allah kita akan bahas pada
pertemuan berikutnya.
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla
menjadikan kita semua termasuk
Ahli Tauhid dan mengokohkan
kita selalu diatasnya sampai kita
meninggal. Wallahul muwaffiq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar