Rabu, 30 September 2015

Bekerja di bank

Bank Konvensional Adalah Bank Riba,
Bagaimanakah Hukum Bekerja Di Bank,
Bagaimanakah Cara Menyalurkan Bunga Bank Agar Kita Tidak Memakan Uang Riba

Ada Apa Dengan Bank Konvensional?

Perekonomian adalah salah satu bidang yang diperhatikan oleh syari’at Islam dan diatur dengan undang-undang yang penuh dengan kebaikan dan bersih dari kedhaliman. Oleh karenanya, Allah mengharamkan riba yang menyimpan berbagai dampak negatif bagi umat manusia dan merusak perekonomian bangsa.

Sejarah dan fakta menjadi saksi nyata bahwa suatu perekonomian yang tidak dibangun di atas undang-undang Islam, maka kesudahannya adalah kesusahan dan kerugian. Bila anda ingin bukti sederhana, maka lihatlah kepada bank-bank konvensional yang ada di sekitar kita, bagaimana ia begitu megah bangunannya, tetapi keberkahan tiada terlihat darinya. Sungguh benar firman Allah:

يَمْحَقُ اللّهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ

Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. (QS. Al-Baqoroh: 276)

Nah, di sinilah pentingnya bagi kita untuk mengetahui masalah Bank konvensional dan sejauh mana kesesuaiannya dengan hukum Islam karena pada zaman sekarang ini, Bank bagi kehidupan manusia hampir sulit dihindari.

DEFENISI BANK DAN SEJARAHNYA

Bank diambil dari bahasa Italia yang artinya meja. Konon penamaan itu disebabkan karena pekerjanya pada zaman dulu melakukan transaksi jual beli mata uang di tempat umum dengan duduk di atas meja. Kemudian modelnya terus berkembang sehingga berubah menjadi Bank yang sekarang banyak kita jumpai.

Bank didefenisikan sebagai suatu tempat untuk menyimpan harta manusia secara aman dan mengembalikan kepada pemiliknya ketika dibutuhkan. Pokok intinya adalah menerima tabungan dan memberikan pinjaman.

Bank yang pertama kali berdiri adalah di Bunduqiyyah, salah satu kota di Negara Italia pada tahun 1157 M. Kemudian terus mengalami perkembangan hingga perkembangan yang pesat sekali adalah pada abad ke-16, di mana pada tahun 1587 berdirilah di Negara Italia sebuah bank bernama Banco Della Pizza Dirialto dan berdiri juga pada tahun 1609 bank Amsterdam Belanda, kemudian berdiri bank-bank lainnya di Eropa. Sekitar tahun1898, Bank masuk ke Negara-negara Arab, di Mesir berdiri Bank Ahli Mishri dengan modal lima ratus ribu Junaih[1].

PEKERJAAN BANK

Seorang tidak bisa menghukumi sesuatu kecuali setelah mengetahui gambarannya dan pokok permasalahannya. Dari sinilah, penting bagi kita untuk mengetahui hakekat Bank agar kita bisa menimbangnya dengan kaca mata syari’at.

Pekerjaan Bank ada yang boleh dan ada yang haram, hal itu dapat kita gambarkan secara global sebagai berikut:

A. Pekerjaan Bank Yang Boleh

1. Transfer uang dari satu tempat ke tempat lain dengan ongkos pengiriman.

2. Menerbitkan kartu ATM untuk memudahkan pemiliknya ketika bepergian tanpa harus memberatkan diri dengan membawa uang di tas atau dompet.

3. Menyewakan lemari besi bagi orang yang ingin menaruh uang di situ.

4. Mempermudah hubungan dengan Negara-negara lain, di mana Bank banyak membantu para pedagang dalam mewakili penerimaan kwitansi pengiriman barang dan menyerahkan uang pembayarannya kepada penjual barang.

Pekerjaan-pekerjaan di atas dengan adanya ongkos pembayaran hukumnya adalah boleh dalam pandangan syari’at.

B. Pekerjaan Bank Yang Tidak Boleh

1. Menerima tabungan dengan imbalan bunga, lalu uang tabungan tersebut akan digunakan oleh Bank untuk memberikan pinjaman kepada manusia dengan bunga yang berlipat-lipat dari bunga yang diberikan kepada penabung.

2. Memberikan pinjaman uang kepada para pedagang dan selainnya dalam tempo waktu tertentu dengan syarat peminjam harus membayar lebih dari hutangnya dengan peresentase.

3. Membuat surat kuasa bagi para pedagang untuk meminjam kepada Bank tatkala mereka membutuhkan dengan jumlah uang yang disepakati oleh kedua belah pihak. Tetapi bunga di sini tidak dihitung kecuali setelah menerima pinjaman.[2]

BUNGA BANK ADALAH RIBA

Dengan gambaran di atas, maka nyatalah bagi kita bahwa kebanyakan pekerjaan Bank dibangun di atas riba yang hukumnya haram berdasarkan Al-Qur’an, hadits dan kesepakatan ulama Islam.

1. Dalil Al-Qur’an

وَأَحَلَّ اللّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqoroh: 275)

Cukuplah bagi seorang muslim untuk membaca akhir surat Al-Baqoroh ayat 275-281, maka dia akan merinding akan dahsyatnya ancaman Allah kepada pelaku riba. Bacalah dan renungkanlah!!

2. Dalil hadits

عَنْ جَابِرٍ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.

Dari Jabir berkata: Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, wakilnya, sekretarisnya dan saksinya. (HR. Muslim 4177)

3. Dalil Ijma’

Para ulama sepanjang zaman telah bersepakat tentang haramnya riba, barangsiapa membolehkannya maka dia kafir[3]. Bahkan, riba juga diharamkan dalam agama-agama sebelum Islam. Imam al-Mawardi berkata: “Allah tidak pernah membolehkan zina dan riba dalam syari’at manapun”.[4]
Kalau ada yang berkata: Kami sepakat dengan anda bahwa riba hukumnya adalah haram, tetapi apakah bunga Bank termasuk riba?! Kami jawab: Wahai saudaraku, janganlah engkau tertipu dengan perubahan nama. Demi Allah, kalau bunga Bank itu tidak dinamakan dengan riba, maka tidak ada riba di dunia ini, karena riba adalah semua tambahan yang disyaratkan atas pokok harta, inilah keadaan bunga bank konvensional itu.
Kami tidak ingin memperpanjang permasalahan ini. Cukuplah sebagai renungan bagi kita bahwa telah digelar berbagai seminar dan diskusi tentang masalah ini, semunya menegaskan kebulatan bahwa bunga Bank konvensional adalah riba yang diharamkan Allah[5]. Bahkan dalam muktamar pertama tentang perekonomian Islam yang digelar di Mekkah dan dihadiri oleh tiga ratus peserta yang terdiri dari ulama syari’at dan pakar ekonomi internasional, tidak ada satupun di antara mereka yang menyelisihi tentang haramnya bunga Bank.

Sebagai faedah, kami akan menyebutkan beberapa fatwa dan muktamar besar yang menyimpulkan haramnya bunga Bank:

Keputusan muktamar kedua Majma’ Buhuts Islamiyyah di Kairo pada bulan Muharram tahun 1385 H/Bulan Mei tahun 1965 M dan dihadiri oleh para peserta dari tiga puluh Negara.
Keputusan muktamar kedua Majma’ Fiqih Islami di Jeddah pada 10-16 Rabi’ Tsani 1406 H/22-28 Desember 1985 M.
Keputusan Majma’ Robithoh Alam Islami yang diselenggarakan di Mekkah hari sabtu 12 Rojab 1406 H sampai sabtu 19 Rojab 1406 H.
Keputusan muktamar kedua tentang ekonomi Islami di Kuwait pada tahun 1403 H/1983 M.
Keputusan Majma’ Fiqih Islam di India pada bulan Jumadi Ula 1410 H.[6]
Setelah menukil ijma’ ulama tentang masalah haramnya bunga bank, DR. Ali bin Ahmad As-Salus mengatakan:
“Dengan demikian, maka masalah bunga bank menjadi masalah haram yang jelas dan bukan lagi perkara yang samar, sehingga tidak ada ruang lagi untukperselisihan dan fatwa-fatwa pribadi”.[7]

Setelah konsensus ini, maka janganlah kita tertipu dengan berbagai syubhat (kerancuan) sebagian kalangan[8] yang berusaha untuk membolehkan riba Bank, apalagi para ulama telah bangkit untuk membedah syubhat-syubhat tersebut.[9]

BEKERJA DI BANK

Bila kita ketahui bahwa Bank adalah tempat riba yang diharamkan dalam Islam, maka bekerja di Bank hukumnya adalah haram, karena hal itu berarti membantu mereka dalam keharaman dan dosa, atau minimalnya adalah berarti dia ridho dengan kemunkaran yang dia lihat. Allah berfirman:

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

(QS. Al-Maidah: 2)

Ayat ini merupakan kaidah umum tentang larangan tolong menolong di atas dosa dan kemaksiatan. Oleh karenanya, para ahli fiqih berdalil dengan ayat di atas tentang haramnya jual beli senjata pada saat fitnah, jual beli lilin untuk hari raya Nashoro dan sebagainya, karena semua itu termasuk tolong menolong di atas kebathilan.

Lebih jelas lagi, perhatikan bersamaku hadits berikut:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.

Dari Jabir berkata: Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, wakilnya, sekretarisnya dan saksinya. (HR. Muslim 4177)

Imam Nawawi berkata: “Hadits ini jelas menunjukkan haramnya menjadi sekretaris untuk riba dan saksinya. Hadits ini juga menunjukkan haramnya membantu kebathilan”.[10]
Para ulama kita sekarang telah menegaskan tentang tidak bolehnya menjadi pegawai Bank, sekalipun hanya sebagai satpam. Kewajiban baginya adalah menghindari dari laknat Allah dan mencari pekerjaan lain yang halal, sesungguhnya Allah Maha luas rizkiNya.[11]

BOLEHKAH MENYIMPAN UANG DI BANK?

Pada asalnya menyimpan uang di Bank hukumnya tidak boleh karena hal itu termasuk membantu kelancaran perekonomian riba yang jelas hukumnya haram, sebab uang tersebut akan digunakan oleh Bank untuk memberikan pinjaman kepada orang lain dengan riba. Oleh karena itu, maka pada asalnya setiap muslim harus putus hubungan dan thalak tiga dengan Bank. Hanya saja, pada zaman sekarang terkadang seorang tidak bisa menghindari diri dari Bank, sehingga para ulama membolehkannya apabila dalam keadaan dharurat sekali dan tidak ada cara lain untuk menyimpan hartanya.

Dari sini, dapat kita katakan bahwa orang yang menyimpan uang di Bank tidak keluar dari dua keadaan:

Pertama: Orang yang ingin membungakan dan mengembangkan hartanya dengan jalan riba. Tidak ragu lagi bahwa orang ini telah terjatuh dalam keharaman dan terancam dengan peperangan Allah dan rasulNya. Lantas, siapakah yang menang jika berhadapan dengan Allah dan rasulNya?!

فَأْذَنُواْ بِحَرْبٍ مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ

Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. (QS. Al-Baqoroh: 279)

Kedua: Orang yang ingin menyimpan hartanya agar aman. Hal ini terbagi menjadi beberapa keadaan:

1. Apabila ada tempat lain atau bank Islam yang bersih dari riba untuk penyimpanan secara aman, maka tidak boleh dia menyimpan di bank konvensional karena tidak ada kebutuhan mendesak dan ada pengganti lainnya yang boleh.

2. Apabila tidak ada bank Islami yang bersih dari riba atau tempat aman lainnya padahal dia sangat khawatir bila harta tersebut akan dicuri atau lainnya, maka hukumnya adalah boleh karena dharurat. Hal ini berbeda-beda sesuai keadaan manusia. Artinya, tidak semua orang terdesak untuk menyimpan uangnya di Bank. Maka hendaknya seorang bertaqwa dan takut kepada Allah, janganlah dia meremehkan dengan alasan dharurat padahal tidak ada dharurat sama sekali sebagaimana banyak dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin.[12]

MEMANFAATKAN BUNGA BANK

Kalau kita katakan bahwa boleh menabung di Bank dalam kondisi dharurat, maka tentu saja akan muncul pertanyaan: Apa yang kita perbuat dengan bunga (baca: riba) yang diberikan Bank kepada tabungan kita?!

Kami katakan: Ada beberapa kemungkinan apa yang kita lakukan terhadapnya:

1. Mengambilnya dan memanfaatkannya seperti uang pokok.

2. Membiarkannya untuk Bank agar dimanfaatkan sesuka Bank.

3. Mengambilnya lalu merusaknya.

4. Mengambilnya lalu memberikannya kepada fakir miskin atau untuk keperluan umum bagi kemaslahatan kaum muslimin

5. Mengambilnya dan memberikannya kepada orang yang dizhalimi oleh Bank dengan riba.

Pendapat yang paling mendekati kebenaran -menurut kami- adalah pendapat keempat yaitu mengambilnya dan memberikannya kepada fakir miskin atau keperluan umum bukan dengan niat sedekah tetapi untuk membebaskan diri dari uang yang haram. Inilah pendapat yang dipilih oleh para ulama seperti Lajnah Daimah[13], al-Albani[14], Musthofa az-Zarqo dan lain sebagainya[15].

SOLUSI DAN SERUAN

Setelah keterangan singkat di atas maka sudah semestinya bagi kaum muslimin, khususnya kepada para pemimpin[16] untuk mengingkari bersama praktek riba yang berkembang di Bank dan berusaha untuk mendirikan Bank-Bank Islam yang bersih dari riba dan sesuai dengan undang-undang syari’at Islam yang mulia, atau memperbaiki bank-bank Islam yang sudah ada karena masih disinyalir oleh banyak kalangan belum bersih dari praktek riba dan belum memadai pelayanannya di semua penjuru kota.
Sungguh keji keji ucapan seorang bahwa tidak ada Bank kecuali dengan bunga dan tidak ada kekuatan ekonomi Islam kecuali dengan Bank[17]. Ini adalah kedustaan nyata, sebab sepanjang sejarah Islam berabad-abad lamanya, perekonomian mereka stabil tanpa Bank Riba.
Sekali lagi, kami menghimbau kepada para ulama, para pemimpin, para ahli ekonomi, para pedagang besar untuk berkumpul dan mendiskusikan masalah ini dengan harapan agar Bank-Bank Islam yang bersih dari kotoran riba akan banyak bermunculan di Negeri kita tercinta sehingga kita tidak lagi membutuhkan kepada bank-bank riba. Dan kewajiban bagi setiap muslim untuk bahu-membahu mendukung ide tersebut agar mereka selamat dari jeratan riba yang menyebabkan murka Allah.

disusun oleh:

Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi

DAFTAR REFERENSI

1. Al-Mu’amalat Al-Maliyah Al-Mu’ashiroh fil Fiqih Al-Islami karya DR. Muhammad Utsman Syubair, cet Dar Nafais, Yordania, cet keenam tahun 1427 H.

2. Al-Mu’amalat Al-Maliyah Al-Mu’ashiroh karya Sa’aduddin Muhammad Al-Kibbi, cet Maktab Islami, Bairut, cet pertama 1423 H.

3. Ar-Riba fil Mu’amalat Al-Mashrofiyyah Al-Mu’ashiroh karya DR. Abdullah bin Muhammad As-Saidi, cet Dar Thoibah, KSA, cet kedua 1421.

4. Qodhoya Fiqhiyyah Mu’ashiroh karya Muhammad Burhanuddin, cet Darul Qolam, Bairut, cet pertama 1408 H.

5. Fawaidul Bunuk Hiya Riba Al-Harrom karya DR. Yusuf al-Qorodhawi, cet Muassasah Ar-Risalah, Bairut, cet kedua tahun 1423 H.

6. Dan lain-lain.

🏫🏠🏡🏠🏡🏠🏡🏠🏡🏠🏡🏠🏡🏢

Rum🏡h Qur'an Kita 👪
WA & Grup : 089674433330
Fb   : Rq Kita
FP & Grup fb : Rumah Qur'an Kita

Hikmah ada orang kaya dan ada.orang miskin

HIKMAH ADA ORANG KAYA DAN JG ADA ORANG MISKIN

Ada yang kaya dan ada yang
miskin. Ini semua ada
hikmah yang patut kita
renungkan. Kali ini penulis
utarakan ada lima hikmah di
balik penetapan seperti itu.
Hikmah 1: Kaya dan Miskin
Bentuk Keadilan Allah
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Allah melebihkan
sebahagian kamu dari
sebagian yang lain dalam
hal rezeki.” (QS. An Nahl: 71)
Dalam ayat lain disebutkan,
“Dan jikalau Allah
melapangkan rezeki kepada
hamba-hamba-Nya tentulah
mereka akan melampaui
batas di muka bumi, tetapi
Allah menurunkan apa yang
dikehendaki-Nya dengan
ukuran. Sesungguhnya Dia
Maha Mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha
Melihat.” (QS. Asy Syuraa:
27)
Ibnu Katsir rahimahullah
lantas menjelaskan,
“Seandainya Allah memberi
hamba tersebut rezeki lebih
dari yang mereka butuh,
tentu mereka akan
melampaui batas, berlaku
kurang ajar satu dan lainnya,
serta akan bertingkah
sombong.” (Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim, 6: 553)
Selanjutnya Ibnu Katsir
menjelaskan lagi, “Akan
tetapi Allah memberi rezeki
pada mereka sesuai dengan
pilihan-Nya dan Allah selalu
melihat manakah yang
maslahat untuk mereka.
Allah tentu yang lebih
mengetahui manakah yang
terbaik untuk mereka. Allah-
lah yang memberikan
kekayaan bagi mereka yang
Dia nilai pantas
menerimanya. Dan Allah-lah
yang memberikan kefakiran
bagi mereka yang Dia nilai
pantas
menerimanya.” (Idem)
Hikmah 2: Ada yang Pantas
Kaya dan Pantas Miskin
Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Tuhanmu
melapangkan rezeki kepada
siapa yang Dia kehendaki
dan menyempitkannya;
Sesungguhnya Dia Maha
mengetahui lagi Maha
melihat akan hamba-hamba-
Nya.” (QS. Al Isra’: 30)
Dalam ayat di atas, di akhir
ayat Allah berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya Dia
Maha mengetahui lagi Maha
melihat akan hamba-hamba-
Nya”. Ibnu Katsir
menjelaskan maksud
penggalan ayat terakhir
tersebut, “Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui dan
Maha Melihat manakah di
antara hamba-Nya yang
pantas kaya dan pantas
miskin. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits,
“Sesungguhnya di antara
hamba-Ku, keimanan barulah
menjadi baik jika Allah
memberikan kekayaan
padanya. Seandainya Allah
membuat ia miskin, tentu ia
akan kufur. Dan di antara
hamba-Ku, keimanan barulah
baik jika Allah memberikan
kemiskinan padanya.
Seandainya Allah membuat
ia kaya, tentu ia akan kufur”.
(Diriwayatkan oleh Abu
Nu’aim dalam Hilyah Al-
Auliya’ 8: 318 lewat jalur Al-
Hasan bin Yahya Al-Khasyniy,
dari Shidqah bin ‘Abdillah,
dari Hisyam Al Kanani, dari
Anas. Hadits ini dha’if).
(Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:
71)
Hikmah 3: Kaya dan Miskin
Sama-Sama Ujian
Dari Al-Hasan Al-Bashri, ia
berkata,
“Umar bin Al-Khattab
radhiyallahu ‘anhu pernah
menuliskan surat kepada
Abu Musa Al-Asy’ari yang
isinya: Merasa cukuplah
(qana’ah-lah) dengan rezeki
dunia yang telah Allah
berikan padamu. Karena Ar-
Rahman (Allah Yang Maha
Pengasih) mengaruniakan
lebih sebagian hamba dari
lainnya dalam hal rezeki.
Bahkan yang dilapangkan
rezeki sebenarnya sedang
diuji pula sebagaimana yang
kurang dalam hal rezeki.
Yang diberi kelapangan
rezeki diuji bagaimanakah ia
bisa bersyukur dan
bagaimanakah ia bisa
menunaikan kewajiban dari
rezeki yang telah diberikan
padanya.” (HR. Ibnu Abi
Hatim. Dinuki dari Tafsir Al-
Qur’an Al-‘Azhim, 4: 696)
Hikmah 4: Kaya Bisa Jadi
Istidraj (Jebakan Berupa
Nikmat yang Disegerakan)
Bisa jadi ada yang
mendapatkan limpahan
rezeki namun ia adalah
orang yang gemar maksiat. Ia
tempuh jalan kesyirikan –
lewat ritual pesugihan-
misalnya, dan benar ia cepat
kaya. Ketahuilah bahwa
mendapatkan limpahan
kekayaan seperti itu
bukanlah suatu tandad
kemuliaan, namun itu
adalah istidraj. Istidraj
artinya suatu jebakan
berupa kelapangan rezeki
padahal yang diberi dalam
keadaan terus menerus
bermaksiat pada Allah.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir
radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:
“Bila kamu melihat Allah
memberi pada hamba dari
(perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia
terus berada dalam
kemaksiatan kepada-Nya,
maka (ketahuilah) bahwa hal
itu adalah istidraj (jebakan
berupa nikmat yang
disegerakan) dari
Allah.” (HR. Ahmad 4: 145.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits
ini hasan dilihat dari jalur
lain).
Syaikh As Sa’di menyatakan,
“Ketika mereka melupakan
peringatan Allah yang
diberikan pada mereka, maka
dibukakanlah berbagi pintu
dunia dan kelezatannya,
mereka pun lalai. Sampai
mereka bergembira dengan
apa yang diberikan pada
mereka, akhirnya Allah
menyiksa mereka dengan
tiba-tiba. Mereka pun
berputus asa dari berbagai
kebaikan. Seperti itu lebih
berat siksanya. Mereka
terbuai, lalai, dan tenang
dengan keadaan dunia
mereka. Namun itu
sebenarnya lebih berat
hukumannya dan jadi
musibah yang besar.” (Tafsir
As Sa’di, hal. 260).
Hikmah 5: Miskin Bisa Jadi
Sebagai Hukuman atas Dosa
Ibnu Katsir rahimahullah
berkata, “Kekayaan yang
diberikan pada sebagian
orang bisa jadi sebagai
bentuk istidraj (jebakan
untuk mereka). Miskin pula
sebagai hukuman atas dosa.
Moga Allah melindungi kita
dari kedua hal itu.” (Tafsir
Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 71)
Kesulitan dalam hal rezeki
bisa jadi sebagai bentuk
hukuman atas dosa yang
diperbuat. Bisa jadi karena
lupa pada Allah dengan
meninggalkan shalat, bisa
pula sampai pada berbuat
syirik pada Allah. Allah
Ta’ala berfirman,
“Dan apa saja musibah yang
menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-
kesalahanmu).” (QS. Asy
Syura: 30).
Hanya Allah yang memberi
taufik dan hidayah. Semoga
mendapatkan pelajaran
berharga.
Referensi:
Tafsir Al-
Qur’an
Al-‘Azhim.
Cetakan
pertama
tahun 1431
H. Ibnu
Katsir.
Penerbit
Dar Ibnul
Jauzi.
Tafsir As-
Sa’di.
Cetakan
ketiga
tahun 1433
H. Syaikh ‘
Abdurrahm
an bin
Nashir As-
Sa’di.
Penerbit
Muassasah
Ar Risalah.

Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal

Arti dunia adalah neraka bagi org mukmin dan surga bagi orang kafir

Kisah yang bagus yang patut direnungkan. Kisah ini menceritakan mengenai hadits “dunia itu penjara bagi orang mukmin”.
Telah terjadi perbincangan antara Ibnu Hajar dan seorang Yahudi. Orang Yahudi tersebut begitu terkesan dengan perkataan Ibnu Hajar ketika menjelaskan hadits “dunia itu penjara bagi orang mukmin” sehingga ia pun masuk Islam.
Dalam Faid Al-Qadir (3: 730) karya Al-Munawi disebutkan kisah Ibnu Hajar berikut ini:
ذكروا أن الحافظ ابن حجر لما كان قاضي القضاة مر يوما بالسوق في موكب عظيم وهيئة جميلة فهجم عليه يهودي يبيع الزيت الحار وأثوابه ملطخة بالزيت وهو في غاية الرثاثة والشناعة فقبض على لجام بغلته وقال : يا شيخ الإسلام تزعم أن نبيكم قال الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر فأي سجن أنت فيه وأي جنة أنا فيها فقال : أنا بالنسبة لما أعد الله لي في الآخرة من النعيم كأني الآن في السجن وأنت بالنسبة لما أعد لك في الآخرة من العذاب الأليم كأنك في جنة فأسلم اليهودي
“Diceritakan bahwa Al-Hafizh Ibnu Hajar ketika ia menjadi seorang qadhi (hakim) terkemuka, suatu hari ia pernah melewati sebuah pasar yang penuh keramaian. Ibnu Hajar datang dengan pakaian yang begitu menawan (pakaian mewah). Kemudian orang Yahudi menyergapnya. Orang Yahudi tersebut sedang menjual minyak panas, tentu saja pakaiannya penuh dengan kotoran minyak. Tampilan Yahudi tersebut usang dan penuh keprihatinan.
Sambil memegang kekang kuda (yang biasa dipasang pada mulut kuda, pen.), Yahudi tersebut berkata pada Ibnu Hajar, “Wahai Syaikhul Islam (Ibnu Hajar, pen.), engkau menyatakan bahwa Nabi kalian (Nabi umat Islam) bersabda, “Ad-dunya sijnul mukmin, wa jannatul kafir (dunia itu penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang orang kafir.” Bagaimana keadaanmu saat ini bisa disebut penjara, lalu keadaanku di dunia seperti ini disebut surga?”
Ibnu Hajar memberikan jawaban, “Aku dilihat dari berbagai nikmat yang Allah janjikan untukku di akhirat, seakan-akan aku sedang di penjara. Sedangkan engkau (wahai Yahudi) dilihat dari balasan siksa yang pedih yang Allah berikan untukmu di akhirat, seakan-akan engkau berada di surga.”
Akhirnya, orang Yahudi tersebut pun masuk Islam.
Demikian kisah Ibnu Hajar.
Dari kisah tersebut, kita bisa pahami bahwa dunia itu bagi orang beriman di dunia adalah penjara. Maksudnya, ia dipenjara dan dikekang karena kenikmatan sejati baru diperoleh olehnya di akhirat. Sedangkan orang kafir dalam keadaan miskin apa pun, ketika di dunia masih mendapatkan nikmat. Di akhirat, yang ada baginya adalah siksa. Sehingga pantas disebut baginya di dunia adalah surga.
Jadikan, dunia ini tempat kita beramal untuk memperoleh nikmat di akhirat. Semoga …
Ingatlah perkataan ‘Ali bin Abi Thalib,
وَإِنَّ الدُّنْيَا قَدِ ارْتَحَلَتْ مُدْبِرَةً وَالآخِرَةُ قَدْ قُرِّبَتْ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٌ مِنْهُمَا بَنُوْنَ فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ وَلاَ تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا فَإِنَّ اليَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلٌ
“Sesungguhnya dunia akan ditinggalkan di belakang. Sedangan akhirat begitu dekat dijumpai di depan. Dunia dan akhirat masing-masing memiliki budak. Jadilah budak akhirat, janganlah menjadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari untuk beramal, tidak ada hisab (perhitungan). Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari hisab (perhitungan), tidak ada lagi amalan.” (Disebutkan oleh Imam Ahmad dalam Az-Zuhud, Ibnu Abi Ad-Dunya dalam Qashr Al-Aml, Al-Baihaqi dalam Az-Zuhud, Ibnu Rajab dalam Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 378)
Wallahu waliyyut taufiq.

Referensi:

Faid Al-Qadir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir. Al-Munawi. Asy-Syamilah (halaman sesuai cetakan).
Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.

Minggu, 27 September 2015

Mengapa kita susah shalat malam?

MENGAPA SUSAH SHALAT MALAM [TAHAJUD] ?

Bismillahirrahmanirrahim

Ibrahim bin Adam pernah didatangi oleh seseorang untuk meminta nasehat agar ia bisa mengerjakan shalat malam (# tahajud).
Beliau kemudian berkata kepadanya, “Janganlah engkau bermaksiat kepada Allah Azza Wajala di siang hari, niscaya Allah akan membangunkanmu untuk bermunajat di hadapan-Nya malam hari. Sebab munajatmu di hadapan-Nya di malam hari merupakan
kemuliaan yang paling besar, sedangkan orang yang bermaksiat tidak berhak mendapatkan kemuliaan itu."

Sementara Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika engkau tidak mampu menunaikan shalat malam dan puasa di siang hari, maka ketahuilah bahwa engkau sebenarnya sedang dalam keadaan terhalang, karena dosa-dosamu begitu banyak."

Seseorang datang kepada Imam Ghazali untuk menanyakan kepada Beliau mengenai sesuatu yang menyebabkannya tidak bisa bangun malam untuk mengerjakan shalat. Beliau menjawab, “Dosa-dosamu telah membelenggumu."

Al-Hasan berkata, “Tidaklah seseorang meninggalkan shalat malam kecuali karena dosa yang dilakukannya. Oleh karena itu, periksalah diri kalian setiap malam ketika matahari terbenam, kemudian bertaubatlah kepada Robb kalian, agar kalian bisa mengerjakan shalat malam."
Dalam kesempatan lain, beliau menjelaskan, “Di antara pertanda
seseorang itu tenggelam dalam dosa adalah bahwa dadanya tidak
pernah lapang untuk bisa mengerjakan puasa di siang hari dan mengerjakan shalat sunnah di malam hari."

Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Aku pernah terhalang (tidak bisa
bangun) untuk mengerjakan shalat malam selama lima bulan
disebabkan satu dosa yang telah aku lakukan."
Ditanyakanlah kepada beliau, “Dosa apakah itu? “Beliau menjawab,
“Aku melihat seorang laki-laki yang menangis, lalu aku katakan di dalam hatiku bahwa itu dilakukannya sebagai bentuk kepura-puraan saja."

Abdullah bin Mas’ud pernah ditanya oleh seseorang, “Kami tidak bisa bangun malam untuk mengerjakan shalat". Ia pun menjawab,
“Dosa-dosamu telah membelenggumu."

Demikian juga memakan barang yang haram akan menghalangi
pelaksanaan shalat malam.
Salah seorang dari kalangan Ulama mengatakan, "Betapa sering sesuap makanan itu menghalangi pelaksanaan shalat malam.
Betapa sering pandangan itu menghalangi seseorang dari membaca satu surat dari Al-Qur’an."

Sungguh seorang hamba itu akan menyantap satu makanan atau
melakukan sesuatu perbuatan yang menyebabkannya tidak bisa
mengerjakan shalat malam selama satu tahun.

Demikian juga, kecintaan kepada dunia (hubbud dunya) bisa
menghalangi seseorang untuk melaksanakan shalat malam.

Abu Thalib Al-Makki berkata, “Yang bisa menghalangi seorang
hamba dari melakukan shalat malam, atau yang menjadikannya lalai dalam waktu sekian lama, ada tiga hal. Yaitu, menyantap makanan yang syubhat, terus-menerus melakukan perbuatan dosa dan dominasi pikiran keduniaan di hati."

Bertolak dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa yang bisa
membantu seseorang agar bisa mengerjakan shalat malam itu
adalah;
1. memakan makanan yang halal,
2. istiqomah di dalam bertaubat,
3.  menjauhi makanan yang haram dan syubhat,
4. menjauhi dosa dan maksiat,
5. menolak dominasi pikiran keduniaan dan kecintaan kepada dunia dari dalam hati dengan cara selalu ingat mati dan memikirkan akhirat atau apa saja yang akan ditemui sesudah mati.
*****

Sungguh, di antara shalat sunnah yang paling utama adalah shalat
malam (tahajud).
Allah SWT berfirman (yang artinya): Pada sebagian malam itu, bertahajudlah kalian sebagai ibadah tambahan bagi kalian. (Dengan shalat malam itu) Allah pasti mengangkat kalian ke derajat yang terpuji (TQS al-Isra’: 79).

Begitu pentingnya shalat tahajud ini, Rasulullah SAW sampai
menyuruh kita untuk “mengqadhanya” saat tertinggal.
Beliau bersabda, “Jika kalian tertinggal dari menunaikan shalat
malam karena sakit atau hal lain, hendaklah kalian menunaikan
shalat dua belas rakaat (rawatib) di siang hari.” (HR Muslim).

Dalam hadits lain beliau bersabda, “Siapa saja yang ketiduran hingga tidak menunaikan shalat witir atau sunnah-sunnahnya, Hendaklah ia menunaikannya saat terjaga.” (HR Muslim).

Sebaliknya, Rasulullah SAW “mencela” orang yang tidak melakukan shalat malam, padahal ia sering bangun tengah malam.

Beliau bersabda kepada Abdullah bin Amr bin al-’Ash, “Wahai
Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan; ia bangun malam tetapi tidak menunaikan shalat malam.” (Mutaffaq ‘alaih).

Semoga Allah ringankan hati dan langkah kita untuk tunaikan shalat
malam.
Wallahu a’lam.

Amanah dari penulisnya :Jangan biarkan tulisan ini dibaca sendiri. Tag dan berbagilah untuk
sahabat yang lain. Semoga tercatat sebagai amal baik buat kita bersama. Aamiin.

Surah al-fill (gajah)

🌹 Tafsir Al Azhar oleh Prof Dr. Buya Hamka

Surat AL-FILL (GAJAH) :

Surat 105: 5 ayat  Diturunkan di MAKKAH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

1- Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Tuhan engkau berbuat terhadap orang-orang yang mempunyai gajah?

 ١. أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ

2- Bukankah telah Dia jadikan daya upaya mereka itu pada sia-sia?

٢. أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ

3- Dan Dia telah mengirimkan ke atas mereka burung berduyun-duyun?

٣. وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْراً أَبَابِيلَ

4- Yang melempari mereka dengan batu siksaan?

 ٤. تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ

5- Lalu Dia jadikan mereka seperti daun kayu
yang dimakan ulat.

 ٥. فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ

---****---

"Tidakkah engkau perhatikan?" (pangkal ayat 1). Atau tidakkah engkau mendengar erita; "Bagaimana  Tuhan engkau berbuat terhadap orang-orang yang mempunyai gajah?" ujung ayat 1)
Pertanyaan Allah seperti ini adalah untuk memperkuat berita penting itu, yang ditujukan mulanya kepada Nabi s.a.w. namun maksudnya ialah untuk ummat yang percaya seumumnya.
Kisah orang-orang yang mempunyai gajah ini adalah tersebut dengan selengkapnya di dalam kitab Sirah Ibnu Hisham, pencatat riwayat hidup Nabi Muhammad s.a.w. yang terkenal.

Ketika itu Tanah Arab bahagian Selatan adalah di bawah kekuasaan Kerajaan Habsyi. Najasyi (Negus) menanam wakilnya di Arabia Selatan itu bernama Abrahah. sebagaimana kita ketahui, Kerajaan Habsyi adalah pemeluk Agama Kristen.
Untuk menunjukkan jasanya kepada Rajanya, Abrahah sebagai Wakil Raja atau Gubernur telah mendirikan sebuah gereja di Shan'aa diberinya nama Qullais.
Dibuatnya gereja itu sangat indahnya sehingga jaranglah akan tandingnya di dunia di masa itu.
Setelah selesai dikirimnyalah berita kepada Najasyi; "Telah aku dirikan sebuah gereja, ya Tuanku!
Dan aku percaya belumlah ada raja-raja sebelum Tuanku mendirikan gereja semegah ini. Namun hatiku belumlah puas orang Arab yang selama ini berhaji ke Makkah, aku palingkan hajinya ke gereja Tuanku itu."

Berita isi surat yang pongah[1] ini sampai ke telinga bangsa Arab, sehingga mereka gelisah. Maka bangkitlah marah seorang pemuka Arab karena tempat mereka berhaji akan dialihkan dengan kekerasan. Menurut Ibnu Hisyam orang itu ialah dari kabilah Bani Faqim bin `Adiy. Maka pergilah dia sembunyi-sembunyi ke gereja itu, dia masuk ke dalam, dan di tengah-tengah gereja megah itu diberakinya. Setelah itu dia pun segera pulang ke negerinya.

Berita ini disampaikan orang kepada Abrahah. Lalu dia bertanya: "Siapakah yang membuat pekerjaan kotor ini?" Ada orang menjawab: "Yang berbuat kotor ini adalah orang yang membela rumah yang mereka hormati itu, tempat mereka tiap tahun naik haji, di Makkah. Setelah dia mendengar maksud Paduka Tuan hendak memalingkan haji orang Arab dari rumah yang mereka sucikan kepada gereja ini orang itu marah lalu dia masuk ke dalam gereja ini dan 'diberakinya, untuk membuktikan bahwa gereja ini tidaklah layak buat pengganti rumah mereka yang di Makkah itu."

Sangatlah murka Abrahah melihat perbuatan itu, dan bersumpahlah dia; akan segera berangkat ke Makkah, untuk meruntuhkan rumah itu!
Dikirimnya seorang utusan kepada Bani Kinanah, mengajak mereka mempelopori naik haji ke gereja yang didirikannya itu. Tetapi sesampai utusan itu ke negeri Bani Kinanah dia pun mati dibunuh orang.
Itu pun menambah murka dan sakit hati Abrahah.

Maka disuruhnyalah tentara Habsyinya bersiap. Setelah siap mereka pun berangkat menuju Makkah. Dia sendiri mengendarai seekor gajah, diberinya nama Mahmud.

Setelah tersiar berita tentara di bawah pimpinan Abrahah telah keluar hendak pergi meruntuh Ka'bah, sangatlah mereka terkejut dan seluruh kabilah-kabilah Arab itu pun merasalah bahwa mempertahankan Ka'bah dari serbuan itu adalah kewajiban mereka. Salah seorang pemuka Arab di negeri Yaman bernama Dzu Nafar menyampaikan seruan kepada kaumnya dan Arab tetangganya supaya bersiap menangkis dan menghadang serbuan ini. Mengajak berjihad mempertahankan Baitullah al-Haram. Banyaklah orang datang menggabungkan diri kepada Dzu Nafar itu melawan Abrahah. Tetapi karena kekuatan tidak seimbang, Dzu Nafar kalah dan tertawan. Tatkala Abrahah hendak membunuh tawanan itu berdatang sembahlah dia:
"Janganlah saya Tuan bunuh.
Barangkali ada faedahnya bagi tuan membiarkan saya tinggal hidup." Karena permohonannya itu tidaklah jadi Dzu Nafar dibunuh dan tetaplah Dzu Nafar dibelenggu. Abrahah memang seorang yang suka memaafkan.

Abrahah pun meneruskan perjalanannya.
Sesampai di negeri orang Khats'am tampil pula pemimpin Arab bernama Nufail bin abib al-Khats'amiy memimpin dua kabilah Khats'am, yaitu Syahran dan Nahis dan beberapa kabilah lain yang mengikutinya. Mereka pun berperang pula melawan Abrahah, tetapi Nufail pun kalah dan tertawan pula. Ketika dia akan dibunuh dia pun berdatang sembah; "Tak usah saya tuan bunuh, bebaskanlah saya supaya saya menjadi penunjuk jalan tuan di negeri-negeri Arab ini.

Dua kabilah ini, Syahran dan Nahis adalah turut perintah Tuan." Permintaannya itu pun dikabulkan oleh Abrahah dan tetaplah dia berjalan di samping Abrahah menjadi penunjuk jalan, sehingga sampailah tentara itu di Thaif.

Sampai di Thaif pemuka Tsaqif yang bemama Mas'ud bin Mu'attib bersama beberapa orang pemuka lain datang menyongsong kedatangan Abrahah, lalu mereka menyatakan ketundukan.

Dia berkata: "Wahai Raja! Kami ini adalah hambasahaya Tuan, kami tunduk takluk ikut perintah, tidak ada kami yang bermaksud melawan Tuan.

Di negeri ini memang ada pula sebuah rumah yang kami puja dan muliakan (yang dimaksudnya ialah berhala yang bernama al-Laata).
Namun kami percaya bukanlah berhala kami ini yang Tuan maksud akan diruntuhkan.
Yang Tuan maksud tentulah Ka'bah yang di Makkah.
Kami bersedia memberikan penunjuk jalan buat Tuan akan menuju negeri Makkah itu." lalu mereka berikan seorang penunjuk jalan bernama Abu Raghaal! Lantaran itu Abrahah pun
melanjutkan perjalanan dengan Abu Raghaal sebagai penunjuk jalan, sampai mereka dapat berhenti istirahat di satu tempat bernama Mughammis, suatu tempat sudah dekat ke Makkah dalam perjalanan dari Thaif.

Sesampai mereka berhenti di Mughammis itu tiba-tiba matilah Abu Raghaal si penunjuk jalan itu. Kubur Abu Raghaal itu ditandai oleh orang Arab, maka setiap yang lalu lintas di dekat situ melempari kubur itu.
Setelah Abrahah berhenti dengan tentaranya di Mughammis itu diutusnyalah seorang utusan dari bangsa Habsyi ke negeri Makkah. Nama utusan itu Aswad bin Maqfud. Dia pergi dengan naik kuda. Setelah dia sampai di wilayah Makkah dirampasinyalah harta-benda penduduk Tihamah dari Quraisy dan Arab yang lain. Termasuk 200 ekor unta kepunyaan Abdul Muthalib bin Hasyim, yang ketika itu menjadi orang yang dituakan dan disegani dalam kalangan Quraisy. Melihat perbuatan dan perampasan yang dilakukan oleh patroli[1] Abrahah yang bernama Aswad bin Maqfud itu naik darahlah orang
Quraisy, orang Kinanah dan Kabilah Huzail yang semuanya hidup di keliling Makkah yang berpusat kepada Ka'bah, sehingga mereka pun telah menyatakan bersiap hendak berperang melawan Abrahah.

Tetapi setelah mereka musyawaratkan dengan seksama, mereka pun mendapat kesimpulan bahwa tidaklah seimbang kekuatan mereka hendak melawan dengan besarnya angkatan perang musuh.
Sebab itu perang tidaklah dijadikan.

Lalu Abrahah mengirim lagi perutusannya di bawah pimpinan Hunathah al-Himyariy ke Makkah, hendak mencari hubungan dengan pemuka-pemuka Makkah dan ketua-ketuanya. Lalu utusan itu menyampaikan pesan Abrahah: "Kami datang ke mari bukanlah hendak memerangi kalian.

Kedatangan kami hanyalah semata-mata hendak menghancurkan rumah ini.

Kalau kalian tidak mencoba melawan kami, selamatlah nyawa dan darah kalian.

" Dan Abrahah berpesan pula: "Kalau memang penduduk Makkah tidak hendak melawan kami, suruhlah salah seorang ketua Makkah datang menghadapnya ke Mughammis!"

Hunathah itu pun datanglah ke Makkah menyampaikan titah raja yang tegas itu. Setelah orang yang ditemuinya menyatakan bahwa pemimpin dan ketua mereka ialah Abdul Muthalib bin Hasyim.

Lalu datanglah dia menemui Abdul Muthalib dan menyampaikan titah raja yang tegas itu. Mendengar pesan raja itu berkatalah Abdul Muthalib:

"Demi Allah tidaklah kami bermaksud hendak berperang dengan dia. Kekuatan kami tidak cukup untuk memeranginya.
Rumah ini adalah Rumah Allah, Bait Allah al-Haram, dan Rumah Khalil Allah Ibrahim. Kalau Allah hendak mempertahankan rumahNya dari diruntuhkan, itulah urusan Allah sendiri. Kalau dibiarkannya rumahNya diruntuh orang, apalah akan daya kami. Kami tak kuat mempertahankannya."

Berkata Hunathah: "Kalau begitu tuan sendiri harus datang menghadap Baginda. Saya diperintahkan mengiringkan Tuan."

"Baiklah, kata Abdul Muthalib. Maka beliau pun pergilah bersama Hunathah mengadap Raja. Beliau diiringkan oleh beberapa orang puteranya sehingga sampailah mereka ke tempat perhentian laskar itu. Lalu ditanyakannya keadaan Dzu Nafar yang tertawan itu, sebab dia adalah sahabat lamanya, sehingga dia pun diizinkan menemuinya dan masuk ke dalam tempat tahanannya.
Dia bertanya kepada Dzu Nafar: "Hai Dzu Nafar! Adakah pendapat yang dapat engkau berikan kepadaku tentang kemusykilan yang aku hadapi ini?"

Dzu Nafar menjawab: "Tidaklah ada pendapat yang dapat diberikan oleh seorang yang dalam tawanan raja, yang menunggu akan dibunuh saja, entah pagi entah petang.
Tak ada nasihat yang dapat saya berikan. Cuma ada satu! Yaitu pawang gajah selalu menjaga gajah raja itu, Unais namanya. Dia adalah sahabatku. Saya akan mengirim berita kepadanya tentang halmu dan saya akan memesan bahwa engkau sahabatku supaya dia pun mengerti bahwa engkau ini orang penting.

Moga-moga dengan perantaraannya engkau dapat menghadap raja, supaya engkau dapat menumpahkan perasaanmu di hadapannya, dan supaya Unais pun dapat memujikan engkau di hadapan baginda. Moga-moga dia sanggup."

"Baiklah" kata Abdul Muthalib.

Lalu Dzu Nafar mengirim orang kepada Unais pengawal gajah raja. Kepada Unais itu Dzu Nafar memesankan siapa Abdul Muthalib.

Bahwa dia adalah Ketua orang Quraisy, yang empunya sumur Zamzam yang terkenal itu, yang memberi makan orang yang terlantar di tanah rendah dan memberi makan binatang buas di puncak bukit-bukit.
Untanya 200 ekor dirampas hamba-hamba raja, dia mohon izin menghadap baginda, dan engkau usahakanlah supaya pertemuan itu berhasil."

"Saya sanggupi", kata Unais. Maka Unais pun datanglah menghadap raja mempersembahkan darihal Abdul Muthalib itu: "Daulat Tuanku, beliau adalah Ketua Quraisy.

Dia telah berdiri di hadapan pintu Tuanku, ingin menghadap. Dialah yang menguasai sumur Zamzam di Makkah. Dialah yang memberi makanan manusia di tanah rendah dan memberi makanan binatang buas di puncak gunung-gunung. Beri izinlah dia masuk, Tuanku. Biarlah dia menyampaikan apa yang terasa di hatinya."

"Suruhlah dia masuk", titah Raja.

Abdul Muthalib adalah seorang yang rupawan, berwajah menarik dan berwibawa, besar dan jombang[1]. Baru saja dia masuk, ada sesuatu yang memaksa Abrahah berdiri menghormatinya dan menjemputnya ke pintuk khemah. Abrahah merasa tidaklah layak orang ini akan duduk di bawah dari kursinya.

Sebab itu baginda sendirilah yang turun dari kursi dan sama duduk di atas hamparan itu berdekat dengan Abdul Muthalib. Kemudian itu bertitahlah baginda kepada penterjemah:

"Suruh katakanlah apa hajatnya!" Abdul Muthaiib menjawab dengan perantaraan penterjemah: "Maksud kedatanganku ialah memohonkan kepada raja agar unta kepunyaanku, 200 ekor banyaknya, yang dirampas oleh hambasahaya baginda, dipulangkan kepadaku.

" Raja menjawab dengan perantaraan penterjemah: "Katakan kepadanya; Mulai dia masuk aku terpesona melihat sikap dan rupanya, yang menunjukkan bahwa dia seorang besar dalam kaumnya.

Tetapi setelah kini dia mengemukakan soal untanya 200 ekor yang dirampas oleh orang-orangku, dan dia tidak membicarakan sama-sekali, tidak ada reaksinya sama-sekali tentang rumah agamanya dan rumah agama nenek-moyangnya yang aku datang sengaja hendak meruntuhkannya, menjadi sangat kecil dia dalam pandanganku."

Abdul Muthalib menjawab: "Saya datang ke mari mengurus unta itu, karena yang empunya unta itu ialah aku sendiri.

Adapun soal rumah itu, memang sengaja tidak saya bicarakan. Sebab rumah itu ada
pula yang empunya, yaitu Allah. Itu adalah urusan Allah.",

Dengan sombong Abrahah menjawab: "Allah itu sendiri tidak akan dapat menghambat maksudku!"

Abdul Muthalib menjawab: "Itu terserah Tuan, aku datang ke mari hanya mengurus untaku."

Unta yang 200 ekor itu pun disuruh kembalikan oleh Abrahah. Abdul Muthalib pun segeralah kembali ke Makkah, memberitakan kepada penduduk Makkah pertemuannya dengan Abrahah.

Lalu dia memberi nasihat supaya seluruh penduduk Makkah segera meninggalkan Makkah, mengelakkan diri ke puncak-puncak bukit keliling Makkah atau ke lurah-lurah, agar jangan sampai terinjak terlindis[2] oleh tentara yang akan datang mengamuk.

Setelah itu, dengan diiringkan oleh beberapa pemuka Quraisy, Abdul Muthalib pergi ke pintu Ka'bah, dipegangnya teguh-teguh gelang pada pintunya, lalu mereka berdoa bersama-sama menyeru Allah, memohon pertolongan, dan agar Allah memberikan pembalasannya kepada Abrahah dan tentaranya.

Sambil memegang gelang pintu Ka'bah itu dia bermohon;

> Ya Tuhanku! Tidak ada yang aku harap selain Engkau!

> Ya Tuhanku! Tahanlah mereka dengan benteng Engkau!

🔅> Sesungguhnya siapa yang memusuhi rumah ini adalah musuh Engkau.

🔅> Mereka tidak akan dapat menaklukkan kekuatan Engkau.
Setelah selesai bermunajat kepada Tuhan dengan memegang gelang pintu Ka'bah itu, Abdul Muthalib bersama orang-orang yang mengiringkannya pun mengundurkan diri, lalu pergi ke lereng-lereng bukit, dan di sanalah mereka berkumpul menunggu apakah yang akan diperbuat Abrahah terhadap negeri Makkah bilamana dia masuk kelak.

Setelah pagi besoknya bersiaplah Abrahah hendak memasuki Makkah dan dipersiapkanlah gajahnya.

Gajah itu diberinya nama Mahmud. Dan Abrahah pun telah bersiap-siap hendak pergi meruntuhkan Ka'bah, dan kalau sudah selesai pekerjaannya itu kelak dia bermaksud hendak segera pulang ke Yaman.

Setelah dihadapkannya gajahnya itu menuju Makkah, mendekatlah orang tawanan yang dijadikan penunjuk jalan itu, dari Kabilah Khats'am yang bernama Nufail bin Habib itu. Dia dekati gajah tersebut, lalu dipegangnya telinga gajah itu dengan lemah-lembutnya dan dia berbisik:

"Kalau engkau hendak dihalau berjalan hendaklah engkau tengkurup saja, hai Mahmud! Lebih cerdik bila engkau pulang saja ke tempat engkau semula di negeri Yaman. Sebab engkau sekarang hendak dikerahkan ke Baladillah al-Haram (Tanah Allah yang suci lagi bertuah)."

Selesai bisikannya itu dilepaskannyalah telinga gajah itu.

Dan sejak mendengar bisikan itu gajah tersebut terus tengkurup, tidak mau berdiri. Nufail bin Habib sendiri pun pergilah berjalan cepat-cepat meninggalkan tempat itu, menuju sebuah bukit.

Maka datanglah masa akan berangkat. Gajah disuruh berdiri tidak mau berdiri. Dipukul kepalanya dengan tongkat penghalau gajah yang agak runcing ujungnya, supaya dia segera berdiri.

Namun dia tetap duduk tak mau bergerak.

Diambil pula tongkat lain, ditonjolkan ke dalam mulutnya supaya dia berdiri, namun dia tidak juga mau berdiri.

Lalu ditarik kendalinya dihadapkan ke negeri Yaman; dia pun segera berdiri, bahkan rnulai berjalan kencang.
Lalu dihadapkan pula ke Syam.

Dengan gembira dia pun berjalan cepat menuju Syam. Lalu dihadapkan pula ke Timur, dia pun berjalan kencang. Kemudian dihadapkan dia ke Makkah, dia pun duduk kembali, tidak mau bergerak.
Padahal Abrahah sudah siap, tentaranya pun sudah siap.

Dalam keadaan yang demikian itu, demikian uraian Ibnu Hisyam dalam Siirahnya nampaklah di udara beribu-ribu ekor burung terbang menuju mereka. Datangnya dari jurusan laut.

Burung itu membawa tiga butir batu;

👉sebutir di mulutnya dan

👉dua butir digenggamnya dengan kedua belah kakinya.

Dengan serentak burung-burung itu menjatuhkan batu yang di bawanya itu ke atas diri tentara-tentara yang banyak itu.

Mana yang kena terpekik kesakitan karena saking[1] panasnya. Berpekikan dan berlarianlah mereka, tumpang siur tidak tentu arah, karena takut akan ditimpa batu kecil-kecil itu yang sangat panas membakar itu.

Lebih banyak yang kena daripada yang tidak kena.
Semua menjadi kacau-balau dan ketakutan. Mana yang kena terkaparlah jatuh, dan yang tidak sampai kena hendak segera lari kembali ke Yaman. Mereka cari Nufail bin Habib untuk menunjuki jalan menuju Yaman, namun dia tidak mau lagi, Malahan dia bersyair:

"Ke mana akan lari, Allahlah yang mengejar, Asyram (Abrahah) yang kalah, bukan dia yang menang."

Kucar-kacirlah mereka pulang. Satu demi satu mana yang kena lontaran batu itu jatuh. Dan yang agak tegap badannya masih melanjutkan pelarian menuju negerinya, namun di tengah jalan mereka berjatuhan juga.

Adapun Abrahah sendiri yang tidak terlepas dari lontaran batu itu masih sempat naik gajahnya menuju Yaman, namun di tengah jalan penyakitnya bertambah membahayakan. Terkelupas kulitnya, gugur dagingnya, sehingga sesampainya di negeri Yaman boleh dikatakan sudah seperti anak ayam menciap-ciap.
Lalu mati dalam kehancuran.

Maka terkenallah tahun itu dengan nama

"Tahun Gajah".

Menurut keterangan Nabi s.a.w. sendiri dalam sebuah Hadis yang shahih, beliau dilahirkan adalah dalam tahun gajah itu.
Demikianlah disebutkan oleh al-Mawardi di dalam tafsirnya.

Dan tersebut pula di dalam kitab I'lamun Nubuwwah, Nabi s.a.w. dilahirkan 12 Rabiul Awwal, 50 hari saja sesudah kejadian bersejarah kehancuran Tentara bergajah itu.

Setelah Nabi kita s.a.w. berusia 40 tahun dan diangkat Allah menjadi Rasul, s.a.w. masih didapati dua orang peminta-minta di Makkah, keduanya buta matanya.
Orang, itu adalah sisa dari pengasuh-pengasuh gajah yang menyerang Makkah itu.

"Bukankah telah Dia jadikan daya upaya mereka itu pada sia-sia?" (ayat 2).

Usaha yang begitu sombong dan besar, jawabannya kepada Abdul Muthalib bahwa Allah sendiri tidak akan sanggup bertahan kalau dia datang menyerang.
Segala maksudnya hendak menghancurkan itu sia-sia belaka, dan gagal belaka.

Tersebut dalam riwayat bahwa Abdul Muthalib yang tengah meninjau dari atas bukit-bukit Makkah apa yang akan dilakukan oleh tentara bergajah itu melihat burung berduyun-duyun menuju tentara yang hendak menyerbu Makkah itu.

Kemudian hening tidak ada gerak apa-apa. Lalu diperintahnya anaknya yang paling bungsu, Abdullah, (ayah Nabi kita Muhammad s.a.w.) pergi melihat-lihat apa yang telah kejadian, ada apa dengan burung-burung itu dan ke mana perginya. Maka dilakukannyalah perintah ayahnya dan dia pergi melihat-lihat dengan mengendarai kudanya.

Tidak beberapa lamanya dia pun kembali dengan memacu kencang kudanya dan menyingsingkan kainnya.

Setelah dekat, dengan tidak sabar orang-orang bertanya:

"Ada apa, Abdullah?"
Abdullah menjawab: "Hancur-lebur semua!"

Lalu diceriterakannya apa yang dilihatnya, 'bangkai bergelimpangan dan ada yang masih menarik-naik nafas akan mati dan sisanya telah lari menuju negerinya.

Maka berangkatlah Abdul Muthalib dengan pemuka-pemuka Quraisy itu menuju tempat tersebut, tidak berapa jauh dari dalam kota Makkah. Mereka dapati apa yang telah diceriterakan Abdullah bin Abdul Muthalib itu.

Bahkan 200 ekor unta Abdul Muthalib dan harta-benda yang lain, dan harta-benda yang ditinggalkan, kucar-kacir oleh tentara yang hancur itu.

Baik kuda-kuda kendaraan, ataupun pakaian-pakaian perang yang mahal-mahal, alat senjata peperangan, pedangnya, perisainya dan tombaknya dan emas perak banyak sekali.

Maka sepakatlah kepala-kepala Quraisy itu memberikan kelebihan pembahagian yang banyak untuk Abdul Muthalib, sebab dia dipandang sebagai pemimpin yang bijaksana.

Dengan keahliannya dapat menghadapi musuh yang begitu besar dan begitu sombong."

Sebagai kita katakan tadi, 50 hari sesudah kejadian itu, Nabi Muhammad s.a.w. pun lahirlah ke dunia.

Tetapi ayahnya dalam perjalanan ke Yatsrib, kampung dari keluarga ayahnya.

Di sana dia meninggal sebelum puteranya lahir.

Berkata lbnu Ishaq: "Setelah penyerangan orang Habsyi terhadap Makkah itu digagalkan dan dihancurkan oleh Allah sendiri, bertambah penghargaan dan penghormatan bangsa Arab kepada Quraisy. Sehingga mereka katakan: "Orang Quraisy itu ialah Keluarga Allah. Allah berperang untuk mereka."

"Dan Dia telah mengirimkan ke atas mereka burung berduyun-duyun." (ayat 3).

Burung-burung itu berduyun datang dari laut. Ahli-ahli tafsir bicara macam-macam tentang keadaan burung itu.

Namun apa jenis burung tidak penting kita perkajikan.

Sembarang burung pun dapat dipergunakan oleh Tuhan untuk melakukan kehendakNya.

Sedangkan tikus bisa merusakkan sebuah negeri dengan menyuruh tikus itu memakan padi yang sedang mulai masak di sawah.

Sedangkan belalang berduyun-duyun beratus ribu dapat membuat satu negeri jadi lapar, apatah lagi burung berduyun-duyun (ababil).

"Yang melempari mereka dengan batu siksaan?" (ayat 4).

Batu yang mengandung azab, batu yang mengandung penyakit. Ada tafsir mengatakan bahwa batu itu telah direndang[1] terlebih dahulu dengan api neraka. Syaikh Muhammad Abduh mencoba menta'wilkan bahwa batu itu membawa bibit penyakit cacar[2].

👉Menurut keterangan lkrimah sejak waktu itulah terdapat penyakit cacar di Tanah Arab.
Ibnu Abbas mengatakan juga bahwa sejak waktu itu adanya penyakit cacar di Tanah Arab.

👆Dapat saja kita menerima penafsiran ini jika kita ingat bahwa membawa burung atau binatang dari satu daerah ke daerah yang lain, walaupun satu ekor, hendaklah terlebih dahulu diperiksakan kepada doktor, kalau-kalau burung itu membawa hama penyakit yang dapat menular. Demikian juga dengan tumbuh-tumbuhan.

Demikian seekor burung, bagaimana kalau beribu burung? 
"Lalu Dia jadikan mereka seperti daun kayu yang dimakan ulat." (ayat 5).

Laksana daun kayu dimakan
ulat, memang adalah satu perumpamaan yang tepat buat orang yang diserang penyakit cacar
(ketumbuhan), seluruh badan akan ditumbuhi oleh bisul yang panas, malahan sampai ada yang tumbuh
dalam mata.

Telapak kaki yang begitu tebal pun tidak terlepas, dan muka pun akan coreng-moreng dari
bekasnya. Sebagai yang telah penulis alami (1923).

Al-Qurthubi menulis dalam tafsimya;

"Hikayat tentara bergajah ini adalah satu mu'jizat lagi dari Nabi
kita, walaupun beliau waktu itu belum lahir."

Dan tidak ada orang yang akan dapat melupakan bahwa nenek-kandungnya mengambil peranan penting pada kejadian ini.

Sabtu, 26 September 2015

Bijak dalam berdakwah

# Lebih Bijak Mendakwahkan Sunnah Memakai Cadar

-Ada dua pendapat mengenai cadar yaitu sunnah dan wajib, pendapat terkuat adalah sunnah
-Jika memilih sunnah perlu bijak dalam menerapkan dan mendakwahkannya karena cadar bisa jadi belum familiar sekali bagi beberapa masyarakat
-Cadar adalah kemuliaan wanita, melindungi wajah yang paling dinikmati laki-laki karena fitnah terbesar laki-laki adalah wanita

Butuh langkah yang tepat dan bijaksana dalam mendakwahkan sunnah memakai cadar. Dengan tetap menerapkan prinsip utama dakwah yaitu meninginkan kebaikan kepada yang didakwahi, berdakwah dengan lemah lembut, bijaksana, melihat keadaan yang didakwah dan orang yang mendakwah.

Juga perlu dihindari sikap memaksakan, sikap keras, mengancam, mempersulit serta membuat manusia lari dari dakwah.

Hendaknya seseorang mendakwahkan bahwa cadar adalah puncak kemuliaan seorang wanita yang menjaga diri, mempersembahkan kecantikan hanya kepada suami tetapi tidak tertutup, kaku, keras dan terkesan kumuh.

Padahal wanita bisa tampil modis, mempesona dan cantik dengan catatan hanya bagi suaminya saja. Tidak terbalik, ketika keluar rumah sangat cantik dan harum tetapi di rumah untuk suami ala kadarnya dan tidak pernah berhias.

Contoh dakwah yang kurang bijaksana:

seorang akhwat yang ingin mendakwahkan temannya yang masih sangat awam atau baru masuk islam. Ia langsung mengambil tema tentang cadar. Seharusnya ia mengambil tema tauhid dan keindahan serta kemudahan dalam islam.

“Mudahkan dan jangan mempersulit, berikan kabar gembira dan jangan membuat manusia lari” [HR. Bukhari)

Bijaksana dalam menerapkan

Baca selengkapnya ا:

http://muslimafiyah.com/lebih-bijak-mendakwahkan-sunnah-memakai-cadar.html

BACA JUGA

http://muslimafiyah.com/engkau-lebih-cantik-bercadar-mengangkat-kekhawatiran-dan-belum-siapnya-wanita-untuk-memakai-cadar.html

Penyusun: Raehanul Bahraen

Surat Quraisy

🌹 Tafsir Al Azhar oleh Prof Dr. Buya Hamka

Surat QURAISY (KAUM QURAISY)

Surat 106: 4 ayat Diturunkan di MAKKAH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

1- Lantaran untuk melindungi kaum Quraisy.

 ١. لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ

2- Untuk melindungi mereka di dalam perjalanan musim dingin dan musim panas.

 ٢. إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاء وَالصَّيْفِ

3- Maka hendaklah mereka menyembah kepada Tuhan Rumah ini.

٣. فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ

4- Yang telah memberi makan mereka dari kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan.

٤. الَّذِي أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَآمَنَهُم مِّنْ خَوْفٍ
---ooooo----

Ada beberapa riwayat yang mengatakan bahwa di antara Surat al-Fail (Surat 105) dengan Surat Quraisy (106) ini pada hakikatnya adalah satu.

Mereka mengatakan bahwa kaum yang bergajah itu dibinasakan oleh Tuhan sampai hancur berantakan ialah karena Tuhan hendak melindungi kaum Quraisy, sebagai jiran Allah pemelihara Ka'bahNya. Atau mereka pertalikan ujung Surat 105 "Mereka dijadikan seperti daun kayu yang dimakan ulat," dengan ayat 1 dari Surat 106 "karena untuk melindungi kaum Quraisy."

Tetapi menurut yang sewajarnya saja, tidaklah mungkin hanya untuk memelihara kaum Quraisy sampai Kaum Bergajah dihancurkan laksana daun kayu dimakan ulat. Mari kita tafsirkan saja sebagai biasa;

"Lantaran untuk melindungi kaum Quraisy." (ayat 1).

Yaitu:
"Untuk melindungi mereka di dalam perjalanan musim dingin dan musim panas.'' (ayat 2).
Kaum Quraisy pada umumnya adalah kaum saudagar perantara, yang negerinya Makkah) terletak di tengah, di antara Utara yaitu Syam dan Selatan, yaitu Yaman.

Sejak lama sebelum Islam mereka telah menghubungkan kedua negeri itu. Syam di Utara adalah pintu perniagaan yang akan melanjut sampai ke Laut Tengah dan ke negeri-negeri sebelah Barat. Yaman yang ibu kotanya sejak dahulu biasanya di Shan'aa di Selatan membuka pula jalan ke Timur sampai ke India, bahkan lebih jauh lagi sampai ke Tiongkok.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa orang Quraisy itu melakukan dua angkatan perjalanan atau kafilah (caravan).
Di musim panas mereka pergi ke Syam dan di musim dingin mereka pergi ke Yaman, keduanya untuk bemiaga.

Sejak zaman purbakala telah terentang jalan kafilah di antara; Makkah, Madinah dan Damaskus. Atau; Makkah, Hunain, Badar, Ma'an (Syirqil Urdun).

Itu adalah jalan kafilah Utara.

Jalan Kafilah ke Selatan; Makkah, Thaif, `Asir, Yaman (Shan'aa).

Perjalanan itu dipelihara dan diperlindungi oleh Tuhan. Dan lagi di negeri Makkah itu berdiri Bait Allah (Rumah Allah) yang bernama Ka'bah, sehingga setiap musim haji orang dari luar pun berduyun ke sana menurut sunnah Nabi Ibrahim.

"Maka hendaklah mereka menyembah kepada Tuhan Rumah (ayat 3). Sebab banyaklah anugerah dan kurnia Tuhan kepada mereka lantaran adanya rumah itu.

Yaitu Tuhan; "Yang telah memberi makan mereka dari kelaparan dan mengamankan mereka dari ketakutan." (ayat 4).

Karena ditambah lagi dengan berkat adanya Rumah Allah di tengah kota Makkah itu tidaklah putus-putusnya tiap tahun orang datang ke sana, di samping mereka sendiri mengadakan kafilah pemiagaan ke Utara dan ke Selatan.

TidakIah pernah negeri mereka jadi daerah tertutup, sehingga selalulah makanan mereka terjamin, dan tidak ditimpa kelaparan. Disertai aman pula, sebab daerah Tanah Makkah itu dijadikan Daerah terlarang sejak zaman Nabi Ibrahim; tidak boleh orang berperang di sana, tidak boleh binatang buruannya diburu, tidak boleh tumbuh-tumbuhannya dirusakkan.

Aturan ini dihormati oleh seluruh kabilah Arab turun-temurun.

Sebab itu maka tidaklah layak orang Quraisy yang telah mendapat rahmat yang begitu baiknya dari Tuhan, kalau mereka tidak mensyukuri Tuhan. Tidaklah layak kalau mereka menolak risalat yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.

Dan di dalam Surat ini pun telah diperingatkan, bukanlah RUMAH itu, bukanlah Ka'bah itu yang mesti disembah, melainkan Tuhan yang empunya rumah itulah yang akan disembah. Syukurilah Tuhan yang telah memperlindungi, membuat peraturan sehingga Tanah Makkah dapat aman dan sentosa, tidak disentuh dan diusik orang.

Maka menjadi lemahlah tafsir yang mengatakan bahwa kaum bergajah dibinasakan karena Allah hendak memelihara orang Quraisy, melainkan orang Quraisy itu sendirilah di dalam Surat ini yang diberi peringatan agar mereka jangan menyembah juga kepada berhala, bahkan jangan menyembah kepada Ka'bah itu sendiri, tetapi sembahlah Tuhan Yang Empunya Ka'bah itu.

Maka tidaklah patut mereka menjadi orang musyrikin, menyembah berhala, menggantungkan berhala pada rumah itu sampai 360 buah banyaknya.

Melainkan seyogianya merekalah yang akan menjadi pelopor menyambut seruan dan risalat yang dibawa oleh Muhammad, putera mereka sendiri, untuk diikuti oleh seluruh
bangsa Arab yang semenjak zaman dulu menghormati kedudukan mereka sebagai Jiran (tetangga) Rumah Allah itu.

Di dalam Surat al-Qashash (28); ayat 57 diperingatkan Tuhan kepada mereka bagaimana Tuhan menjadikan tanah Makkah itu jadi tempat tinggal tetap mereka, tanah suci tanah terlarang, dan segala macam makanan datang dibawa orang ke sana.

Di dalam Surat al-'Ankabut (29) ayat 67 diperingatkan pula, tidakkah mereka perhatikan bahwa tanah itu telah Kami jadikan Tanah Haram, tanah terlarang yang aman sentosa, padahal manusia di luar Tanah Haram itu culik-menculik, rampas-merampas, bunuh-membunuh.

Dari ayat 3 yang memberikan kesadaran bagi orang Quraisy agar mereka menyembah kepada Tuhan Yang Empunya Rumah ini dapatlah dimengerti bahwa Ummat Islam sekali-kali tidaklah menyembah kepada Rumah itu sendiri sebagai menyembah berhala, sebagaimana fitnah dan kata-kata palsu yang dikarang-karangkan oleh Zending-zending Kristen untuk menuduh orang Islam menyembah berhala bemama Ka'bah.

Malahan sejak zaman purbakala, seketika permulaan Perang Salib, kaum Kristen telah membuat kata fitnah mengatakan bahwa orang Islam menyembah berhala yang ada disimpan dalam Ka'bah itu dua buah. Satu bernama Tarfagan dan satu lagi bernama Mahound.

Maksud mereka ialah menimbulkan pengertian bahwa Mahound itu ialah Muhammad. Padahal dalam bahasa Jerman kalimat Hound pada Mahound itu ialah anjing.

Beginilah cara mereka melakukan propaganda!

Di Salt Lake City, Ibu Negeri Utah negeri kaum Kristen Mormon saya ziarah ke pekarangan gereja mereka, yang diberi nama Tabernacle.

Di halaman gereja itu ada patung burung. Burung itu adalah catatan kisah tatkala mereka mulai diusir dari sebelah Timur Amerika (New York) membuat negeri di sana.

Mula-mula mereka menanam gandum untuk dimakan, dan hampir saja masa menuai, datanglah semacam belalang hendak memakan habis gandum yang hendak mereka ketam. Sehingga kalau jadi belalang itu hinggap, mereka akan mati kelaparan dan hasil usaha berbulan-bulan akan habis punah.

Tiba-tiba sedang mereka menengadah ke udara melihat belalang atau kumbang-kumbang yang kejam itu, mereka lihat beratus ekor burung putih datang dari laut.

Dalam sekejap mata burung-burung putih tersebut menyerang belalang atau kumbang itu dan memakannya habis sehingga kebun gandum penduduk Mormon itu terlepas dari bahaya berkat burung tersebut.

Sebab itu maka di muka gereja itu mereka dirikanlah patung burung tersebut, untuk menambah keyakinan mereka dalam agama mereka.

Bagi kita Ummat Islam dengan tuntunan ayat 3 Surat Quraisy ini, bukanlah burung Ababil yang melepaskan Ka'bah dari penghancuran yang disembah, dan bukan pula Ka'bah itu sendirl, melainkan Tuhan Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Empunya Rumah tersebut.

Rumah pertama yang didirikan oleh Nabi Ibrahim Khalil Allah, untuk berkumpul manusia yang menegakkan kepercayaan atas Allah Yang Maha Esa, Maha Tunggal.

Kamis, 24 September 2015

Marifatullah - mengenal tuhan

MARIFATULLAH

Mengenal Tuhan

Orang kafir bertanya apakah Tuhan ada. Persepsi mereka pada jaman dulu hingga sekarang bahwa yang terlihat dan terdengar itulah yang ada.
Karena Tuhan tidak terlihat dan terdengar maka Tuhan tidak ada.

Jawaban fitrah yang menarik untuk masalah ini ada anekdot berikut :
Di sebuah Sekolah Dasar (SD) seorang guru bertanya kepada murid-muridnya kelas enam (VI)
Guru: Apakah kalian melihat diri saya
Murid: Ya
Guru : Berarti saya ada.
Guru :  Apakah kalian melihat papan tulis.
Murid : Ya
Guru : Berarti papan tulis ada
Guru : Apakah kalian melihat Tuhan
Murid : Tidak
Guru : Berarti Tuhan tidak ada

Selanjutnya seorang murid yang cerdas berdiri dan bertanya
Murid Cerdas : Apakah kalian melihat akal guru kita
Murid yang lain menjawab : Tidak
Murid Cerdas : Berarti akal guru kita tidak ada    (

Hal ini terjadi karena
Kejahilan
Kesombongan
Kesesatan
Kezaliman

1. Kejahilan

Surat Al Baqarah 118

وَقَالَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ لَوْلاَ يُكَلِّمُنَا اللّهُ أَوْ تَأْتِينَا آيَةٌ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّثْلَ قَوْلِهِمْ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ قَدْ بَيَّنَّا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

118. Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.

Perkataan bodoh dan logika dan tanpa ilmu bagi orang orang kafir dari dulu hingga kini.

>  Jawaban Allah pada bagian terakhir surat Al Baqarah tersebut yaitu jalan menuju Allah yaitu dengan memperhatikan tanda tanda kekuasaan Allah.

2. Kesombongan

Surat Al Furqon ayat 21-22

٢١. وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءنَا لَوْلَا أُنزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنفُسِهِمْ وَعَتَوْ عُتُوّاً كَبِيراً

21. Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami: "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas(dalam melakukan) kezaliman".

 ٢٢. يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلَائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِّلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْراً مَّحْجُوراً

22. Pada hari mereka melihat malaikat dihari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa mereka berkata: "Hijraan mahjuuraa .

Pada ayat sebelumnya tentang mereka ingin mendengar Tuhan, pada Surat Al Furqon ayat 21-22:, mereka ingin melihat Tuhan.

Dijawab oleh Al Quran bahwa pada dunia lain nanti mereka akan melihat Malaikat. Aturan Allah pada alam kita saat ini bahwa tidak memungkinkan indera kita melihat atau menembus dunia yang ghaib.

Jika para Malaikat saja tidak dapat dilihat di alam ini, apa lagi Dzat Ilahiyah

3. Kesesatan

Surat Al Mumin 36-37

 ٣٦. وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحاً لَّعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ

36. Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,

٣٧. أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِباً وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ

37. (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar). dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.

Inilah jalan yang sesat, dalam ayat ini keinginan Firaun itu dibantah dengan kalimah dihalangi dari jalan yang benar. Karena apa yang dinilai Firaun adalah sebagai jalan yang benar untuk mengenal Allah adalah jalan yang salah.

4. Kezaliman

Kezaliman seperti yang diminta orang Yahudi

Surat Al Baqarah ayat 55 :

 ٥٥. وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ

55. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang , karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya ".

Surat An Nisa ayat 153

 ١٥٣. يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَن تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَاباً مِّنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُواْ مُوسَى أَكْبَرَ مِن ذَلِكَ فَقَالُواْ أَرِنَا اللّهِ جَهْرَةً فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ثُمَّ اتَّخَذُواْ الْعِجْلَ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ فَعَفَوْنَا عَن ذَلِكَ وَآتَيْنَا مُوسَى سُلْطَاناً مُّبِيناً

153. Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata : "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi , sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma'afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.

Surat Al Anbiya ayat 4-5

 ٤. قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاء وَالأَرْضِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

4. Berkatalah Muhammad (kepada mereka): "Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

٥. بَلْ قَالُواْ أَضْغَاثُ أَحْلاَمٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأَوَّلُونَ

5. Bahkan mereka berkata (pula): "(Al Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mu'jizat, sebagai-mana rasul-rasul yang telah lalu di-utus".

Tuduhan mereka bahwa mengimani Allah adalah pengkhayal, pendusta dan orang orang yang eemosional.

Hnedaknya seorang Muslim yang mempunyai hati yang besar, tidak mengikuti orang orang tersebut. Seperti peringatan Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 108 :

 ١٠٨. أَمْ تُرِيدُونَ أَن تَسْأَلُواْ رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِن قَبْلُ وَمَن يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاء السَّبِيلِ

108. Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.

______ oooOOOOOOOoooo_______

Jalan menuju Marifatullah adalah dengan memperhatikan kekuasaannya

Bantahan terhadap kaum kafir (Atheis) yang sering menamai diri mereka sekuler, rasionalis, liberalisme dan pemikir

Suran Asy Syuura ayat 16:

١٦. وَالَّذِينَ يُحَاجُّونَ فِي اللَّهِ مِن بَعْدِ مَا اسْتُجِيبَ لَهُ حُجَّتُهُمْ دَاحِضَةٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ

16. Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima maka bantahan mereka itu sia-sia saja, di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang sangat keras.

Surat Al Ahqaaf ayat 4:
٤. قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

4. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah. perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Qur'an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar"

Surat Al Hajj ayat 8 :

٨. وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ

8. Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya

Surat Ar Ruum ayat 7

٧. يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

7. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.

Surat An Najm ayat 29-30

٢٩. فَأَعْرِضْ عَن مَّن تَوَلَّى عَن ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

29. Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi

 ٣٠. ذَلِكَ مَبْلَغُهُم مِّنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى

30. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Disebutkan bahwa ilmu pengetahuan, pemikiran dan akal secara masiv dalam Al Qur’an adalah sesuatu yang perlu dicermati

Surat Ar Ra’ad ayat 4

٤. وَفِي الأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِّنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاء وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأُكُلِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

4. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.

Surat An Naml ayat 52:

٥٢. فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

52. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui.

Surat An Nahl ayat 11

١١. يُنبِتُ لَكُم بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأَعْنَابَ وَمِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

11. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Surat Ar Ruum ayat 22:

٢٢. وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّلْعَالِمِينَ

22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui

Surat Yunus ayat 101

١٠١. قُلِ انظُرُواْ مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَن قَوْمٍ لاَّ يُؤْمِنُونَ

101. Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa'at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".

Karena itu orang yang mencermati Al Qur’an akan mengetahui bahwa Islam mewajibkan kepada individu muslim agar berfikir dan belajar
Surat As Saba’

٦. وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ الَّذِي أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ هُوَ الْحَقَّ وَيَهْدِي إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

6. Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

Surat At Taghaabun

١١. مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

11. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Surat Al Hijr

 ١٤. وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِم بَاباً مِّنَ السَّمَاءِ فَظَلُّواْ فِيهِ يَعْرُجُونَ

14. Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya

Al Qomar ayat 2
 ٢. وَإِن يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ

2. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mu'jizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus".

Surat Yusuf ayat 105

 ١٠٥. وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً وَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

105. dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.

--------oooooOOOOOOOoooooo--------

>  Membebaskan diri menuju Ma’rifatullah.

1. Bebaskan diri dari kesombongan

Qur’an Surat Al A’raf 146

2. Bebaskan diri dari kezaliman dan dusta

Surat Ash Shaff

٧. وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

7. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

Surat Az Zumar ayat 3

3. Bebaskan diri dari tindakan merusak bumi, melanggar perjanjian dan memustuskan hubungan yang semestinya disambung

Surat Al Baqorah ayat 26 dan 27

4. Bebaskan diri dari kelalaian

QS Ar Ra’d ayat 3 & 4,
QS Ali Imron ayat 190-191,
QS Muhammad ayat 36,
QS Al Anbiya ayat 1-3

5. Bebaskan diri dari perbuatan dosa

QS Al Muthaffifin ayat 14,
QS Al Hijr ayat 12 &13

6. Bebaskan diri dari keraguan dalam menerima kebenaran dan menerimanya denga jelas

QS Al An‘aam ayat 110

١١٠. وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُواْ بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

110. Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quraan) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.

QS Al Ma’idah ayat 41,
QS Ash Shaff ayat 5

--------------------oooooOOOOOOoooo------

>  Tanda tanda Kekuasaan Allah

Tanda kekuasaan Allah dapat

MARIFATULLAH

Mengenal Tuhan

Orang kafir bertanya apakah Tuhan ada. Persepsi mereka pada jaman dulu hingga sekarang bahwa yang terlihat dan terdengar itulah yang ada.
Karena Tuhan tidak terlihat dan terdengar maka Tuhan tidak ada.

Jawaban fitrah yang menarik untuk masalah ini ada anekdot berikut :
Di sebuah Sekolah Dasar (SD) seorang guru bertanya kepada murid-muridnya kelas enam (VI)
Guru: Apakah kalian melihat diri saya
Murid: Ya
Guru : Berarti saya ada.
Guru :  Apakah kalian melihat papan tulis.
Murid : Ya
Guru : Berarti papan tulis ada
Guru : Apakah kalian melihat Tuhan
Murid : Tidak
Guru : Berarti Tuhan tidak ada

Selanjutnya seorang murid yang cerdas berdiri dan bertanya
Murid Cerdas : Apakah kalian melihat akal guru kita
Murid yang lain menjawab : Tidak
Murid Cerdas : Berarti akal guru kita tidak ada    (

Hal ini terjadi karena
Kejahilan
Kesombongan
Kesesatan
Kezaliman

1. Kejahilan

Surat Al Baqarah 118

وَقَالَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ لَوْلاَ يُكَلِّمُنَا اللّهُ أَوْ تَأْتِينَا آيَةٌ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّثْلَ قَوْلِهِمْ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ قَدْ بَيَّنَّا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

118. Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.

Perkataan bodoh dan logika dan tanpa ilmu bagi orang orang kafir dari dulu hingga kini.

>  Jawaban Allah pada bagian terakhir surat Al Baqarah tersebut yaitu jalan menuju Allah yaitu dengan memperhatikan tanda tanda kekuasaan Allah.

2. Kesombongan

Surat Al Furqon ayat 21-22

٢١. وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءنَا لَوْلَا أُنزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنفُسِهِمْ وَعَتَوْ عُتُوّاً كَبِيراً

21. Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami: "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas(dalam melakukan) kezaliman".

 ٢٢. يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلَائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِّلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْراً مَّحْجُوراً

22. Pada hari mereka melihat malaikat dihari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa mereka berkata: "Hijraan mahjuuraa .

Pada ayat sebelumnya tentang mereka ingin mendengar Tuhan, pada Surat Al Furqon ayat 21-22:, mereka ingin melihat Tuhan.

Dijawab oleh Al Quran bahwa pada dunia lain nanti mereka akan melihat Malaikat. Aturan Allah pada alam kita saat ini bahwa tidak memungkinkan indera kita melihat atau menembus dunia yang ghaib.

Jika para Malaikat saja tidak dapat dilihat di alam ini, apa lagi Dzat Ilahiyah

3. Kesesatan

Surat Al Mumin 36-37

 ٣٦. وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحاً لَّعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ

36. Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,

٣٧. أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِباً وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ

37. (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar). dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.

Inilah jalan yang sesat, dalam ayat ini keinginan Firaun itu dibantah dengan kalimah dihalangi dari jalan yang benar. Karena apa yang dinilai Firaun adalah sebagai jalan yang benar untuk mengenal Allah adalah jalan yang salah.

4. Kezaliman

Kezaliman seperti yang diminta orang Yahudi

Surat Al Baqarah ayat 55 :

 ٥٥. وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ

55. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang , karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya ".

Surat An Nisa ayat 153

 ١٥٣. يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَن تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَاباً مِّنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُواْ مُوسَى أَكْبَرَ مِن ذَلِكَ فَقَالُواْ أَرِنَا اللّهِ جَهْرَةً فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ثُمَّ اتَّخَذُواْ الْعِجْلَ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ فَعَفَوْنَا عَن ذَلِكَ وَآتَيْنَا مُوسَى سُلْطَاناً مُّبِيناً

153. Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata : "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi , sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma'afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.

Surat Al Anbiya ayat 4-5

 ٤. قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاء وَالأَرْضِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

4. Berkatalah Muhammad (kepada mereka): "Tuhanku mengetahui semua perkataan di langit dan di bumi dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

٥. بَلْ قَالُواْ أَضْغَاثُ أَحْلاَمٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأَوَّلُونَ

5. Bahkan mereka berkata (pula): "(Al Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mu'jizat, sebagai-mana rasul-rasul yang telah lalu di-utus".

Tuduhan mereka bahwa mengimani Allah adalah pengkhayal, pendusta dan orang orang yang eemosional.

Hnedaknya seorang Muslim yang mempunyai hati yang besar, tidak mengikuti orang orang tersebut. Seperti peringatan Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 108 :

 ١٠٨. أَمْ تُرِيدُونَ أَن تَسْأَلُواْ رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِن قَبْلُ وَمَن يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاء السَّبِيلِ

108. Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.

______ oooOOOOOOOoooo_______

Jalan menuju Marifatullah adalah dengan memperhatikan kekuasaannya

Bantahan terhadap kaum kafir (Atheis) yang sering menamai diri mereka sekuler, rasionalis, liberalisme dan pemikir

Suran Asy Syuura ayat 16:

١٦. وَالَّذِينَ يُحَاجُّونَ فِي اللَّهِ مِن بَعْدِ مَا اسْتُجِيبَ لَهُ حُجَّتُهُمْ دَاحِضَةٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ

16. Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima maka bantahan mereka itu sia-sia saja, di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang sangat keras.

Surat Al Ahqaaf ayat 4:
٤. قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ اِئْتُونِي بِكِتَابٍ مِّن قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

4. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah. perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Qur'an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar"

Surat Al Hajj ayat 8 :

٨. وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ

8. Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya

Surat Ar Ruum ayat 7

٧. يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

7. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.

Surat An Najm ayat 29-30

٢٩. فَأَعْرِضْ عَن مَّن تَوَلَّى عَن ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

29. Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi

 ٣٠. ذَلِكَ مَبْلَغُهُم مِّنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى

30. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Disebutkan bahwa ilmu pengetahuan, pemikiran dan akal secara masiv dalam Al Qur’an adalah sesuatu yang perlu dicermati

Surat Ar Ra’ad ayat 4

٤. وَفِي الأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِّنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاء وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي الأُكُلِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

4. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.

Surat An Naml ayat 52:

٥٢. فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَا ظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

52. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui.

Surat An Nahl ayat 11

١١. يُنبِتُ لَكُم بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأَعْنَابَ وَمِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

11. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Surat Ar Ruum ayat 22:

٢٢. وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّلْعَالِمِينَ

22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui

Surat Yunus ayat 101

١٠١. قُلِ انظُرُواْ مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَن قَوْمٍ لاَّ يُؤْمِنُونَ

101. Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa'at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".

Karena itu orang yang mencermati Al Qur’an akan mengetahui bahwa Islam mewajibkan kepada individu muslim agar berfikir dan belajar
Surat As Saba’

٦. وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ الَّذِي أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ هُوَ الْحَقَّ وَيَهْدِي إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

6. Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

Surat At Taghaabun

١١. مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

11. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Surat Al Hijr

 ١٤. وَلَوْ فَتَحْنَا عَلَيْهِم بَاباً مِّنَ السَّمَاءِ فَظَلُّواْ فِيهِ يَعْرُجُونَ

14. Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya

Al Qomar ayat 2
 ٢. وَإِن يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُّسْتَمِرٌّ

2. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mu'jizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus".

Surat Yusuf ayat 105

 ١٠٥. وَأَنْ أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً وَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

105. dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.

--------oooooOOOOOOOoooooo--------

>  Membebaskan diri menuju Ma’rifatullah.

1. Bebaskan diri dari kesombongan

Qur’an Surat Al A’raf 146

2. Bebaskan diri dari kezaliman dan dusta

Surat Ash Shaff

٧. وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

7. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

Surat Az Zumar ayat 3

3. Bebaskan diri dari tindakan merusak bumi, melanggar perjanjian dan memustuskan hubungan yang semestinya disambung

Surat Al Baqorah ayat 26 dan 27

4. Bebaskan diri dari kelalaian

QS Ar Ra’d ayat 3 & 4,
QS Ali Imron ayat 190-191,
QS Muhammad ayat 36,
QS Al Anbiya ayat 1-3

5. Bebaskan diri dari perbuatan dosa

QS Al Muthaffifin ayat 14,
QS Al Hijr ayat 12 &13

6. Bebaskan diri dari keraguan dalam menerima kebenaran dan menerimanya denga jelas

QS Al An‘aam ayat 110

١١٠. وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُواْ بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

110. Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quraan) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.

QS Al Ma’idah ayat 41,
QS Ash Shaff ayat 5

--------------------oooooOOOOOOoooo------

>  Tanda tanda Kekuasaan Allah

Tanda kekuasaan Allah dapat kita lihat :

Alam semesta
Al Qur’an
Mukjizat dan Karomah